"Dia menyimpan segalanya sendiri? Selama ini?"
BRAKK!!!
Gebrakan yang teramat keras itu berasal dari tangan Guanlin yang terkepal menggebrak meja, membuat semua polisi yang berada disana terlonjak kaget akan hal itu.
"Sial! Sudah berjalan empat bulan... Empat bulan DAN KALIAN MASIH BELUM MENEMUKAN TITIK TERANGNYA!?"
Hening menjawab.
Semua polisi yang ada disana hanya dapat tertunduk diam, termasuk pimpinannya sekalipun ikut tertunduk takut.
Karena mereka tahu, sosok yang kini berada dihadapan mereka semua ini adalah bukan orang sembarangan.
Orang itu adalah orang yang mempunyai kepentingan yang tinggi dalam politik, dan jika mereka salah sedikit saja. Maka semuanya akan menghilang.
Gone
"Cih! Tidak berguna"
Tangan itu meremas beberapa kertas dalam genggaman tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya kini tengah memijat pelan pelipisnya.
Helaan napas kasar itu terdengar setelahnya, membuat semua orang disana terlonjak dan menahan napasnya kembali sebisa mungkin.
"Perlu suntikan berapa Tuan Kepala Kepolisian?"
"Apa maksud Anda Tuan?-"
"KUBILANG BERAPA BRENGSEK!?"
Guanlin berjalan mendekati seorang pria berumur yang berada tak jauh darinya, menepuk bahu kanan dari pria tersebut dan menarik sedikit papan pangkat dengan empat bintang yang melekat disana.
"Ingat Tuan... Aku bisa mengubah seluruh kehidupanmu, termasuk keluarga besarmu. Jadi kerjakan kasus ini secepat mungkin, sebersih mungkin, dan se kongkret mungkin, tanpa meninggalkan jejak barang setitik tinta hitam pada kertas putih sekalipun. Camkan itu"
Guanlin menurunkan tangannya kemudian memasukkannya pada kantong jaketnya.
"Keep that in mind sir, excuse me"
(ingat itu baik-baik dalam otak Anda Tuan, permisi)Setelah berucap demikian, Guanlin segera pergi dengan langkah lebarnya keluar dari bangunan yang selalu memancing emosinya jika masuk kedalam bangunan tersebut.
22 Maret
23.58Yang berarti apa? Yah, tepat sekali. Dan juga sekaligus usia kandungannya yang kini telah menginjak setengah tahun lebih.
Klek
Api dari lilin kecil yang berada diatas kue itu menyala, memberikan secercah sinar dan juga harapan yang tersirat dari manik sang dominan.
Manik yang biasa menatap tajam sang submisifnya, kini berganti menjadi begitu lembut dengan sedikit air yang menggenang pada pelupuk matanya.
Setelah menyalakan lilin yang memberikan secercah harapan itu, kini tangan besarnya itu meraih dan menggenggam tangan yang jauh lebih kecil dan dingin darinya.
"Maaf... Tapi bisakah kau bangun saat ini? Aku rindu manik indahmu, maaf... Maafkan aku" Bisiknya pada gelapnya malam sembari terus menggenggam erat tangan yang semakin kurus dari orang terkasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...