20. Kartu Nama

4.4K 386 25
                                    





























Renjun menatap wastafel dihadapannya itu. Darah lagi dan lagi. Tapi kali ini bukan hanya dari hidungnya saja, melainkan dari mulutnya juga.

Merasa sudah sedikit tenang, Renjun membereskan segalanya agar bersih kembali.

Ini masih pagi, dan tak biasanya ia akan mimisan atau bahkan muntah darah seperti ini.

Tok tok tok!

Mendengar pintu kamarnya diketuk, ia segera membuang tisu-tisu itu ketong sampah kemudian pergi untuk melihat siapa si pengetuk pintu kamarnya.

"Ya, kenapa?" Tanya Renjun sembari membuka pintunya.

Renjun langsung diam dan tertunduk, ia mengira bahwa itu Maid. Ternyata Guanlin.

Ada apa Guanlin datang mengetuk pintu kamarnya sepagi ini? Jarang sekali bahkan hampir tak pernah.

"Siang ini ada pertemuan dengan para kolega bisnisku, aku hanya ingin mengajakmu. Pukul sebelas nanti aku akan pulang menjemputmu" Ujar Guanlin kemudian pergi.

Renjun hanya dapat diam ditempat, nada itu. Nada yang tak biasanya Guanlin tujukan padanya, apakah Guanlin berubah? Pikirnya.











Kini Renjun telah berada didepan sebuah gedung restoran dengan Guanlin yang tengah menggenggam tangannya sedari tadi, mereka tengah menunggu seseorang ditempat parkiran itu.

Sedari tadi mereka menunggu diluar mobil, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Lebih repatnya memperhatikan Renjun. Renjun bahkan sudah menunduk dalam sedari tadi.

Dan setiap ada orang yang melihat kearah mereka, Guanlin selalu mengeratkan genggamannya. Hangat. Tak seperti biasanya.

Kemana perginya sosok Guanlin yang kasar? Kemana perginya perilaku yang selalu menggenggam tangannya dengan sangat keras hingga ia kesakitan? Apakah Guanlin berubah? Berubah sepenuhnya atau hanya untuk topeng sementara?

Pertanyaan demi pertanyaan itu terus terngiang dalam pikirannya hingga kepalanya kini mendadak terasa pening.

"Ayo, mereka telah menunggu kita" Ujar Guanlin kemudian menarik tangan Renjun yang sedari tadi digenggamnya dengan lembut.

Apa? Apa yang baru saja dikatakan oleh Tuan Muda bermarga Lai itu? Kita? Ucapannya yang begitu lembut saat mengucapkan kata 'kita' saja berhasil membuat Renjun sedikit kaget.

Pasalnya, baru kali ini ia mendengar Guanlin berujar dengan sangat lembut. Tak seperti biasanya yang hanya berisikan bentakan. Bentakan. Dan bentakan.

Renjun melirik tangan kanannya yang kini tengah digenggam dengan amat lembut dan hangat oleh sosok tinggi semampai bermarga Lai itu.

Kehangatan itu...

Kehangatan yang sangat amat jarang atau bahkan mungkin tak pernah ia dapatkan sebelumnya. Namun, apa ini? Tak biasanya Guanlin memberikan semua ini dengan cuma-cuma.

Pasti Guanlin akan kembali mode asalnya saat mereka telah pulang nanti. Ia hanya tinggal menunggu waktunya saja. Ia tahu hal itu pasti akan terjadi nanti.

Dan juga kelembutan itu, yang akhirnya ia dapatkan setelah sekian lama tak mendapatkannya dari sosok yang sama.

Apakah Guanlin hari ini berubah hanya untuk membersihkan citranya dihadapan para rekan-rekan kolega bisnisnya saja? Atau apa?

Siang ini ia masih boleh menikmati sejuknya semilir angin, tapi malam nanti mungkin ia akan terpaksa menikmati dinginnya ubin pada kamar mandinya.

"Oh Tuan Lai yah?"

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang