22. "Namanya Renjun"

5.7K 429 36
                                    









"Bisakah kalian memulainya sekarang? Aku sudah muak melihat dirinya" Ujar Kyungri pada wanita yang beberapa waktu lalu ia temui.

"Bisa... Tapi aku sedang menunggu momentum yang tepat untuk melancarkannya" Balas wanita itu dengan seringai liciknya.











Renjum mematut dirinya pada cermin dihadapannya, kaus putih polos dengan luaran kemeja hitam dan dipadukan juga dengan celana bahan berwarna coklat terang.

Ia melihat jam pada layar ponselnya, oh tidak pasti ia akan membuat orang itu menunggu lebih lama hanya untuk menunggu dirinya seorang.

Renjun menutup pintu kemudian mengirimkan pesan pada Guanlin.

Aku pergi, kemungkinan aku
Pulang menjelang petang
Nanti karena harus mengurus
Sesuatu

Ia harus buru-buru saat ini, dan setidaknya ia mengirimkan pesan pada Guanlin tanda ia izin bukan? Setidaknya ia tak akan kena marah lagi setelah ia pulang nanti.

"Oh ya, katakan pada Bibi aku akan pergi sebentar" Ujar Renjun pada Maid yang baru saja hendak memanggilnya.

"Nyonya mau kemana? Mau diantar atau-"

"Tak usah, ini hanya sebentar. Urusan kantor, aku bisa berangkat sendiri"

Renjun segera berlari pergi, meninggalkan Maid itu yang tengah mengaduk adonan dengan wajah kebingungan.

"Padahal baru saja aku ingin mengajak Nyonya membuat kue, ternyata sedang sibuk... Ya sudahlah sendiri saja kalau begitu"













"Oh, Anda sudah ada disana?"

"Iya Tuan Muda, tapi Anda tak usah terburu-buru, saya juga baru saja sampai"

"Jangan seperti itu, aku jadi tak enak harus membuat Anda menunggu lebih lama lagi. Tak lama lagi saya akan sampai, mungkin sekitar sepuluh menit lagi jika tak ada kendala"

"Saran saya jangan terlalu terburu-buru walaupun jaraknya dekat"

"Iya, saya hanya tinggal menyeberangi jalan untuk sampai disana. Kalau begitu saya tutup yah?"

"Silakan Tuan"

Renjun memutuskan panggilan itu secara sepihak kemudian kembali mempercepat langkahnya, ayolah ia harus mengejar waktu.

Ia hanya tak biasa membuat orang menunggu lama hanya karena dirinya, menurutnya itu hal yang tak baik jika terus dilakukan secara terus menerus dan berujung menjadi kebiasaan.

Sementara itu, seseorang yang berada tak jauh dari sana menyeringai mendengarnya. Rencananya akan berhasil.

Renjun berlari untuk mempercepat langkahnya dan mempersingkat waktunya untuk tiba pada tempat tujuan.

Tadi ia sempat memesan sebuah taxi, namun saat mendengar sipengemudi taxi itu bahwa jalan yang hendak mereka lewati macet. Ia langsung saja membayar tarif dari taxi itu dan keluar untuk melewati jalan pintas saja, ya walaupun harus dengan berjalan kaki.

"16:27, oh astaga aku membuatnya menunggu sangat lama" Monolognya.

Lampu hijau, oh sial sial sial sial! Tak bisakah lampu merah saja agar dirinya bisa segera menyembrang dan membuat orang yang disana jadi tak menunggunya lebih lama.

Cukup || GuanRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang