"Sudah pukul lima, kau lelah?" Tanya Guanlin pada Renjun yang kini ada pada genggamannya.
Ini sudah pukul lima lewat, dan Guanlin baru saja selesai membahas segala pekerjaannya dengan para kolega-kolega bisnisnya itu.
Guanlin membuka pintu mobil dan menyuruh Renjun untuk masuk, "ayo masuk" Renjun hanya dapat menurut.
Setelah menutupnya, Guanlin segera memutar dan membuka pintu kemudi. Memasukinya. Dan menutupnya kembali.
Sebenarnya Renjun agak sedikit canggung, ia tak biasa duduk disamping kemudi, karena biasanya ia akan duduk pada bangku dibelakang sana dibandingkan harus duduk dibangku samping kemudi dan harus terjebak dalam situasi canggung seperti sekarang ini.
Sebenarnya Renjun benci akan kecanggungan yang saat ini terjadi, tapi yah mau bagaimana lagi bukan? Ia hanya bisa diam dan menurut dengan segala perintah dari Gualin. Semata-mata agar pria itu tak marah.
Bunyi stater terdengar, kemudian mobil itu langsung saja berjalan keluar dari area bangunan itu.
Renjun sebenarnya sedikit lega karena akhirnya ia tak berada lagi didalam lingkup sosial, dimana ada banyak orang yang tidak ia kenal. Renjun hanya sedikit risih dengan hal-hal seperti itu.
Ia hanya tak suka akan kebisingan dan keramaian, maka dari itu ia tadi hanya diam membisu didalam ruangan itu dan akan menjawab jika ada pertanyaan yang diajukan padanya.
Lama mobil itu berjalan, Renjun merasakan seperti ada sesuatu yang mengalir keluar dari hidungnya.
Dengan sigap ia langsung menahan bagian bawah hidungnya dengan pergelangan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya langsung saja membuka laci mobil dan untung saja barang yang tengah ia cari ada disana.
"Kenapa?" Tanya Guanlin sambil sesekali melihat kondisi dari Renjun.
Renjun menggeleng, "t-tidak, tidak apa"
Renjun merutuki dirinya, sial! MENGAPA HAL INI HARUS TERJADI PADA SAAT YANG TIDAK TEPAT SAMA SEKALI?!
Dan selama berada didalam mobil itu ia harus berusaha mati-matian menyembunyikan tisu-tisu yang satu persatu sudah penuh dengan cairan merah itu.
Tuk
Renjun memukul kaca jendela dengan pelan, sangat pelan kala rasa pusing yang sudah sedari tadi hinggap pada kepalanya itu semakin lama seolah semakin parah.
"Ren... You okey?" Tanya Guanlin lagi, berusaha untuk meyakinkan bahwa Renjun baik-baik saja.
"Iya... A-aku baik-baik saja, aku tak apa" Jawab Renjun sedikit lirih karena berusaha untuk menahan rasa sakitnya.
"Kau yakin?" Renjun menggangguk tanda mengiyakan pertanyaan tersebut.
Renjun tak peduli jika Guanlin akan marah karena ia hanya membalas dengan anggukan, bukan menjawab dengan berbicara.
Mobil itu berhenti tepat pada halaman rumah besar, Renjun membuka pintunya kemudian berjalan dengan agak sedikit sempoyongan.
Guanlin yang melihat Renjun seperti itu dari dalam mobil segera keluar dan menghampiri Renjun. Entahlah, ada sedikit gejolak aneh dalam dirinya saat melihat keadaan Renjun yang seperti itu.
"Ren... Kau tak apa?" Tanya Guanlin sembari memegang bahu kanan Renjun.
"Atau mau kerumah sakit saja?" Tawar Guanlin Renjun langsung menggeleng.
"Tak perlu, mungkin hanya sekedar efek kelelahan saja" Tolak Renjun secara halus.
Guanlin akhirnya menurunkan tangannya dari bahu Renjun dan memutuskan untuk berjalan tepat tak jauh dari belakang pemuda manis yang sayangnya kini terlihat sangat lemas itu.
"Renjun!"
Tangan itu terulur, menggapai tubuh ringkih itu yang hampir saja terjatuh karena tersandung oleh anak tangga.
Dekapan hangat itu terasa begitu nyaman ditubuhnya, namun ia sadar dan segera menjauh dari Guanlin.
"M-maaf, lain kali aku akan lebih berhati-hati" Ujar Renjun meminta maaf kemudian segera pergi meninggalkan Guanlin yang masih tertegun disana sendirian.
Ia masih bisa merasakan tubuh itu yang sedikit dingin walaupun terlapisi oleh lapisan kain baju yang sedikit tebal.
Dan juga, kulit putih pucat yang malah terlihat lebih kearah putih pucat pasi seperti orang yang tengah sakit.
Tak biasanya Renjun seperti itu, ya walaupun ia mengakui bahwa warna kulit dari Renjun memang merujuk pada warna yang pucat pada dasarnya.
Renjun menutup pintu kamarnya dengan sedikit kencang kemudian bersandar. Huuuh, untung saja tadi ia cepat menghindar dari pria bermarga Lai itu. Jika tidak ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, ia segera berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan sesuatu yang aneh itu.
Dan...
DEG!
Darah, lagi? Padahal ia merasa dirinya sedikit tidak lebih buruk dari biasanya, dan juga kini keringat dingin mulai muncul satu demi satu hingga mampu membuat baju yang tengah ia pakai itu lembab.
Merasa sudah sedikit stabil dari sebelumnya, Renjun mencuci mulutnya sekaligus mencuci wajahnya.
Dilihatnya pantulan dirinya pada cermin, bahkan kini pandangannya sedikit berbayang dan membuatnya semakin pening bukan main.
Oh astaga, apa lagi ini? Pikirnya.
Namun ia segera teringat pada kartu nama yang diberikan padanya sore tadi. Ia berpikir, haruskah ia mengunjungi dan memeriksa keadaannya itu?
Tebece!
Yuhu dabel up selagi bisa.
Jangan lupa jaga kesehatan, see you in the next chap guys!
Bye bye~
Tertanda :
1 November 2022
20:41
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...