31. "Aku ada disini, jangan menangis"

5.9K 420 38
                                    

~Happy Reading~

*Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan*

























Pukul empat dini hari.

Keadaan kamar mandi itu kini sangatlah jauh dari kata rapih, ada tisu dengan noda merah dimana-mana bahkan sampai banyak butir obat dan tepat obat yang berserakan pada lantai.

"Aaargh!"

Renjun mematut pantulan bayangnya pada cermin dihadapannya, keadaannya begitu buruk dan sangat amat kacau.

Sebuah cutter dalam genggamannya bergetar, begitu juga dengan air mata yang kembali mengucur.

Kepalanya sakit saat mendengar suara-suara menakutkan yang seolah terus terperangkap didalam kepalanya.

"AAAAAAARGH! HENTIKAN!"

Renjun menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya saat suara-suara eneh itu semakin memarah seiring berjalannya waktu demi waktu.

Suara benda pecah, teriakan, tamparan, pukulan, langkah kaki, hingga suara anak kecil laki-laki yang tengah memanggil ibunya terus berputar bak terperangkap dalam tengkoraknya.

Napasnya memburu, menyudutkan diri dengan terus menutup kedua telinganya serapat mungkin. Dirinya hanya menginginkan ketenangan pada malam ini.

Ia hanya lelah menghadapi semua yang tidak nyata tersebut, ia hanya tak ingin semua ini terus terulang dan berputar-putar pada kepalanya hingga membuatnya pening dan kembali menangis.

"HENTIKAAAAN! Please... Hiks kumohon"








Pagi. Pukul 07:30.

Renjun meraih tas selempangnya, berpamitan kepada bibi didapur kemudian lanjut berjalan kepintu utama.

"Mau kemana?"

Renjun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu setelah mendengar pertanyaan yang menuntut jawaban darinya itu.

"Ada banyak urusan yang harus kuurus hari ini, aku izin pulang sedikit larut malam ini" Jawab Renjun tanpa berbalik, kemudian memutar knop pintu dan pergi dari sana.

Sedangkan Guanlin, ia hanya dapat terheran. Ia hanya merasa bahwa tidak biasanya Renjun menjadi sosok yang seperti ini.

"Sedikit berbeda dari biasanya"











"Hey kau baru datang kemari setelah berbulan-bulan lamanya, bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja?" Tanya pria muda berjas putih itu sembari menaruh punggung tangannya pada dahi Renjun.

Memastikan apakah sobat karibnya ini fisiknya tengah baik-baik saja atau tidak, sedangkan Renjun yang baru saja duduk pada kursi langsung menunduk dan menggeleng dengan lesu.

"Tidak... Aku tidak sedang baik-baik saja" Cicit Renjun hampir tak terdengar.

Pria itu menghela napasnya, kemudian bersandar pada meja sembari terus menatap Renjun dengan sendu.

"Ceritakan semuanya padaku sekarang, aku siap untuk mendengarkan segala keluh kesahmu"

Keheningan sebagai jeda itu berlangsung cukup lama sebelum akhirnya Renjun kembali membuka mulut dan bercerita. Ia membutuhkan tempat untuk melimpahkan segala yang ada diotaknya itu sekarang.

"Aku lelah... Sakit, aku mau semua ini berakhir, aku ingin semua ini berakhir dan Bundaku kembali lagi kedunia ini"

"Ren... Bayanganku mengatakan kau akan melakukannya" Batin Pria itu.

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang