Bruk
"Akh!"
Ctas!
Ctas!
Pemuda bertubuh kecil itu menangis, menangisi nasibnya yang malang ini.
"Hiks... Maaf" Pemuda itu meminta maaf pada pria yang tengah menyiksanya, walaupun ia tak tahu letak kesalahannya di mana.
Malam ini, ia kembali diseret dan disiksa pada kamar mandi yang luas tersebut. Hatinya teriris sakit, terlebih yang menyiksanya saat ini adalah...
... Suaminya sendiri, orang yang ia cintai tetapi entah cintanya terbalaskan atau tidak.
Sudah sekitar sejam pria itu-ah ralat, maksudnya Suami-nya itu menyiksanya dengan cambukan serta air shower yang membasahinya.
"Hiks... Maaf hiks... Maafkan segala kesalahanku hiks maaf" Lirih pemuda bertubuh kecil itu dengan air mata yang telah bercampur dengan air shower yang membasahinya dari atas sana.
Ctas!
Pria berwajah dingin itu mematikan shower, lalu berjongkok didepan pria yang kini telah basah kuyup dihadapannya.
"Tatap aku Renjun" Ujar pria tersebut sembari menggenggam erat rahang pemuda dihadapannya itu.
Renjun hanya bisa terisak, mau melawan seperti apapun ia akan tetap kalah telak dengan pria dihadapannya ini.
"Hiks... Maaf" Cicit Renjun memohon.
"Kau tahu apa kesalahanmu?" Tanya pria itu.
Renjun menggeleng lemah, ia tak tahu apa lagi kesalahan yang ia perbuat dimata pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Karena selama dua hari ini, ia hanya berdiam diri dikamar tak kemana pun.
Untuk makan saja, para maid yang mengantarkannya sampai depan pintu kamarnya.
"Kesalahanmu adalah... Kau tak mengangkat telepon dari Ibuku semalam, asal kau tahu. Ibu ingin bertemu denganmu, ia mendatangiku diperusahaan tadi dan memarahiku karena kau tak menggangkat telepon darinya semalam"
Deg!
Renjun terkejut bukan main, tubuhnya bergetar kecil. Bagaimana bisa ia tak sadar jika Ibu mertuanya menghubunginya semalam.
Ia tahu apa hukumannya untuk malam ini, karena pria dihadapannya itu melarang keras dan mewanti-wantinya untuk tak mengabaikan panggilan telepon darinya. Apa lagi, dari Ibunya.
Terkecuali, jika itu telepon dari keluarga Renjun. Renjun tak boleh mengangkatnya, tanpa seizin pria tersebut.
"Maaf" Lirih Renjun yang sekarang tampak sangat pucat pasi.
"Kau tahu apa hukumannya bukan?" Tanya pria itu dengan menunjukkan seringainya.
Renjun tak menjawab, ia menutup matanya. Menikmati segala rasa sakit mulai dari kepalanya, permukaan kulit yang perih akibat cambukan dari ikat pinggang sang suami, bahkan sampai hatinya yang telah reiris-iris tak beraturan.
"Tak menjawab rupanya, ya sudah. Kau akan disini, tetap disini jangan kemana-mana... Sebelum kuizinkan" Lanjut pria itu, lalu pergi meninggalkan Renjun seorang diri pada ruangan luas tersebut.
"Sakit hiks sakit..." Lirih Renjun sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Bruk
Tubuh Renjun limbung begitu saja kelantai dingin tersebut, pikirannya berkelana kemasa lalu.
"Hiks... Bisakah kita seperti dulu? A... Aku rindu dirimu yang dulu Alin" Gumam Renjun sebelum akhirnya kesadarannya direnggut paksa.
Disejuknya semilir angin ditengah gelapnya malam, diruangan bercatkan putih. Hanya ada seorang pemuda bertubuh kecil saja disana, yang tengah menikmati alam bawah sadarnya.
Tbc~
Aduuuh... Book baru nih slibaaaw
Kaget ngak? Kaget ngak? Kaget ngak?
Oh enggak... Ya udah.
Dan berhubung ini book BxB pertama aku, mohon maaf nih kalau ada yang ngak masuk akal dan kurang nge'feel'
Sebenarnya aku mau selesaiin yang sebelah dulu, yang Nendra itu.
Tapi karena ada yang mau dan sedikit membujuk-bujuk saya, jadi saya akhirnya terhasut untuk publish ini hehehhe.
Oh iya maaf juga kalau banyak typo yang bertebaran dimana-mana, dan kayaknya aku bakalan fokus dulu sama bookku yang pertama baru aku bisa fokus untuk yang ini oke?
Untuk pemerannya akan ada seiring bertambahnya chapter.
Thankyou dah mau mampir. See you in the next chap, dadah babay...
*Sorry for typos*
Tertanda:
Senin 25 April 2022
O8:50
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...