46. Menunggu Balasan Genggam

3.6K 299 19
                                    




















"Ada retak dibagian tengkorak yang menyebabkan terjadinya pendarahan diotak, diduga diakibatkan oleh pukulan benda tumpul yang diikuti oleh benturan yang cukup keras setelahnya, patah tulang dibeberapa bagian... Dan kemungkinan banyak lagi"




"Maaf jika saya harus mengatakan ini pada Anda, awalnya saya curiga dengan keanehan yang terjadi diparu-paru istri Anda. Dan setelah saya cek dengan beberapa rekan lainnya, itu dikarenakan komplikasi"

Digenggamnya tangan putih pucat yang dingin dan semakin kurus itu, menggenggamnya dengan tangan besarnya yang hangat.

Total sudah empat kali.

Empat kali sosok pria mungil itu harus keluar masuk ruang intensif karena pendarahan yang sering terjadi secara tiba-tiba.

Iya, kandungannya lemah.

Dan jika lengah dan salah selangkah saja semuanya akan berakhir. Tubuh itu semakin diujung tali kehidupan, dan kehidupan yang belum terlahir kedunia itu akan menghilang.

Luruh...

Musnah.

Sudah sekitar seminggu Guanlin secara terus-terusan menjaga Renjun yang masih tak sadarkan diri walaupun selalu dilarang oleh Ayah mertuanya melalui kata-kata yang menusuk, ia merasa prihatin kala mendapatkan penjelasan Dokter tentang kondisi Renjun.

Tentang patah tulang dibeberapa bagian tubuh, retak tengkorak akibat benturan, kemungkinan mengalami trauma, geger otak, bahkan sampai divonis koma sekitar dua belas hari yang lalu.

Tubuh rapuh itu dipenuhi dengan alat-alat medis yang entah Guanlin juga tak tahu apa nama dan kegunaanya.

Guanlin terus memandangi wajah pucat itu, perban yang mengitari kepalanya, gips dimana-mana, dan juga alat intubasi yang masuk kedalam mulut dan kerongkongan sang istri membuat hati Guanlin serasa digores oleh sebuah belati.

Sakit, itu yang ia rasakan setiap kali melihat kondisi sang istri yang entah kapan akan tersadar kembali.

Manik indah itu begitu ia rindukan. Namun ia sadar dan tahu diri, ia yang telah mengambil senyum dan tawa pria manis dihadapannya ini, menghancurkan hatinya dan perasaannya. Bahkan ia tak segan-segan bermain tangan seolah menghunuskan sebilah pedang pada Renjun hingga terdapat luka goresan yang dalam dan semakin mendalam.

Ia tahu ia memang pria yang brengsek, ia rela meninggalkan Renjun yang jelas-jelas setia sepenuh hati padanya dan menganggapnya sebagai benalu dalam hidupnya dan lebih memilih si kadal lintah darat itu yang dirinya anggap setia dan bisa menjadi pendamping hidupnya selamanya.

Namun itu semua salah, sangat salah.

Pria bertubuh jangkung itu bangkit, mengecup punggung tangan kecil sang istri kemudian dahinya sebelum akhirnya mengambil langkah pergi meninggalkan ruangan sunyi yang hanya diisi oleh suara monitor.

Drrrrrt... Drrrrrtt...

Pria dengan tatapan datar itu meraih ponselnya yang berada disaku coatnya, melihat nama yang tertera kemudian menggeser logo hijau itu dan menempelkan benda pipih tersebut pada telinga kanannya.

"Hmm"

"Kami menemukan satu barang bukti"

"Cari sampai ke akarnya jika jabatanmu ingin aman"


















"Mengapa Anda tidak memberitahunya pada saya?"

Langkah itu terhenti, terhenti tepat beberapa langkah dari tempat Guanlin kini duduk.

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang