17. Masa Lalu

5.2K 388 22
                                    

"Eh hei kau... Jangan nakal yah atau tidak bola salju ini akan melayang padamu" Ancam anak lelaki bermantel coklat pada sang sahabat.

"Coba saja wleee, eit... Tidak kena tidak kena ahahahahah"

Anak lelaki bermantel biru terus saja mengganggu sang sahabat hingga membuat lelaki manis itu kesal dan membuatnya terus melemparkan gumpalan-gumpalan bola salju.




Renjun tersenyum mengingatnya, namun senyuman itu langsung luntur ketika ingatan buruk dan menyakitkannya dimasa lalu terlintas begitu saja.










"Ren!"

Pemuda yang tengah berjinjit untuk mengambil sebuah buku pada rak perpustakaan itu menoleh.

"Ya? Kenapa?" Tanyanya pada seorang pemuda yang tengah menghampirinya dengan senyuman yang seakan tak ingin luntur dari sana.

"Jangan tersenyum terus, jawab pertanyaanku barusan" Titah pemuda berpapan nama Huang Renjun itu.

"Kau tahu Ren-"

"Aku tak tahu Guan karena kau tak memberitahunya, kau ini aneh... Tak jelas" Sela Renjun sembari membaca buku yang baru saja diambilnya itu sambil berdiri dan bersandar pada rak dibelakangnya.

Sontak saja pemuda berpapan nama Lai Guanlin itu mendengus lelah sembari memutar bola matanya malas.

"Ck! Dengarlah dulu Ren-"

"Ya ya aku akan mendengarmu asal kau langsung keintinya, tak usah bertele-tele... Aku hanya malas mendengar omong kosongmu itu" Sela Renjun lagi dan lagi.

"Ck! Baiklah... Kau tahu perempuan yang berambut panjang berwarna coklat itukan?"

"Ehem aku tahu, kenapa?" Tanyanya balik masih sambil membaca bukunya.

"Hem... Cantik yah?"

Deg

Renjun langsung menghentikan membaca bukunya, pandangannya ia alihkan pada keramik dibawah sana. Pasti akan ada sesuatu yang akan terjadi, pikirnya.

"I... Iya kenapa?"

"Tidak, kira-kira aku cocok tidak yah jika bersanding dengannya?"

Pemuda bermarga Huang itu meringis dalam hati. Benar dugaannya, salahkan saja dirinya yang terlalu berharap dalam angannya.

"Ya cocok, secarakan kau pangeran dan dia putri disekolah ini, ya... Ya jadi tidak ada salahnya" Jawab Renjun dengan menatap manik dari sang sahabat.

Sakit sebenarnya sakit saat mendengar itu semua, apakah sosok pemuda dihadapannya ini tak tahu akan perkataannya barusan yang menggores hatinya?

Iya memang ia tahu ia terlalu berharap selama ini.

Mengharapkan sesuatu yang mustahil dan tak mungkin terjadi dalam hidupnya. Memang iya, terlalu berharap lebih terkadang tak baik juga.

"Benarkah?" Renjun menggangguk sebagai balasan.

"Aaa terima kasih Renjuuuun"

Cup

Guanlin sudah biasa melakukan itu padanya. Mencium pipinya lalu pergi, katanya hanya sebagai persahabatan mereka. Tak lebih sedikitpun.

Selepas kepergian pemuda bermarga Lai itu, bulir demi bulir air mata mulai berjatuhan dan membasahi buku yang tengah dibacanya tadi.

Tubuhnya merosot dan membiarkan buku itu menutupi wajahnya.

"Hiks... Kenapa hiks kenapaaa?!"
























Hingga ingatan Renjun kembali pada sekitar lima tahun setelahnya, setelah Guanlin membuat luka pertama kali pada hatinya.

"APA?! MENIKAH DENGANNYA?! APAKAH IBU GILA?!"

Seisi ruangan hanya dapat dia setelahnya.

Sedangkan pemuda bermarga Huang itu kini hanya dapat menunduk sembari menahan tangisnya, ia hanya tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi.

"Ibukan sudah tahu aku sudah memiliki kekasih Bu"

"Tapi ini demi kebaikanmu nak, jika kau dengan kekasihmu itu semuanya akan hancur dimasa depan nanti" Ujar wanita paruh baya itu.

"Omong kosong! Aku sudah punya pilihan Ibu-"

"Tapi pilihanmu itu tak baik Guanlin, Ibu tahu yang terbaik untukmu" Sela wanita itu.

"Ah sudahlah!"

Guanlin bangkit kemudian berjalan menuju tangga, berniat pergi dari ruangan itu.

"Hey Guan, GUANLIN!"

"APA AYAH?!"

"Kembali kesini" Perintah sang Ayah.

"Terserah apa mau kalian, aku sudah lelah... Dan untuk kau Renjun"

Renjun sontak mendongak dan menatap kearah Guanlin, tatapan yang sudah tergantikan dengan tatapan kebencian.

Tak ada lagi tatapan ketulusan darinya, tatapan yang ia rindukan saat ini.

"Kau telah menghancurkan semuanya"













Saat janji suci telah diucapkan oleh keduanya, dan kini tibalah waktu yang biasanya ditunggu-tunggu oleh para tamu.

Yah, berciuman.

Namun sepertinya dan seharusnya ada kenangan indah dalam ingatannya, Renjun malah mendapatkan kenangan yang menurutkanya buruk.

"Jangan berharap lebih dariku... Camkan itu" Bisik Guanlin pada telinga kirinya sebelum akhirnya mengecup dahinya setelahnya.

Ingatan buruk yang sayangnya selalu membekas.















"Seburuk itukah diriku?"

















Tebece

Hayoloh siapa nih yang minta dabel ap? Ngaku loh yah, nih dah ya. Anggap aja gantinya karena lama apdet.

Ya lama apdet karena banyak urusan juga sih, tau lah ah.

Pokoknya itu aja untuk hari ini, sekian thank you guys!

See you in the next chap, babay~

*Soory For Typos*

Tertanda :
Selasa 11 Oktober 2022
23:00

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang