Setelah pulang dari rumah sakit, terlihat para Maid yang berprilaku seolah sangat protektif padanya.
Entah itu bahkan saat ia hanya terbatuk kecil ketika makan, berjalan-jalan mengelilingi rumah, bahkan saat berjalan-jalan sore ketaman terdekat saja pasti ada seridaknya seorang dari mereka yang mengawasinya.
Bahkan ketika ia mengangkat beberapa barang yang padahal hanya berisi beberapa buku yang hendak ia baca saja para Maid selalu memaksa agar mereka saja yang membawanya.
Renjun jengah sendiri jadinya. Bukannya tak senang, bukan. Ia hanya tak ingin merepotkan mereka saja, ia hanya mau melakukan tugas-tugas mereka saja tanpa ada tambahan tugas untuk menjaga dirinya.
Ia bahkan sudah melarang dan menyuruh mereka melakukan tugas mereka yang telah ditetapkan, namun mereka terap menolak.
Dan setelah ia menanyakan siapa yang menyuruh mereka melakukan semua hal itu, mereka menjawab bahwa Ibu mertuanyalah yang memerintahkan semua itu.
Ia tahu Ibu mertuanya itu khawatir dengannya, tapi tak seperti ini juga. Mau bagaimana pun dirinya ini lelaki. Bukan?
Bahkan pada window seat yang ada pada ruang perpustakaan ini, dirinya tengah duduk sembari membaca sebuah buku.
Merasa tak nyaman dan tak enak jika harus terus membiarkan Maid itu berdiri sembari memperhatikannya.
Renjun menutup buku tebal berwarna merahnya itu kemudian mengalihkan pandangannya kepada Maid yang berada tak jauh darinya.
"Pergilah makan dengan yang lainnya, aku tak amau kau kelaparan" Ujar Renjun lembut.
"Tap-"
"Sudah sana, aku akan baik-baik saja disini" Sela Renjun dengan senyuman manisnya diakhir.
Maid itu kemudian membungkuk sekilas kearah Renjun kemudian pergi dari pandangan Renjun.
Renjun menghela napasnya, dalam diamnya itu. Ia terus berpikir apakah ia harus diperlakukan hingga sedemikian rupa sedangkan dirinya lelaki bukanlah seorang perempuan.
Setelah dirasa bosan, ia kemudian menaruh kembali buku yang tadi ia baca pada tempatnya semula kemudian melangkahkan tungkainya keluar dari ruangan itu menuju kekamarnya.
Pintu itu ia tutup. Kini pandangannya tertuju pada lemari. Dengan segera, ia membuka pintu lemari itu kemudian mengambil sebuah kemeja hitam yang biasa ia kenakan tak lupa juga mengambil sebuah masker hitam serta tas punggungnya.
"Nyonya ingin kemana?"
Tangan yang awalnya hendak membuka pintu ia urungkan, kemudian berbalik kebelakang dengan membuka maskernya pada sisi kiri.
"Ha-hanya sebentar" Ujar Renjun gugup.
"Tak ingin makan dulu? Atau ingin saya buatkan bekal untuk Anda?" Tawar Maid itu.
Renjun menggeleng dengan senyuman manis yang selalu ia tambilkan kapan saja.
"Tak usah, nanti aku bisa makan diluar saja" Balas Renjun lembut.
"Tapi makanan diluaran sana takutnya tak sehat, sebaiknya Anda makan dirumah saja"
"Ya sudah aku akan pulang sore nanti"
"Benar sampai sore 'kan? Tak sampai malam?" Tanya Maid itu.
Bukannya apa, jika terjadi sesuatu terhadap Nyonyanya itu. Ia takut kena bagian dari Nyonya besar mereka. Alias Nyonya Lai sendiri.
"Iya aku janji" Jawab Renjun sembari mengaitkan kembali tali masker itu ketelinganya serta membuka pintu perlahan.
"Janji?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...