~Happy Reading~
Ceklek
"Ren?"
Renjun menoleh dan terdiam, memastikan siapa yang ada dalam pandangan buramnya selama nenerapa saat.
Ternyata Guanlin, selain dari siluetnya ada bau parfum yang sangat melekat dengam ciri khas Guanlin. Seperti aroma karamel yang dipadukan oleh aroma-aroma lainnya.
Kulit yang sedikit pucat, mata sayu. Membuatnya dengan segera menghampiri dan duduk pada pinggiran kasur.
"Kau kenapa?"
Renjun menggeleng sembari tertunduk, "tidak, aku tidak apa-apa"
"Kalau tidak apa-apa kenapa bisa pingsan? Jika kau menjawab karena kelelahan aku ragu akan hal itu, ada hal lain bukan? Jujur padaku" Titah Guanlin.
Renjun terdiam, pikirannya mendadak teringat saat acara seminar yang baru saja berakhir.
Seorang wanita bermasker yang terlihat seolah memasukkan sesuatu pada sebuah botol dan langsung menukar botol yang telah tersediakan diatas nampan.
Pada awalnya ia hendak menolak saat salah satu panitia menawarkan minum padanya, namun karena rasa tidak enak ia mengambil botol asal tanpa tahu bahwa botol yang ia ambil adalah botol dari wanita bermasker tersebut dan meminumnya sedikit. Benar-benar sangat sedikit.
"Ren?"
"..."
"Jawab"
"... Tinggalkan aku"
BRAK!!!
"Ada apa Guanlin?! Mengejutkan saja, kopiku hampir tumpah tahu!" Omel Hyunsuk yang baru saja menutup pintu dengan segelas kopi pada genggamannya.
Guanlin mendudukkan kembali tubuhnya sesaat setelah memukul meja dengan keras menggunakan sebuah map yang ada ditangannya.
"Arrrgghh! Kenapa dia selalu ada dalam pikiranku!?"
"Siapa?" Tanya Joshua yant baru saja datang diikuti oleh Jun dan juga San dibelakangnya.
Suara kekehan dari Mingyu terdengar, "kau termakan omonganmu sendiri Lai Guanlin"
Satu bulan lebih, sebulan lebih sudah kini usia kandungannya. Perkembangan yang terus berjalan dengan lika-liku bak rubik acak membuat pemikirannya semakin runyam untuk melaluinya.
Ayah, Adik, kedua mertuanya, Guanlin, sampai bahkan para anak-anak panti hanya boleh tahu kebaikan yang berpihak padanya tanpa tahu sisi lain yang ia sembunyikan serapat mungkin.
Tangis itu, sesak itu. Biarlah dirinya sendiri yang tahu tanpa harus ada pihak lain yang melihat segala kesedihan yang ia pendam sendirian dalam lubuk hatinya.
Ia sudah tidak tahu kan mengarah kemana masa yang akan datang. Kaga Dokter Yujin ia sudah mengalami komplikasi penyakit-penyakit lainnya akibat penyakit awal yang tidak ia obati.
Sengaja, selain karena tidak mau membuat orang-orang terdekatnya curiga. Ia juga sudah lelah, lelah akan semua alur yang telah ia lalui.
Melihat langit dikala senja seperti ini mengingatkannya pada seseorang yang selalu berkata dengan tegas saat ia mengatakan ingin ikut. Ia tahu itu hanya sekedar halusinasinya semata, namun mengapa halusinasi tersebut seolah sangat nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...