~Thanks, dan tolong baca sampai akhir. Disitu ada penjelasan kenapa lama ngak update setelah up bab yang ke-51~
Okey?
'Happy reading guys'
~Hope you like it~Tiga tahun berselang, meninggalkan Guanlin sendiri dengan titipan dua nyawa yang begitu berarti baginya.
Lai Qia Lin dan Lai Sada Hwang, sungguh dua intan permata yang terlewat berharga baginya.
Terlebih lagi untuk sibungsu. Lai Sada Huang. Rasanya ia tak ingin menggunakan marganya pada anak itu karena wajahnya yang begitu mirip dengan sosok yang kini begitu ia rindukan.
Menurutnya, lebih cocok bila disandingkan dengan Huang dibandingkan dengan Lai.
Setelah tiga tahun tiadanya sosok yang rela bertaruh nyawa untuk kedua malaikat kecilnya, dunianya bagaikan hancur tak berbentuk bahkan ia tak akan mau lagi membuka hatinya untuk siapapun. Menurutnya itu sama saja akan membuatnya semakin sakit dan terpuruk.
Tetapi semua itu ia tutupi demi kedua buah hatinya. Sakit yang ia rasakan kini tidak sebanding dengan apa yang Renjun rasakan kala itu.
Ceklek
"Ayaah?"
Mendengar itu dengan cepat ia menghapus air matanya dan menyuruh kedua jagoannya itu untuk mendekat.
"Kemari, mau melakukannya sekarang hmm?" Tanyanya sembari membawa kedua jagoannya itu dalam pangkuannya.
"Eumm, mau" Jawab sang kakak semangat.
"Lalu adik?" Tanyanya lagi sembari memperhatikan sang bungsu.
"Mau juga mau!"
Guanlin terkekeh mendengarnya, kedua jagoannya itu ternyata cukup antusias. Jika dipikir-pikir, sifat pada sang kakak turun darinya, begitupun dengan sang adik yang turun dari Renjun.
Ah dia jadi mengingatnya kembali, jadi semakin rindu tapi sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
"Okey boy's, tunggu disini, Ayah akan mengambilnya" Ujarnya kemudian meletakkan kedua putranya itu dikarper sementara ia mengambil sesuatu pada meja kerjanya.
Mengambil sebuah kotak dan juga satu foto yang dilapisi dengan bingkai yang begitu indah.
"Apa itu isinya Ayah? Sada mau lihat" Tanya Sada menghampiri. Sungguh persis seperti Ibunya, selalu ingin tahu dan tidak sabaran.
"Nanti kau juga akan tahu Nak, sekarang duduk dengan tenang karena Ayah akan menyalakan lilinnya"
Guanlin duduk ditengah, mengeluarkan sebuah kue ulang tahun dari dalam kotak yang tadi ditentengnya, dan meletakkan foto yang juga dibawanya tadi tepat disamping kue itu.
"Oh tunggu, Ayah akan mematikan lampu dulu. Tunggu yah"
"Siap!" Sahut kedua anak kembar tak identik itu dengan semangat dan jangan lupakan pose hormat ala mereka.
Tek
Ruangan besar itu mendadak menjadi temaram setelah Guanlin mematikan lampu utama yang menggantung diatas sana, mengatur emosionalnya sejenak kemudian kembali menghampiri kedua putranya.
"Oke lampu sudah mati dan waktunya kita untuk menyalakan lilinnya"
Empat lilin itu menyala, memberikan secercah harapan cahaya pada temaramnya kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...