"Daffodil ku"
"LAI!"
Manik itu terbuka, menatap sekitar bimbang dengan napas tak beraturan. Manik itu kini menyapu sekitar, menatap bahkan sampai ke segala penjuru arah.
Sama, ini rumahnya, dikamar...
Bukan kamarnya?
Tunggu, kenapa ia ada disini? Seingatnya dirinya ada di-
"LAI GUAN!"
Kepala itu menoleh kearah pintu, mengernyit heran saat suara teriakan itu masuk kedalam indra pendengarannya.
Suara itu tidaklah asing dalam ingatannya, siapa pemilik suara itu?
"Ibu?" Pikirnya.
"LAI!"
Tubuh itu kini beranjak, berjalan kearah pintu coklat gelap yang masih tertutup, seingatnya ini bukan kamarnya-
Ceklek
"Astaga aku memanggilmu sedari tadi, KAU TAK DENGAR?!"
DEG!
Manik itu terpaku, menatap wajah seseorang yang baru saja membuka pintu.
Napasnya tercekat, senada dengan tubuhnya yang seolah tak dapat digerakkan. Hanya matanya yang dapat bergerak saat ini, itupun dirinya terpaku seolah terkena sihir.
"Cepat turun!"
"Kau-"
Tubuh yang baru saja berbalik kini kembali seperti semula, menatap pria tinggi itu dengan sinis.
"Apa?!" Tanyanya sinis.
Pria itu tak kunjung merespon, membuat sosok itu kini menghela napasnya dan hendak pergi. Namun sebelum ia berbalik badan, kini tangannya ditarik dengan begitu erat.
"Kau ini, ada ap-"
Greb
"Renjun"
Tangan yang hendak memukul itu terhenti, terdiam saat merasakan sesuatu yang basah kini mengalir di bahunya.
"Maaf... Maafkan aku"
"Aku hanya memintamu untuk bangun, ada apa?"
"Maafkan aku Ren maafkan aku kumohon" Mohon Guanlin masih sembari memeluk tubuh kecil dengan balutan kaos kebesarannya.
"Ada apa denganmu Lai?"
Pelukan itu kini terlepas, membuat Guanlin menatap sosok didepannya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Sama.
Sama persis.
Ini bukan mimpi kan?! Iya kan?!
"Ini benar-benar bukan mimpi?"
Dahi sosok itu kini mengernyit, menatap Guanlin dengan kebingungan.
"Apa maksudmu? Ini sudah pagi Tuan Guanlin"
Guanlin menggeleng, mengambil kedua tangan itu kemudian digenggamnya dengan erat. Seolah takut sosok itu akan pergi lagi meninggalkan dirinya.
"Ini sungguhan? Kamu masih hidup? Ini bukan imajinasi ku semata kan?"
"Hey apa yang kau bicarakan? Aku sudah mati begitu? Aku masih hidup dasar lelaki gila!"
"Maafkan aku kumohon"
Manik yang awalnya menyiratkan akan kekesalan kini berubah, menatap Guanlin yang kini berlutut dihadapannya masih dengan mata berair.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya panik berusaha membuat Guanlin kembali berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...