part 76

5.2K 162 19
                                    

#part 76

#R.D.Lestari.

POV Rahmat

Entah sudah berapa lama Aku tertidur di lantai ruang tengah ini. Kepalaku rasanya pusing dan tubuhku menggigil.

Udara dingin sisa hujan tadi malam bagai menyelimuti tubuhku yang hanya memakai kaos dan celana pendek di bawah lutut.

Susah payah Aku menggerakkan tubuh dan terduduk. Memperhatikan sekitar dengan pandangan yang berkunang-kunang.

"Jamillah ... Jamillah...,"

Panggilku pada perempuan yang sudah Aku nikahi sepuluh tahun lamanya itu sembari memegangi kepalaku yang semakin pusing.

"Jamillah...," panggilku lagi, tapi perempuan itu tak juga datang.

Kemana Dia? padahal hari sudah siang. Sinar matahari sudah menerobos di sela horden.

Rumah begitu senyap. Apakah semua orang masih tertidur pulas?

Aku bergeming. Terpaku seorang diri seraya memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Bayangan pocong yang sudah kedua kali datang itu kembali membuat tengkukku meremang.

Lagi-lagi dengan ucapan yang sama.  Jangan ganggu keluargaku. Apa memang itu adalah pocong Pak Mulyono? soalnya selama ini yang Aku ganggu itu Indah. Cuma Dia.

Aku menggeleng pelan. Tak mungkin Dia! Pak Mulyono tak mungkin jadi setan. Karena setauku, orang yang sudah meninggal itu arwahnya tak ada di dunia. Itu pasti jin yang menyerupai Pak Mulyono. Aku yakin itu!

Rupanya memang sangat menyeramkan, tapi itu tak akan membuatku patah semangat dalam mengejar Indah.

Gadis itu ... sudah membuatku tergila-gila. Sebelum menyadari pesonanya, Aku belum pernah se-gila ini menyukai perempuan.

Dengan Jamillah, istriku pun itu tak seperti ini. Apakah ini yang di namakan puber kedua?

Jatuh cinta kedua kalinya, padahal sudah menikah. Ingin selalu dekat dengannya, tak mampu berjauhan dan selalu mengingatnya.

Perlahan pusing itu mulai hilang. Aku berusaha bangkit dan melangkah menuju kamar kedua anakku.

Kedua bocah itu tadi malam menangis histeris. Apa terjadi sesuatu pada mereka?

Perlahan kutekan gagang pintu dan membukanya pelan. Aku tak ingin kehadiranku membuat bocah itu terbangun. Mereka pasti sedang tertidur.

Benar saja, saat pintu mulai terbuka lebar, kulihat kedua anakku itu sedang tidur saling berpelukan.

Suara dengkuran keduanya terdengar bersahut-sahutan. Begitu tenang, seolah tak ada tanda-tanda jika tadi malam mereka menangis ketakutan.

Apa semua hanya halusinasiku saja? tapi ... dimana Jamillah? kenapa perempuan itu tak tidur dikamar anaknya?

Aku mengernyitkan dahi. Apa... Dia sedang memasak? nyuci?

Tapi ... kenapa tak ada tanda pergerakan dari arah dapur? rumah ini terlalu sunyi bagai tak berpenghuni.

Apa Jamillah kabur? meninggalkan Aku dan kedua anakku?

Karena semenjak Aku mengutarakan buat untuk menjadikan Indah istri kedua, Jamillah benar-benar merubah sikapnya padaku.

Jadi cuek, jutek, dan tak mau di sentuh. Itulah kenapa Ia akhirnya pindah ke kamar anak-anak.

Menyebalkan memang. Padahal apa salahnya membiarkan suami punya istri lagi.

Bukankah uang yang Aku beri juga mencukupi, malah terkesan berlebih?
Kalau punya teman di rumah, kan bisa saling membantu?

Lagian, bukankah selama ini Dia baik sama Indah? jadi ... kurasa Indah bakal jadi madu yang sempurna untuknya.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang