Bismillah
Pocong Itu Bapakku
#part 15
#R.D.Lestari.
"Kamu bicara sama siapa?"
"Mbak... itu ... Bapak pergi, Mbak. Padahal tadi ngajak Danang main," Danang menunjuk rumpunan pohon bambu yang jaraknya cukup jauh dari mereka.
Bulu kuduk Indah seketika meremang. Matanya mengedar kesegala arah. Tak ada seorangpun di sana kecuali mereka.
"Danang ... Bapak sudah ...,"
"Sudah apa, Mbak?"
"Meninggal, Nang ...,"
"Meninggal? ga, Mbak, yang meninggal itu bukan Bapak, Bapak masih hidup!"
"Danang?"
"Mbak... Bapak sering nemenin Danang main. Kadang kasih duit,"
"Kalau malam juga sering ketok-ketok kamar Danang," ujar bocah itu dengan polos.
Indah bergidik. Kepalanya menengadah, takut-takut jika ada sesuatu diatas mereka. Yang ternyata ... hanya ada daun-daun bambu yang bergerak karena angin.
Ia pun menoleh ke belakang, kalau-kalau ada yang mengintai mereka. Namun, tak ada seorangpun disana kecuali mereka berdua.
Indah menarik napas lega, meski ia masih belum bisa menerima ucapan adiknya.
"Nang, Bapak sudah meninggal. Kan kamu sendiri lihat jasad Bapak saat turun dari mobil Ambulance," Indah mengelus bahu Danang, mencoba memberi pengertian dengan suara yang lemah lembut, tapi Danang malah menepis tangan itu.
"Bapak masih hidup, Mbak. Kata Bapak, yang tempo hari itu bukan Bapak. Cuma orang mirip aja!"
Danang berdiri dan mengepal tangannya.
"Danang males sama Mbak. Ga percaya di bilangi!" Ia menghentak kakinya dan meninggalkan Indah yang masih termangu di bawah pohon bambu. Ia menatap lesu adiknya yang marah.
Indah lalu bangkit. Tengkuknya kembali meremang. Dan, ...
Serrrrr!
Sesuatu seperti melintas di belakangnya. Tanpa banyak kata Indah berlari mengejar adiknya. Ia yakin ada yang tidak beres dengan tempat itu. Apa benar Danang bertemu sosok bapaknya? atau malah jin yang menyerupainya?
***
Sepeninggal Tejo, Dirga dan Dono, warga semakin takut untuk keluar malam.
Beberapa orang pernah tak sengaja melihat sosok putih yang tubuh dan kepalanya diikat duduk bersama di Pos Ronda seperti orang yang berjaga malam.
Kampung itu menjadi kampung pocong karena warga sering melihat penampakan pocong yang terus menerus.
Namun, kabar itu tak sampai di telinga Jodi, anak laki-laki Sudiro yang baru pulang dari Kota.
Mengendarai motor Ninja kesayangannya pemuda berperawakan manis itu pulang dengan hati yang riang.
Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan keluarganya.
Namun, saat memasuki gapura, perasaannya mulai tak enak. Ia seperti diikuti dan banyak mata yang memperhatikan gerak-geriknya.
Susah payah Jodi melajukan motornya. Apalagi suasana amat sepi padahal waktu masih jam sembilan malam.
Tak ada satupun orang di luar rumah. Sangat aneh, karena selama ini yang ia tau, kampungnya itu selalu ramai bahkan hingga menjelang dini hari, karena banyak Bapak-Bapak yang begadang di Pos Ronda dan bermain gaplek.