Setelah up chap yang lalu, ada yang komen katanya gak ngerti dan minta dijelasin perihal beberapa hal seperti kenapa mereka bisa dijodohkan dan beberapa hal lainnya.
Dan di up kali ini mungkin bisa menjelaskan ke kalian sedikit tentang apa yang beberapa dari kalian mungkin gak ngertiin itu.
Sekian.
~Happy Reading~
Genggaman itu terlepas, napasnya terasa tercekat diujung kerongkongan dengan air mata yang perlahan luruh membasahi pipi putih bersihnya saat melihat sesuatu yang seolah menghentikan kinerja jantungnya secara mendadak.
"Ka... Kakak!?"
Hening. Tiada suara lainnya selain suara monitor yang berbunyi sangat lambat.
"I-ini bercandakan?"
"Jaemin-"
Jaemin mencekal uluran tangan sang kekasih yang hendak meraih tangannya. Tidak tidak, ia tidak percaya oleh apa yang kini ada dihadapannya.
Tidak percaya dengan apa yang berada dibalik kaca tebal dihadapannya.
Greb
Digenggamnya erat kerah baju dari sang kakak ipar dengan tatapan nyalang yang ia berikan.
"Kau apakan Kakakku?"
Jeno langsung menarik sang kekasih, mencoba melepaskan genggaman tangan yang jauh lebih kecil darinya yang sialnya begitu kuat.
"Jaem, tenanglah-"
"Kenapa Kakakku bisa seperti itu Guan? Kenapa!?"
Dengan sedikit lagi tenaga yang ia keluarkan, akhirnya genggaman tangan itu terlepas. Jeno tanpa pikir panjang lagi langsung mendekap sang kekasih guna meredakan sedikit rasa emosi yang ada dalam diri Jaemin.
Ia tahu Jaemin kini dilanda emosi, ia tahu kini dunia Jaemin tengah terguncang setelah melihat salah seorang tersayangnya kini terbaring lemah dengan banyaknya alat-alat yang menopang kehidupannya.
"Jaemin dengarkan dulu pernjelasannya-"
"JAWAB GUAN! JAWAB!!!"
heningnya koridor menyambut atas titah yang Jaemin ajukan pada Guanlin. Sedangkan Guanlin? Ia hanya dapat diam dan menunduk seolah tak mampu lagi mengeluarkan kata sedikitpun.
"Sialan... Aku memintamu untuk menjawab Guanlin! Bukan diam saja seperti ini, apa yang terjadi pada Kakakku Guanlin? APA YANG TERJADI!?-"
"Aku menemukannya terbaring dilantai dapur bersimbah darah"
Deg
Tindakan memberontak dalam dekapan itu kini berhenti, tergantikan oleh rasa keterkejutan dan tatapan tak percaya.
"Maaf... Maafkan aku" Ujar Guanlin penuh sesal dengan air mata yang kini kembali mengalir keluar perlahan dari kedua pelupuk mata indahnya.
Plak!
Tamparan itu melayang hingga membuat wajahnya tertoleh, disepanjang lorong koridor itu hanya ada dirinya dan juga sang Ibu yang kini menatapnya dengan tatapan seolah ingin membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup || GuanRen
Fanfiction"Akh!.. Maaf" Lirihnya setelah kepalanya teratuk cukup keras pada sudut meja yang ada diruangan dengan penerangan yang minim itu. Darah segar segera mengalir dari belakang kepalanya hingga leher, hingga sampai mengotori switer putih yang tengah ia k...