#part 52
#R.D.Lestari
"Ibu?" gumam Indah. Sesaat terdiam. Di hadapannya kini tampak wajah Ibu yang sangat khawatir dan siap memeluknya, sedangkan yang dibelakangnya saat ini ....?
Indah memutar tubuhnya. Kosong! tak ada siapa pun di balik tubuhnya. Hanya ada pepohonan tinggi dan barisan rumpun bambu yang bergoyang tertiup angin.
"Indah, cepat masuk, Nak,"
Wanita paruh baya itu meraih pergelangan tangannya dan menarik tangan Indah untuk masuk.
Gadis itu susah payah mengangkat kakinya dan sedikit terpincang masuk ke dalam rumah.
"Duduklah, Nak. Ibu akan buatkan Kamu teh," suruh ibunya.
Indah bergeming. Kejadian demi kejadian hari ini susah untuk diterima nalarnya.
"Kakak ... Kakak darimana? kok kotor?" Danang yang tak sengaja melintas, langsung berbelok mendekati kakaknya yang duduk dengan tatapan mata kosong.
Indah yang disapa hanya mengulas senyum simpul. "Kamu sudah makan, Dek?" tanya Indah.
Danang mengangguk cepat." Sudah, Kak. Pakai ayam panggang, tadi. Ibu beli banyak,"
Lagi, Indah terheran. Darimana Ibu punya uang? apa dari berjualan singkong di kebun belakang?
Rasanya mustahil. Melihat kebun yang hanya sepetak dan tak begitu luas, apalagi hutang Ibu yang menggunung.
"Indah ... ini minum dulu. Sekalian Ibu bawain makanan untuk Kamu," Ibu yang datang dari arah dapur menyerahkan seporsi makanan di piring dan teh hangat yang masih mengepulkan asap.
"Ibu ... Indah ...,"
"Sudah, jangan cerita dulu. Isi perutmu. Sekarang bersyukur Kamu selamat, semua karena ...," Ibu tiba-tiba menghentikan ucapannya. Seperti ada keraguan di sana.
Kening Indah mengernyit. Ada apa ini? kenapa Ibu seolah tau apa yang Ia alami tadi?
Apa yang tadi itu memang Ibu? terus kenapa bisa begitu cepat berada didalam rumah dan membuka pintu?
Kepala Indah tiba-tiba terasa berat, Ia memegangi kepalanya seraya mengaduh kesakitan.
"Indah! Indah! ya ampun!"
Itulah suara terakhir yang Indah dengar, sebelum akhirnya pandangan nya menghitam.
***
Suara sirine ambulance bergema disekitar kampung tempat tinggal Indah.
Para warga sedari pagi berbondong-bondong berjalan menuju semak yang letaknya tak jauh dari area persawahan.
Seorang warga yang tak sengaja lewat setelah solat subuh menemukan empat mayat laki-laki dengan kondisi mengenaskan.
Mata melotot dengan lubang sekujur tubuh seperti bekas keluar binatang-binatang kecil. Membuat setiap yang melihat bergidik ngeri.
Semak yang awalnya sepi berubah menjadi lautan manusia. Karena kabar yang berhembus begitu kencang seantero kampung juga kampung tetangga, di mana Sudiro tinggal.
Sudiro yang sejak semalam kehilangan kontak dengan anak buahnya merasakan hawa yang tidak enak.
Rasa was-was itu kian terasa saat bunyi sirine Ambulance bersahut-sahutan terdengar.
"Ada apa, Bu? kenapa seperti banyak Ambulance yang lewat?" tanya Sudiro saat istrinya datang membawa teh hangat untuknya.
"Itu... Pak... kata Ibu-ibu yang lewat, ada mayat yang ketemu di semak-semak dalam keadaan mengerikan. Tubuhnya penuh lobang," seru istri nya begitu antusias.