*Happy Reading*
"Ren..." Sang empu pemilik nama menoleh dengan tatapan yang seolah bertanya kenapa.
Guanlin mengambil langkah maju, mendekati Renjun yang kini hanya duduk diatas ranjangnya.
"Jangan pergi kemana-mana, kalaupun mendadak dan harus pergi saat itu juga minta agar sopir mengantar dan menunggumu"
Renjun hanya mengangguk sebagai balasan, entah mengapa hari ini ia seolah tidak memiliki semangat walau hanya untuk sekedar melangkah turun dari ranjang empuknya.
"Aku hanya tak mau kau sakit lagi, kalau begitu aku pergi du-"
"Jangan... Kumohon"
Guanlin terdiam, Renjun mendadak menggeser tubuhnya dengan kepala yang tertunduk seolah ketakutan. Padahal ia hanya ingin mengelus surai lembut itu dan tidak akan melakukan apa-apa selain ingin mengelus. Hanya itu, tidak lebih.
Dengan canggung, ia menarik kembali tangannya yang semula hendak mengelus surai dari seorang pria kecil dihadapannya.
"... Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik"
Setelahnya dapat Renjun dengan suara ketukan langkah yang menjauh dan pintu kamarnya yang kembali tertutup dengan rapat seperti semula.
Setelah kepergian pria jakung tersebut, ia hanya dapat diam. Terdiam sembari memperhatikan kedua tangannya yang bergetar.
Guanlin melepas kaca matanya, menaruhnya kemudian memijat pelan pelipisnya. Sedari tadi ia tidak fokus dalam mengerjakan apa yang sudah seharusnya ia kerjakan, seburuk itu sampai-sampai berkas-berkas yang tertumpuk diatas meja masih banyak. Hanya berkurang beberapa dari perhitungannya yang seharusnya sejam yang lalu telah selesai.
"Ada apa denganmu Guanlin? Ayolah"
Dengan pekerjaannya yang berantakan hari ini, ia yakin jika sekertarisnya akan datang dan mengomel dan mengomentari hasil kerjanya yang buruk hari ini.
Pikirannya kembali tertarik pada kejadian pagi tadi, dimana ia hendak mengelus surai lembut dari seorang Huang Renjun namun sang empu langsung menghidar disertai perkataan yang membuatnya menjadi tidak fokus selama ia mengerjakan pekerjaannya hari ini
"Jangan... Kumohon"
Dua kata yang berhasil membuatnya tidak fokus selama duduk dikursi kebesarannya seharian ini, pikirannya melayang memikirkan sosok mungil yang bersatus sebagai istrinya.
Dan oh tunggu, lagian kenapa juga ia hendak mengelus surai dari pria mungil itu? Kenapa juga tangannya bergerak dengan refleks seolah itu adalah hal yang biasa ia lakukan? Aneh bukan? Bahkan dirinya sendiri saja tak bisa menjelaskannya.
"Astaga Guanlin! Hentikan memikirkannya!!!"
Tok tok
Ceklek
"Astaga! Anda belum menyelesaikan berkas-berkas yang telah saya berikan empat jam yang lalu? Anda sudah tidak bisa menundanya lagi dan harus mengerjakannya dengan segera karena sejam lagi Anda mengatakan untuk mengadakan pertemuan rapat jadi Anda harus mengerjakannya dengan cepat jika tidak ingin semua anggota Anda suntuk menunggu diruang pertemuan selama bermenit-menit atau bahkan sampai berjam-jam hanya karena kinerja Anda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...