part 80

2.1K 68 21
                                    

Bismillah

               Pocong Itu Bapakku

#part 80

#R.D.Lestari.

"Wa-ha-ha-ha, sudah Aku bilang, Kau tak akan bisa lepas dari diriku, Indah Sayang ...,"

Indah tak patah semangat, Ia yang sudah jatuh, berusaha bangkit, tapi ...

Tap!

Tangan Rahmat mencengkeram kaki Indah. Indah berontak. Mata nya basah karena air mata yang jatuh kian deras.

Senyum jahat tersungging di wajah teduhnya. Ya, entah mengapa, orang selama ini baik dan sopan itu menjadi sosok yang menakutkan.

Daster lusuh itu tersibak, memamerkan paha putih yang mulus bak porselen itu.

Indah menarik kakinya susah payah, tapi Rahmat malah menahannya. Ia membungkuk dan semakin menurunkan tubuhnya, hendak menindih Indah yang saat itu berusaha menahan tubuh berat itu dengan kedua tangannya.

"Jangan ... Kang, jangan!" Indah memohon dengan segenap hatinya. Ketakutan yang teramat sangat.

"Teriaklah, Indah... tak akan ada yang akan mendengarmu! ini jauh dari pemukiman, dan tempat ini tersembunyi! salah sendiri kenapa Kau membawaku kesini! apa memang ini maksudmu, Indah. Sok jual mahal padahal Kau memang ingin menjeratku," Rahmat semakin menurunkan wajahnya ke arah leher Indah dan mencecapnya.

Kedua tangannya melepas kaki Indah dan berganti mencengkeram dua tangan Indah yang Ia tekan di kanan dan kiri kepala Indah.

"Lepasin! jijik!" pekik Indah berusaha menjauhi lehernya dari wajah Rahmat.

Aroma mulutnya yang bau mulai menguar, membuat Indah semakin tersiksa.

'Dasar bandot, sudah tua, bau jigong pula!' maki Indah dalam hati.

"Kau belum merasakan nikmat dunia yang akan Aku berikan, Indah. Jangan sok jual mahal!" hardik Rahmat sembari menekan tubuh Indah lebih kuat, hingga Indah sulit bergerak.

"Jangan kepedean Kamu. Lepasin Aku!" disisa tenaga Indah, gadis itu semakin meronta.

Namun, tak seorang pun datang. Suasana begitu sepi. Hanya terdengar teriakan Indah yang memecah keheningan. Semak dan pepohonan lebat seolah meredam suara nyaring gadis yang saat ini sedang di lecehkan tetangganya.

Tak kehabisan akal, saat Rahmat berusaha menyentuh bagian bawah dan mengangkat lebih keatas daster Indah, karena gairah yang semakin memuncak, Indah dengan keras mengarahkan kakinya ke kemaluan Rahmat dan ...

Duk!

"Aww!"

Refleks Rahmat terpekik dan memegang keperkasaannya yang terasa sakit, Ia melepas Indah dan berguling di samping Indah.

Tak membuang kesempatan, Indah yang sudah lepas susah payah bangkit dan berlarian ke sembarang arah.

Mengerahkan tenaga dengan napas yang terengah, melewati semak belukar yang penuh dengan duri dan ranting kering yang terinjak.

Meski perih dan sakit, Indah berlari, menghindari kejaran Rahmat yang tak jauh tertinggal di belakangnya.

Laki-laki itu tak patah semangat. Geram dan gairah menjadi satu. Rasa ingin memiliki semakin utuh.

Indah terpojok, saat kakinya tak mampu lagi melangkah karena sudah berada di ujung jurang yang di bawahnya mengalir air sungai deras.

Gadis itu menghentikan langkah dan berdiri bimbang. Ingin melompat atau menyerah pada lelaki yang saat ini siap menyantap tubuhnya.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang