part 2

19.8K 962 86
                                    

Bismillah

#part 2

#by: R.D.Lestari.

"Yu ... Yayuk Kartini," panggil beberapa orang seraya mengetuk pintu dengan kencang.

Aku dan Ibu lari tergopoh-gopoh dari arah dapur, apalagi Ibu, ia nampak susah payah membawa perut buncitnya sehingga tak mampu berlari kencang.

Aku yang memang penasaran dengan ramainya orang di luar sana, segera membuka pintu dan mendapati tetanggaku Yuk Jamilah ada di muka pintu, berikut dengan tetangga yang lain.

"Indah? mana ibumu?" tanya mereka saat melihat wajahku yang menyembul dari balik pintu.

"Ibu ...,"

"Ya, kenapa Yuk Jamila?" Ibu yang ngos-ngosan berdiri di belakangku. Kurasakan hangat deru napasnya di kepalaku.

"Yuk Kartini, cepat ikut ke kampung sebelah. Di temukan mayat pria. Ada yang bilang mukanya mirip Mas Mulyono,"

Degh!

Kulihat wajah Ibu berubah pias, begitu pun aku. Bapak ... apa yang terjadi sama Bapak? mayat?apa bapakku sudah meninggal? tapi ... bapakku baik-baik saja!

"Ah, ga mungkin Mas Mul itu. Qq1z kegusaran yang teramat sangat.

"Memang belum tentu Mas Mul, Yu. Soalnya mayatnya itu sebagian tubuhnya gosong, wajahnya yang kelihatan separuh. Makanya kita lihat sama-sama, kalau bukan Mas Mulyono, Yayuk bisa tenang,"

"Oh, ya, Mas Mul ada ga di rumah?" seru yang lainnya.

Ibu menggeleng pelan. " Dari semalam belum pulang," jawabnya.

"Yayuk sama Mas Hartono saja, suamiku," Bu RT tiba-tiba datang dan menyela. Ia menunjuk mobil Avanz* hitam di belakangnya.

Lagi-lagi hanya anggukan yang Ibu berikan. Sebelum Ibu pergi, Ia sempat menoleh dan berpesan padaku," Indah di rumah saja, ya? jaga rumah dan Danang. Doakan itu bukan bapakmu,"

Aku pun mengangguk dan sejurus kemudian Ibu ikut Bu RT dan juga Yuk Jamilah naik ke mobil.

Aku menatap kepergian Ibu dengan sedih. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Campur aduk.

Dalam hati aku berharap itu bukan Bapak. Meski bapakku bukan orang kaya, seorang pemabuk dan juga penjudi, tapi bapakku sangat sayang kepada kami, tak pernah memukul dan berlaku kasar, serta amat murah senyum juga ramah.

Aku dan Bapak juga dekat. Apalagi dengan Danang. Kalau Bapak lagi punya kerjaan, apa pun permintaan kami pasti dituruti.

Cuma yang aku sesalkan, hingga memasuki usianya yang menginjak kepala lima, Bapak tak kunjung mau melaksanakan perintah agama, yaitu solat. Sangat anti.

Ibu sudah capek menasehatinya, termasuk aku, tapi hati Bapak terlalu keras untuk sebuah ajakan Solat.

Prinsip Bapak, yang penting Bapak tidak selingkuh dan menduakan Ibu. Entah prinsip sesat dari mana, akupun tak tau.

Aku menghela napas berulang kali. Mengisi udara sebanyak-banyaknya. Berharap sesak di dada bisa berkurang.

Aku berbalik dan melihat keadaan rumah yang sedikit berantakan, berinisiatif untuk membereskan.

Tak lama, Danang pulang. Bocah itu berceloteh saat melihatku yang sedang beres-beres.

" Mbak Indah, Bapak tadi aneh ...,"

Degh!

Aku langsung menghentikan pekerjaanku dan menatap ke arahnya. 'Bapak? Danang bilang bertemu Bapak? berarti Bapak ...,'

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang