Bismillah
Pocong Itu Bapakku
#part 20
#by: R.D.Lestari.
Dan sekejap rumah Mbah Tiran yang semula ramai menjadi senyap. Mereka takut akan di jadikan tumbal Mbah Tiran karena banyak bertanya.
Tok! tok! tok!
"Mana ... sajen ... ku?"
Semua orang yang berada di dalam gubuk saling berpandangan. Meski mereka sering melihat penampakan, hawa anyep malam itu mendadak membuat jantung semua orang berdentum-dentum.
Mbah Tiran maju selangkah demi selangkah dengan takut-takut. Feelingnya mengatakan jika makhluk yang datang bukan makhluk sembarangan.
Kriettt!
Pintu di buka perlahan, dan ... sesuatu melesat dan berhenti tepat di depan matanya, hanya jarak sekilan.
Mbah Tiran seketika jantungan. Lelaki sepuh itu menekan dadanya karena jantung memompa darah lebih cepat.
Takut yang teramat sangat. Tubuh terbungkus kafan lusuh dengan kotoran tanah itu membuka mulutnya yang sudah menjadi tengkorak.
Memamerkan rentetan gigi-gigi dan lidah panjang yang terjulur dengan cacing dan belatung yang jatuh satu-satu.
Mata merah menyala yang bersinar dan wajah gosong beserta daging-daging rusak dengan bau bangkai yang menyengat.
Brughh!
Mbah Tiran jatuh tersungkur mendapat serangan dadakan yang datang tiba-tiba.
"Waaa! pocong!"
"Mbah Tiran!"
"Kabur!"
Riuh rendah suara dan derap langkah kaki yang bersahut-sahutan membuat gubuk Mbah Tiran gaduh.
Semua murid Mbah Tiran kalang kabut mencari pintu keluar untuk bisa kabur dari makhluk yang kini tertawa dan melayang di ambang pintu.
Prang-prang!
Semua sajen terbang melayang dan terhempas jatuh di lantai tanah. Tiga orang murid Mbah Tiran berhasil kabur, sedang Mbah Tiran dibiarkan tergeletak begitu saja tanpa adanya pertolongan.
Rumah Mbah Tiran mendadak sepi bak kuburan, dan pocong melesat begitu saja, hilang.
***
Dua orang yang ditugaskan mengantar para peserta ritual kini melangkah pulang ke rumah Mbah Tiran.
Mereka saling berpandangan saat melihat dari jauh pintu rumah Mbah Tiran terbuka lebar dengan suasana sepi dan sunyi.
"Aku merasa ada yang tidak beres dengan rumah itu. Apa mungkin terjadi sesuatu dengan Mbah Tiran, ya?" ungkap salah satu murid bertubuh tinggi tegap.
"Jujur, melihat dari jauh, sosok pocong itu sangat menakutkan. Aku sampai gemetaran," sahut temannya berambut keriting.
"Ya, baru kali ini melihat sosok pocong yang tubuhnya amat tinggi,"
"Ya, benar. Aku sepertinya tak ingin berurusan lagi dengan dunia gaib. Ga kebayang kalau melihat lebih dekat, bagaimana mengerikannya,"
"Ya, aku juga. Sekarang ayo, kita bicara langsung sama Mbah,"
Kedua orang itu melanjutkan langkah kakinya. Dan saat tiba di muka rumah ...
"Mbah ... Mbah ...!"
Mata mereka melotot dan seketika mendekati sosok Mbah Tiran yang kini tergeletak dengan mata yang terbuka.