part 27

8.2K 604 20
                                    

Bismillah

             Pocong Itu Bapakku

#part 27

#by: R.D.Lestari.

Setelah beberapa orang yang datang kerumah, Kartini semakin legowo dan dengan mudah memaafkan orang-orang yang khilaf pada suaminya.

Ia pun kini semakin tenang karena Indah sudah bekerja. Meskipun gajinya tak besar, tapi mampu untuk memenuhi kebutuhan hari-harinya.

Mulyani yang semakin besar juga mempermudah dirinya untuk berkebun dan menjual singkong sebagai tambahan belanja.

Meski sederhana, setidaknya sekarang Kartini bisa sedikit mengiklaskan kepergian suaminya.

Seperti siang ini, Mulyani yang berumur beberapa bulan itu Kartini baringkan di bawah rimbunan pohon bambu dialasi koran dan kain panjang.

Danang menemani adiknya sembari belajar. Mulyani kecil sesekali tertawa seperti ada yang mengajaknya bermain.

Sekilas, Danang melihat adikny dan menepuk-nepuk pelan agar Mulyani terlelap.

Namun, gadis kecil itu malah terkekeh riang. Hingga membuat Danang keheranan.

"Ibuk!" panggil Danang saat melihat ibunya yang sedang mencabuti gulma di sekitar tanaman singkong dan cabai yang baru tumbuh sekitar tiga puluh senti.

Terik matahari begitu menyengat, membakar tubuh Kartini yang hanya di tutupi baju kaos panjang milik Mulyono.

Wanita beranak tiga itu menyeka peluh yang jatuh diantara anak rambut. Mengangkat sedikit topi caping yang ia pakai agar dapat melihat anaknya dengan jelas.

Matanya menyipit terkena sinar matahari yang langsung jatuh ke matanya.

"Kenapa, Nang?"

"Ini Bu, Adek ketawa-ketawa sendiri," adunya.

Kartini yang penuh peluh dan tangan yang belepotan dengan tanah, mengibas tangannya dan melangkah ke arah sumur untuk membersihkan tangan dan wajahnya.

Ia langsung menggendong Mulyani yang masih tertawa riang.

"Beresin, Nang, kita masuk ke rumah," ajak Kartini. Dengan sigap Danang melipat kain panjang.

Sedang Kartini merasakan darahnya berdesir saat berada di bawah pohon bambu. Bulu kuduknya meremang dan perasaannya berubah tak enak.

Merasa ada yang memperhatikan dan mengawasinya. Kartini segera melangkah pergi bersama kedua anaknya, meninggalkan kebun yang terasa mencekam.

***

Indah sibuk membungkus dan menimbang gula di gudang, saat Jodi tiba-tiba datang berkunjung ke Toko nya.

Kebetulan hari ini Sudiro dan istrinya pergi arisan keluarga, jadi Jodi yang ditugaskan menunggu Toko. Mereka sudah tak percaya pada Indah semenjak terjadinya kemalingan tempo hari.

Setelah selesai menimbang gula, Indah membawa keranjang berisi sekitar tiga puluh bungkus gula, yang tiap satu bungkusnya berisi satu kilogram gula pasir putih dengan susah payah.

Untuk wanita dengan tinggi sekitar 155 cm dan berat 45 kilogram itu, membawa beban lebih dari separuh berat tubuhnya itu tentu amat susah.

Beberapa kali ia membentur dinding karena tubuhnya terhuyung kesana-kesini.

Jodi yang melihat Indah kesusahan dengan gesit melangkah mendekati Indah.

Tangannya dengan tangkas meraih keranjang berisi puluhan gula. Indah ternganga mendapat perlakuan Jodi yang tiba-tiba.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang