40. Keputusan Terbaik

4.3K 363 25
                                    


















*WASPADA*
!TYPO BERTEBARAN EVERY WHERE!






































"Nyonya? Nyonya ada apa kenapa Anda menangis?"

Renjun dengan segera menghapus air matanya, ia baru saja tiba dan harus memasang senyum manisnya dengan terpaksa kemudian menggeleng.

"Tidak aku tidak apa-apa, aku pergi kekamarku dulu yah?" Setelah Maid itu mengangguk, ia dengan segera mengambil langkah cepat menuju kamarnya.

Ia tahu pasti ada masalah yang begitu besar yang Nyonyanya itu hadapi saat ini. Belah bibirnya bisa mengatakan tidak apa-apa, namun tidak dengan sirat mata dan juga jejak-jejak air mata pada pipinya.

















Bugh!

Ah sial.

Satu pukulan telak Guanlin dapatkan dari seorang Kim Mingyu.

"Sudah kukatakan padamu berulang-ulang kali Guanlin, sudah kubilang! Hindari dia sejauh mungkin ,dia itu penghancur Guan! Penghancur!"

Guanlin bangkit sembari memegangi rahangnya yang terasa seperti bergeser. Tinjuan Mingyu tidak main-main, ia tahu sudah sepantasnya ia mendapatkan hal menyakitkan seperti ini.

"Dan lihat, kau lihat dengan mata kepalamu sendirikan tadi? Renjun menangis sialan! Renjun menangis dan itu semua karenamu, akibat dirimu Guanlin kaparat!"

"Aku ta-"

Bugh!

"Aku tahu walaupun sebenarnya pernikahanmu ini hanya kontrak semata namun hargailah Renjun, kau tidak kasihan padanya?! Apa kau tidak punya hati nurani hmm? Renjun juga manusia Lai, kau selalu menyakitinya dan apakah dirinya pernah untuk menyakiti hati atau bahkan fisikmu?"





















Tok... Tok

Ceklek

Tatapan mereka bertemu, namun sepersekian detik kemudian Renjun dengan cepat menutup pintunya dengan keras dan menguncinya.

Tidak-tidak, ia tidak mau air mata ini kembali berderai entah untuk kesekian kalinya untuk hari ini, Rasa sesak itu kembali hadir seolah membelenggu dadanya, selain itu hatinya sakit saat mengingat kejadian siang tadi.

"Ren dengarkan aku kumohon, kumohon untuk kali ini saja"

Renjun bergeming, tidak menggubris apapun yang Guanlin katakan dibalik pintu sana walau dengan sesekali mengetuk-getuk pintu dan memcoba membuka knop pintu walau hasilnya nihil.

Helaan napas itu terdengar, ia lebih memilih untuk menjauhkan tangannya dari knop pintu.

Disunyinya luasnya bangunan itu, dapat ia dengar dengan jelas suara isak tangis tertahan dari balik daun pintu dihadapannya.

"Ren, buka kuncinya... Ada yang ingin kukatakan padamu-"

"Tinggalkan aku Guanlin" Sela Renjun didalam sana.

"Aku-"

"Tinggalkan aku Lai... Kumohon"

Sesaat kemudian, dapat Renjun dengar suara langkah yang perlahan menjauh dengan perlahan.

Tubuhnya yang sudah ia sandarkan pada daun pintu sedari tadi langsung merosot sesaat kemudian. Linangan itu kembali meluruh, dengan isakan tertahan yang mengisi sunyi dan gelapnya malam dengan rembulan menggantung pada luasnya ruang dirgantara.

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang