10. Bercak merah

7.5K 480 29
                                    

Tok tok

Suara ketukan pintu itu terdengar kala ada seorang berpakaian Maid yang mengetuknya.

"Nyonya? Ayo sarapan, semuanya telah siap dibawah sana... Nyonya? Nyonya?"

Tok tok tok

"Nyonya? Apakah Anda ada didalam sana? Ada Nyonya Lai juga yang datang untuk mengunjungi Anda"

Merasa tak mendapatkan balasan, Maid itu dengan ragu hendak membuka knop pintu tapi ia urungkan dan lekas pergi dari sana.

Ia tak akan se-enaknya untuk membuka pintu kamar majikannya itu, ya walaupun mungkin Renjun tak akan memarahinya.

Tapi sepertinya kata mungkin Renjun akan marah sepertinya tak ada dalam kamus para Maid yang bekerja dimansion itu. Selama Renjun berada dibangunan itu, belum pernah para Maid-Maid itu mendengar Renjun marah.

Jangankan marah, bernada tinggi saja rasanya tak pernah telinga mereka mendengarnya.

Jadi, ia memutuskan untuk pergi dari hadapan kamar Renjun dan segera menghampiri seseorang yang tadi sempat ia sebut sebagai nyonya Lai.

"Nyonya Lai"

Nyonya Lai menaruh cangkir tehnya, kemudian berdeham sebagai balasan.

"Maaf sebelumnya, tetapi Nyonya Renjun tak membukakan pintu" Lanjut Maid yang duduk melantai dihadapan Nyonya Lai.

"Hem... Ada sahutan?" Tanya Nyonya Lai.

"Tak ada Nyonya, bahkan saya telah berkali-kali mengetok pintu kamarnya dan juga memanggilnya" Jawab Maid itu.

Nyonya Lai bangkit dari duduknya, "ah begitu. Ya sudah biar saya saja yang kesana, siapa tahu saja dia masih tidur karena sepertinya saya terlalu pagi untuk hanya sekedar berkunjung" Ujar Nyonya Lai.

"Baik Nyonya"

Nyonya Lai tersenyum kemudian berjalan menuju kamar Renjun, ia melirik arlojinya. Pukul 07:27. Mungkin saja menantunya masih tertidur, pikirnya.

"Renjun?"

Tok tok

"Nak? Renjun? Sayang? Sayang ini Ibu"

"Tak ada jawaban, tak biasanya Renjun seperti ini" Batinnya.

Nyonya Lai terus mengetuk dan mengetuk, berharap sang empu pemilik kamar segera menyahut atau membuka pintu yang tengah ia ketuk ini.

Rasa khawatir mulai mendominasi hatinya, dengan hati yang semakin gelisah, Nyonya Lai langsung saja membuka pintu kamar sang menantu.

Ceklek

Hembusan angin menyapa ketika daun pintu itu terbuka.

"Renjun?"

Ruangan itu gelap, hanya ada sinar dari kamar mandi dan juga... Salah satu tirai yang dibiarkan terbuka.

Tatapannya kini beralih pada sebuah gundukan yang ada pada ranjang, Nyonya Lai pun segera menghampirinya.

Tetapi ada yang sedikit aneh, ia kemudian berjongkok dan mengusap sesuatu yang kental dan lengket pada lantai.

Tatapannya menjalar hingga kekamar mandi. Tubuh itu menegak, kemudian mengikuti bercak-bercak yang kental dan sedikit lengket itu.

Merasa ruangan itu sedikit gelap walaupun ada lampu-lampu hias yang menerangi, ia meraba dinding mencari saklar lampu dan menyalakannya setelah ia mendapatkan saklar lampu tersebut.

Dan betapa terkejutnya ia kala mendapati bercak darah dan juga wastafel yang penuh dengan darah disana.

"Renjun!"

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang