~Sorry For Typos~
Tatapan itu terus tertuju pada Renjun yang kini n ceria itu, itulah yang seolah dapat menyejukkan hatinya.
"Rasanya semua berubah, haruskah aku melakukannya?"
Batinnya begitu bimbang selama beberapa hari belakangan ini ingin melakukannya. Namun dirinya sendiri masih bimbang.
Helaan napas terdengar, perasaannya begitu bimbang. Seolah-olah kini pikirannya dibawa ketengah-tengah hamparanombak laut yang begitu sulit untuk keluar dari sana.
Cekrek
Tatapan keduanya bertemu, membuat senyum yang sebelumnya begitu ceria pada wajah manis Renjun perlahan sirna saat kedua keping kembar mereka saling bertemu. Saling bertukar pandnag selama beberapa saat sampai akhirnya Renjun mengalihkan pandangannya lagi pada anak-anak dengan senyuman canggung yang coba ia paksakan.
Syukurlah, ia setidaknya bisa mendapatkan satu kali jepretan foto dari jarak yang tidak begitu jauh. Sedari tadi ia hanya memotret Renjun dengan kameranya dari bawah pohon, cukup jauh dan hanya bisa memperjelas gambar dengan cara memperbesar.
Guanlin menghela napasnya, ia juga lelah terus berada dibawah pohon sendirian. Akhirnya ia kini berjalan pada gerombolan anak-anak panti.
Cekrek
"Eumm... Apa Paman memotret kami?"
Guanlin menyembunyikan kameranya kebelakang, berlagak seolah-olah tidak melakukan apapun. "Ti-tidak, Paman hanya memotret capung, coba lihat sana" Telunjuk tangan kirinya menunjuk suatu arah, membuat para anak-anak panti menoleh mengikuti arah yang ia tunjuk. Kesempatan itu langsung ia gunakan untuk berlari menjauh.
"Tidak ada... Pam- Paman kabur, kejaaar!"
Ditengah hamparan rumput itu, segerombolan anak panti tadi berlari mengejar Guanlin yang berada tidak jauh dibelakang sana.
"Jangan kabur!"
"Hey, Paman tidak melakukan apa-apa hahha, Paman tidak memotret kalian" Ujar Guanlian masih sambil terus berlari kecil menjauhi segerombilan anak-anak kecil yang kini tengah berusaha untuk menangkapnya karena ia tengah 'kabur'.
"Hiaaaaa"
Bruk
"Ahahah iya Paman minta maaf, ampun-ampun"
"Paman nakal!"
"Hey, Paman tidak nakal hahha" Sangkal Guanlin dengan sesekali tertawa geli saat jemari-jemari mungil tersebut mulai menggeletiki tubuhnya.
"Paman nakal"
"Betul itu, Paman nakal sekali"
"Iya-iya sudah"
Sedangkan Renjun yang sedari tadi hanya berdiam diri ditempatnya, kini terus menatap Guanlin yang saat ini tengah asik sendiri dengan beberapa anak panti laki-laki ditengah-tengah hamparan rumput sana.
Guanlin berlari dengan tawanya, aura kebahagiaan begitu terlihat saat Pria dengan tubuh semampai itu berlari kesana-kemari tak tentu arah dengan tawanya.
Dan entah mengapa juga hatinya terasa sejuk saat melihatnya. Senyuman itu, bahkan tanda cacat pada salah satu bagian pipinya itu masih dapat keping kembar rubahnya itu dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...