30. Telah terjadi

4.8K 391 33
                                    

















"Hahha tak mungkin... Tak mungkin!"

















"Terima kasih telah berkunjung kemari"

Renjun menerima amplop tersebut, ingin langsung membukanya namun setelah dilikir-pikir lebih baik ia membukanya saja saat diluar ruangan nanti.

"Saya harap dijaga dengan baik"

"I-iya, terima kasih Dokter saya permisi" Pamitnya kemudian pergi.

Disepanjang koridor sunyi itu Renjun berjalan dengan lunglai sembari membaca secarik kertas dari dalam amplop yang baru saja ia keluarkan, dalam pikirannya terus terulang kata tak mungkin. Tak mungkin. Dan tak akan mungkin.

Bruk

"Hey, kalau jalan janganlah seperti i... Tu" Wanita muda itu melirik secarik kertas yang terjatuh pada lantai.

"Maaf Nyonya maaf, saya sedang melamun tadi" Ujar Renjun meminta maaf.

Jujur saja ia tadi tidaklah melamun, tetapi terlalu sibuk dengan pikirannya hingga kepalanya yang kini berdenyut nyeri.

Melihat Renjun yang hendak mengambil kertas yang tergeletak pada lantai, wanita muda tersebut langsung saja mengambilkannya dan menyerahkannya pada Renjun dengan lembut.

"Setidaknya Anda jangan terlalu kelelahan dan juga banyak pikiran, kasihan dianya nanti"

Renjun hanya dapat terdiam.

"Kalau begitu saya pergi dulu, maaf juga atas kelancangan saya tadi. Permisi" Setelahnya wanita muda itu pergi menjauh entah kemana.

Tungkai itu lanjut berjalan dengan genangan air pada pelupuk mata yang mengiringi. Kini hanya tangis yang dapat menggambarkannya.

"Mengapa hal ini harus terjadi? Pada siapa aku harus mengatakan hal ini? Semua hancur... Hancur"


















"Dari mana?"

Untung saja Renjun dengan cepat langsung berbalik dan menyembunyikan amplop yang sedari rumah sakit terus ia genggam dibalik tubuhnya.

"Tidak dari mana-mana, ya tidak dari mana-mana" Jawab Renjun sedikit gelagapan.

Tatapan tajam dan menuntut itu segera Renjun dapatkan, sedikit rasa curiga Guanlin bubuhkan pada sosok kecil dihadapannya kini.

Namun kini tatapannya tak terfokuskan pada wajah itu, melainkan seperti sebuah amplop yang kini menarik perhatiannya.

"Apa itu?" Tanya Guanlin dengan memberikan kode. Mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan yang tertuju pada balik tubuh Renjun.

"A-apa? Tidak ada apa-apa"

"Amplop itu"

"Oh amplop itu, hanya amplop biasa"

Tatapan setajam elang dan juga langkah yang perlahan maju itu sontak membuat Renjun mengambil langkah mundur dengan perlahan.

Sungguh dapat ia rasakan keringat dingin kini mulai bermunculan, ia harap hal yang terlewat dalam pikirannya tidak akan terjadi.

"Kemarikan" Titah Guanlin dingin.

"Tidak perlu, kau tak perlu melihatnya karena ini bukan hal yang penting" Tolak Renjun sembari terus menjauhkan tangan Guanlin dari amplop yang hendak ia jangkau.

"Jangan kumohon jangan" Pinta serta mohon Renjun dalam hatinya.

Sret

Guanlin mengambil amplop itu dengan kasar. Membuat napas dari Renjun tercekat dan juga sekujur tubuhnya yang menegang seketika.

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang