Bismillah
Pocong Itu Bapakku
#part 48
#by: R.D.Lestari.
"Gila! bau apa itu? benar-benar menyengat!" beberapa orang keluar sambil mengibas-ngibas tangannya tepat di depan hidung.
"Pak, bagaimana dengan Bos Saya?" tanya Indah saat mereka berpapasan dengan Indah.
"Kamu urus sendiri saja, ya. Ga tahan bau bangke!" ketus mereka seraya terus berlalu.
Indah semakin panik. Menunggui Sudiro seorang diri? bagaimana jika Ia ...
Indah melangkah gontai ke arah Sudiro yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Tatapannya tertumpu pada tubuh itu.
Ingin rasanya Ia pergi begitu saja, mengingat jika lelaki itu selalu berkata kasar padanya.
Ingin Ia injak wajah beringas yang selalu menatapnya curiga, tapi kembali lagi, hati kecilnya menolak begitu saja.
Hingga akhirnya, tanpa sengaja Indah melihat bayangan ponsel di kantung baju Pak Sudiro.
Gadis itu memberanikan diri untuk mengambil ponsel itu. Ia habis akal. Semua orang pergi karena tak tahan bau dari dalam gudang dan baju Sudiro.
Takut-takut, jari Indah mulai menggulir satu persatu aplikasi. Jarinya berhenti di aplikasi berwarna hijau dan mulai mencari kontak keluarga Pak Sudiro.
Sempat ragu untuk menyentuh sebuah nama yang saat ini sangat Ia hindari. Siapa lagi kalau bukan Jodi.
Namun, begitu teringat keadaan Sudiro, seketika Ia menepis rasa itu. Ia menekan nama itu hingga terdengar suara dari ujung sana.
["Halo? ada apa, Pak?"]
Indah terdiam. Bibirnya bergetar. Suara Jodi membuat dirinya diam seribu bahasa.
["Halo? Bapak?"]
["Halo, Kak Jodi...,"]
["I ... Indah?"]
Susah payah Indah berusaha untuk mengeluarkan suaranya. Diam, untuk beberapa menit mereka di cekam hening.
["I--iya, In. Ada apa? kenapa Kamu bisa pakai ponsel Bapak?"]
Indah mengatupkan bibirnya. Mendengar suara Jodi membuat dadanya berdentum-dentum ria sekaligus perih.
["Kak, Pak Sudiro tak sadarkan diri. Bisakah Kakak ke Toko sekarang?"]
["Oh, iya. Kakak segera datang,"]
Tut-tut-tut!
Suara di sana terputus begitu saja. Indah menghela napas berulang kali dan mengembalikan ponsel milik Sudiro ke kantong baju Bos-nya itu.
Ia kemudian berdiri dan bergegas keluar saat terdengar bunyi aungan sirine Ambulance.
Beberapa orang perawat datang membawa tandu untuk memindahkan Sudiro ke dalam mobil.
Bertepatan dengan Sudiro yang sudah masuk kedalam mobil, Jodipun sampai di Toko.
"Indah, Bapak kenapa? kok ada Ambulance? apa begitu parah keadaan Bapak?" cecarnya yang lantas membuat Indah bingung untuk bercerita atau segera ikut di mobil.
"Indah, Kamu ikut Kakak aja," Jodi mencegah Indah saat gadis itu hendak menaiki mobil. Indah menggeleng pelan.
"Kakak tolong tutup Toko dulu, biar Indah yang nemenin Pak Sudiro. Atau ... biar Indah tinggal dan Kakak yang antar Bapak?"
"Biar Kakak saja yang tutup Toko. Kakak titip Bapak, ya, In," Jodi mengulas senyum pada Indah yang disambut senyum malu-malu Indah.
Ia tetap berdiri hingga mobil Ambulance melaju dan hilang dari pandangan.