Bagian 9 Permintaan

2.5K 328 5
                                    

1 jam telah berlalu saat ini Adam melihat berita dari internet. "Presiden mengatakan bahwa masyarakat harus tenang dan bersembunyi di rumah. Tentara dan polisi sudah turun untuk mengatasi masalah." Adam membaca berita di internet.

"Aku ragu tentara dan polisi bisa mengatasi masalah ini. Karena di film-film, zombie hampir memusnahkan setengah dari jumlah umat manusia di dunia." Adam menggeleng mengingat banyak film zombie yang dia tonton dan endingnya selalu menyedihkan.

"Tok, tok. Adam apa kamu ada di dalam." Adam mendengar suara seseorang berteriak dan mengetuk pintu. Adam lalu berjalan ke arah ruang tamu dan melihat Nina pembantu rumah tangganya berdiri di depan pintu. "Adam, dia Doni. Apa aku perlu membuka pintu." Tanya Adam.

"Tunggu, biar aku saja yang buka." Balas Adam memegang tongkat bisbol, lalu berjalan ke arah jendela. Adam mengintip dari jendela dan melihat seorang pria seusianya. Adam membuka pintu dan melihat Doni terengah-engah. "Masuklah dulu sebelum berbicara." Kata Adam melihat Doni hendak berbicara.

"Baiklah." Doni lalu masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi. "Ada apa." Tanya Adam. "Aku minta tolong kepadamu Adam." Balas Doni menatap Adam. "Bicaralah, aku akan membantumu jika itu tidak membahayakan diriku." Balas Adam. Mendengar kata Adam, Doni cemberut lalu berkata. "Aku ingin minta tolong padamu, untuk menemaniku menjemput adikku di sekolahnya. Dia baru saja mengirim pesan kepadaku. Bahwa dirinya terjebak di ruang uks. Semua teman di sekolahnya tiba-tiba menjadi gila dan saling menyerang."

"Kamu jelas tahu, saat ini berbahaya untuk pergi keluar." Adam menatap Doni dengan ekspresi serius. "Aku tahu, jika kamu bersedia ikut bersamaku untuk menjemput adikku. Aku akan memberimu uang." Balas Doni. "Kamu tahu, aku tidak terlalu tertarik dengan uang." Adam mencibir.

"Lalu apa yang kamu inginkan." Balas Doni. Adam menatap Doni lalu berbicara. "Aku akan pergi menemanimu. Tapi kamu berhutang padaku." "Terimakasih Adam." Doni senang. "Baiklah, ayo cepat pergi. Saat ini zombie jumlahnya masih tidak terlalu banyak." Balas Adam. "Baik." Doni berkata dengan ekspresi serius lalu berlari ke luar rumah.

"Bibi, jaga rumah saat aku pergi." Kata Adam melihat Nina. "Baik Adam, kamu berhati-hatilah." Balas Nina. Adam mengangguk. "Ayo Adam." Doni yang di dalam mobil berteriak. Adam berjalan ke arah mobil Jip yang dikendarai Doni. "Mobil ini hanya cukup untuk 4 orang." Kata Adam masuk ke dalam mobil. "Tidak masalah, kita berdua hanya menjemput adikku."

"Woar." Adam dan Doni melihat tiga zombie berjalan ke arah mereka. "Doni tabrak mereka." Teriak Adam. "Aku tahu." Balas Doni dengan gugup lalu menginjak pedal gas dan menabrak tiga zombie. "Buk." "Buk." "Apa mereka mati." Doni berkata dengan gugup. "Abaikan saja, kita harus cepat menemui adikmu." Balas Adam. "Baik." Doni mengangguk lalu menginjak pedal gas.

"Baru satu jam tapi sudah begitu banyak zombie." Adam melihat di jalanan banyak sekali zombie. "Bahkan lalat sebesar tangan kita." Doni ketakutan melihat puluhan lalat sebesar tangan yang terbang berkerumun di sebuah mayat. "Fokulsah menyetir." Balas Adam serius. Doni mengangguk lalu mulai fokus menyetir.

Adam tersenyum kecut saat melihat banyak orang yang berlari lalu digigit oleh zombie. "Aku tidak ingin mati seperti mereka." "Aku juga." Balas Doni dengan cemberut. "Berapa lama kita akan sampai di sekolah adikmu." Tanya Adam. "Mungkin 10 menit lagi, karena aku mencoba menghindari mobil yang menghalangi jalan." Balas Doni. "Tetap fokus menyetir kalau begitu." Balas Adam.

ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang