Part 57

3.9K 277 26
                                    

#part 57

#R.D.Lestari.

Sudiro meneguk air liurnya susah payah. Tubuhnya bergetar mengingat apa yang Ia lihat barusan. Hal yang sangat mengerikan.

Wajah rusak itu menyembul dan menyeringai. Memamerkan gigi hitam dan wajah gosongnya.

"Po--pocong  ... Mbah ...," desis Sudiro ketakutan.

"Yo, wes percoyo, Kowe?"

Sudiro mengangguk dengan tatapan takut.

"Bukan pocong biasa. Pocong rewangan bocah itu punya kekuatan. Dendam yang membara," tutur Mbah Suroso dengan mimik wajah serius.

Sudiro terpaku. Mungkinkah pocong itu arwah penasaran? apa selama ini pocong yang selalu menerornya adalah suruhan Indah? atau ...pocong itu adalah pocong begal yang meresahkan warga?

Berbagai pertanyaan hadir dalam pikirannya. Pocong dan pocong. Kenapa makhluk itu selalu ada di sekeliling hidupnya?

Hanya karena satu kesalahan. Hidupnya selalu dibayang-bayangi dengan makhluk mengerikan itu.

Sudiro menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Saya hanya ingin anak Saya jauh dari gadis itu. Jika banyak rintangan, Dia berhenti bekerja dan Jodi bisa bertemu jodoh yang layak," Sudiro melihat langit-langit rumah yang penuh dengan sawang laba-laba.

Bau garu perlahan hilang. Berganti dengan bau bangkai yang menyengat.
Hawa anyep menyebar di seluruh ruangan.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan dari istri Mbah Suroso di belakang rumah. Sontak Mbah Roso bangkit dan berlarian ke asal suara.

Begitu juga Sudiro yang mengikuti dari belakang. Mata mereka membelalak saat melihat di depan mata wanita muda itu terbaring dengan luka di kepala.

Sepertinya istri Dukun Teluh itu terbentur. Darah mengalir deras di lantai.

Sudiro hendak mendekat, tapi tangannya di tahan oleh Suroso. Pria paruh baya itu melesatkan pandangan ke arah Suroso.

"Mbah ... cepat bawa istri Mbah ke Dokter," ujar Sudiro khawatir, tapi hanya gelengan yang Sudiro dapatkan.

Rahang Mbah Roso mengeras. Mata nya membulat seperti ketakutan.

"Pergi ... Sudiro... tempat ini tak aman untukmu," desis Mbah Roso.

Sudiro terpaku. Ia menggerakkan kepalanya ke arah istri Mbah Rosi dan  matanya membeliak, tak percaya dengan apa yang Ia lihat saat ini.

Wanita seksi itu hilang. Tak ada noda darah atau apa pun di lantai. Ke mana Dia? padahal jelas-jelas tadi Ia melihat wanita itu terbaring tak sadarkan diri di lantai.

Kembali memandang ke arah Mbah Roso, tapi belum sempat Ia bertanya, tiba-tiba ...

Syuttt!

Tubuh renta itu bergerak cepat ke belakang. Seperti ada sesuatu tak kasat mata yang menariknya.

Dengan mata kepalanya sendiri, Sudiro melihat Mbah Roso susah payah melawan.

Tubuh itu terlempar beberapa meter di pekarangan rumahnya.

Bught!

Sudiro yang awalnya mematung, ingin segera pergi dari tempat itu, tapi ... tiba-tiba matanya menangkap sesuatu.

Dari kejauhan, terlihat seorang wanita dengan tegas menghampiri Mbah Roso.

Laki-laki tua itu baru saja hendak bangun, tapi sebelum semua itu Ia lakukan, tubuhnya sudah lebih dulu diangkat oleh wanita itu.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang