3. Dia

7.3K 639 50
                                    

Guanlin yang awalnya tengah fokus pada layar komputer dihadapannya, harus mengalihkan pandangannya itu dari yang awalnya pada layar komputer kini teralihkan kepada seorang wanita yang baru saja memasuki ruanganya.

"Ada apa?" Tanyanya pada wanita itu dengan nada lembut.

"Emmm... Itu"

Guanlin memperhatikan wanita itu dengan kerutan dikeningnya.

"Kemarilah" Titah Guanlin.

Wanita itu tersenyum, kemudian menghampiri Guanlin dan duduk begitu saja dipangkuan Guanlin.

"Ada apa hmm?" Tanya Guanlin sekali lagi.

"Tidak ada apa-apa" Jawab wanita itu sembari mengalungkan kedua tangannya pada leher Guanlin.

"Katakan saja" Ujar Guanlin dengan nada dingin.

"E-mh itu..."

"Apa?"

"Emmhhh... Mau ikut belanja bersama teman-temanku"

Guanlin mengulas senyuman diwajahnya, kemudian mengambil sebuah kartu dari saku jasnya.

"Ini" Ujar Guanlin sembari memberikan kartu tersebut pada wanita dipangkuannya.

Tentu saja wanita itu tak menolak dan langsung mengambilnya dengan senang hati.

"Kalau begitu aku pergi dulu" Ujar wanita itu kemudian mengecup bibir Guanlin dan setelahnya pergi tanpa berucap terima kasih sedikitpun.
























Renjun yang awalnya tertidur pada sofa, kini terbangun kala mendengar deru suara mesin mobil. Dan setelah suara deru mesin mobil hilang, dengan segera bangkit dan membukakan pintu utama untuk Guanlin.

"Kubilang tidur saja, jangan menungguku" Ujar Guanlin ketus setelah masuk.

Renjun hanya dapat tertunduk takut, padahal ia hanya ingin menjalani kewajibannya sebagai istri yang baik.

"Sana, tidur!" Titah Guanlin telak, tak dapat dibantah apa lagi ditolak.

"I-iya"

Kemudian Guanlin pergi meninggalkan Renjun seorang pada ruangan luas tersebut.

Saat baru saja Renujun hendak menutup pintu, samar-samar ia dapat mendengar gumaman Guanlin dari atas tangga sana.

"Karenanya, aku jadi seperti ini. Andai saja perjodohan itu tak ada, tak akan aku seperti ini"

Sakit? Tentu saja, dalam rumah tangga ini. Hanya dialah yang mencintai secara sepihak, tetapi Renjun dapat mempertahankan pernikahan ini.

Walaupun hanya bertepuk sebelah tangan.

"Sabar Renjun, anggap saja angin lalu" Gumam Renjun kemudian pergi kekamarnya setelah menutup pintu serta menguncinya.

Setelah sampai pada kamarnya, ia mengunci pintu tersebut. Apakah ia berniat untuk langsung berbaring dan terlelap pada ranjang empuknya? Oh tentu saja tidak.

Tungkainya ia arahkan menuju balkon kemudian duduk pada salah satu kursi disana, semilir angin yang berhembus cukup dingin tak dapat membuat tubuh berbalutkan kaus putih tipis dan juga celana pendek selutut itu berkeinginan untuk masuk kedalam dan menutup pintu balkon.

Tetapi malah hal lain yang ia lakukan.

Hiks...

Ia menelusupkan wajah manisnya pada lututnya, hanya ini yang dapat ia pakukan disetiap malamnya.

Meratapi nasibnya yang terbilang mungkin tak beruntung, orang-orang mengatakan bahwa ia beruntung karena dapat dipinang dan hidup bersama Guanlin yang selain tampan juga kaya raya.

Namun semua itu salah, mereka semua tak melihat sisi lain dari rumah tangga yang tengah mereka jalani itu, pernikahan dan rumah tangga mereka hanyalah berlandaskan atas perjodohan dan beberapa hal lain.

Tak lebih.

"Hiks... Mengapa? Mengapa seperti ini, apakah aku memang sesuatu yang mengubah sosoknya? Tapi aku tak melakukan apapun hiks... Aku hanya mengikuti alur, tak lebih..."

Hampir disetiap malam, ia hanya dapat menangis dan terisak ditengah gelapnya malam. Tiada tempat untuk mengadu baginya selain gelapnya malam dan semilir angin yang selalu menemaninya.

Apakah ia salah telah hadir dalam hidup Guanlin?

Apakah ia tak pantas untuk Guanlin?

Apakah ia memang tak seharusnya terlahir dan hadir dalam hidup Guanlin?

Dan banyak hal lain yang ia pikirkan dan tangisi disetiap malamnya.
































"Mungkin aku memang tak pantas untuknya"

























Tbc~

Hola, maaf lama upnya dan maaf juga up kali ini ngak panjang.

Mungkin aku kena Writer's Block, yang mana Writer’s block itu apa?

Writer’s block adalah kondisi yang mana penulis mengalami kesulitan (sementara atau permanen) untuk menuliskan kata-kata atau menulis.

Jadi mungkin seperti itulah yang aku alami saat ini dan juga buat kalian nunggu lama buat kelanjutan book ini.

Bukan book aku yang ini aja kok yang seperti ini, book sebelah juga begitu kurang lebih. Itulah sebabnya aku sering bilang otak aku mampet.

Dan kalau aku sudah bialng begitu, kemungkinan saya mengalami Write's block seperti yang sudah dijelaskan tadi.

Dan juga maaf untuk typonya yang bertebaran dan buat kalian ngak nyaman, yang awalnya serius malah jadi seperti bercanda.

Namanya juga manusian, tak luput dari ketypoan.

Oke sudah sampai sini dulu, see you in the next chap... Dadah babay.

*Sorry for typos*

Tertanda :
Sabtu, 14 Mei
12:59

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang