19. Mingyu

5.1K 415 32
                                    








Renjun termenung pada bangku taman belakang itu, ia melirik pergelangan tangannya. Memang ada bekas lebam disana, tapi yang dirinya sendiri bingungkan adalah, mengapa ada bekas lebam disana sedangkan ia merasa Guanlin tak melakukan kekerasan padanya belakangan ini?

Pandangannya akhir-akhir ini kerap kali berbayang entah mengapa, padahal jika dilihat-lihat ia tak melakukan hal yang dapat memicu hal tersebut.

Belum lagi dengan pening dan mimisan parah yang biasanya menyerang secara tiba-tiba tanpa kenal waktu, dan itulah alasannya mengapa ia berada didalam kamar dan sangat jarang keluar terkecuali jika para Maid datang memanggilnya untuk makan.

Bahkan hanya untuk sekedar makan saja biasanya ia tak nafsu, entahlah ada apa dengan dirinya ini ia sendiri saja tak tahu.

"Nyonya"

Renjun menoleh dan terus menatap Maid itu hingga duduk merumput tepat dihadapannya.

Renjun tak menjawab. Bukannya apa, kini rasa pusing itu kembali menyerang dan membuatnya seolah tak bisa apa-apa.

"Apa Nyonya baik-baik saja? Nyonya tampak pucat, bagaimaan jika kita kerumah sakit saja untuk mengecek?" Usul Maid itu.

Maid yang saat itu tak sengaja mendengar suara kegaduhan dikamar Renjun akibat segala pekerjaannya yang menumpuk.

Renjun menggeleng dan tetap terdiam tanpa sepatah katapun yang berniat ia keluarkan.

"Nyonya sudah makan?" Renjun menggeleng sebagai jawaban, memang ia melewatkan waktu makan siangnya dengan alasan tak nafsu.

"Anda tak ingin makan?" Renjun kembali menggeleng.

"Bagaimana dengan yang manis-manis saja?" Renjun sempat berpikir sejenak lalu menggangguk.

"Kalau begitu ayo, saya baru saja membuatkan sup coklat untuk Anda" Ujarnya kemudian bangkit dan menarik dengan lebut tangan dari Nyonyanya itu.

Renjun dituntun hingga sampai disalah satu bangku meja makan, ia duduk dan tak lama tersajilah satu mangkuk hidangan berbahan dasar coklat itu dihadapannya.

Renjun menatapnya tanpa minat, sebenarnya tadi ia menggangguk karena tak ingin terus dihadapkan dengan pertanyaan sedangkan dirinya malas untuk menjawab dengan kata-kata.

Tapi mau tak mau ia harus memakannya, karena ia tahu untuk membuatnya pasti membutuhkan waktu yang lama.

Maid itu datang dan duduk disamping kanannya, Renjun menengok dan bertanya.

"Kau tak makan?"

"A-ah itu Nyonya... Nyonya makan saja"

"Ambillah lalu duduk kembali disini" Ujar Renjun lembut.

Mau tak mau Maid itu menuruti apa yang dikatakan oleh majikannya itu, ia hanya tak ingin Renjun marah.

Ini sudah pukul lima sore, lebih tepatnya jam setengah enam. Dimana langit mulai menggelap dan biasanya dijam seperti ini para Maid yang lain tengah bersantai ditaman halaman depan.

Melepas penat sejenak, atau hanya sekedar untuk berbagi cerita. Tapi entah mengapa Maid yang kini tengah ada bersamanya itu tak ikut bergabung.

Padahal bisanya ia melihat dia dari jendela lantai atas ikut bergabung bersama yang lain, tapi entah mengapa kali ini tidak.

Mereka hanya saling diam, hingga akhirnya Maid mengajukan satu pertanyaan yang membuat Renjun terkejut.

"Itu... Kenapa Nyonya?" Tanya Maid itu sembari mengarahkan ujung telunjuknya pada pergelangan tangan Renjun, "apakah Anda mengalami kekerasan?"

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang