Bismillah
#part 63
#R.D.Lestari.
Saat Ia melihat seorang wanita seperti baru saja keluar dari rumahnya. Wanita itu sempat melihatnya dan melambai ke arahnya.
"Indah! ada apa?"
Senyum terbit seketika di wajah Indah. Kaki jenjangnya mengayun cepat. Setengah berlari, Indah mendekati wanita yang sedang memegang sapu di tangannya.
Ia menatap Indah lekat, merasakan hal yang mengkhawatirkan dari gadis yang kini nampak begitu ketakutan.
Refleks wanita yang tak lain adalah Yayuk Jamilah, tetangga Indah itu juga melangkah mendekat.
"Yayuk, tolong Ibu ..., Yuk," Indah yang meminta tolong sambil menangis itu sontak membuat Yayuk Jamilah bertambah khawatir.
"Kenapa, In... coba sini, cerita dulu," Yayuk Jamilah mengelus punggung Indah untuk membuatnya tenang.
"Yuk ... Ibu tak sadarkan diri. Tubuhnya bersimbah darah," terisak, Indah sampai memegang dadanya karena sesak.
"Astaghfirullah, kenapa, In?"
"Ga tau, Yuk. Indah mohon, Yuk. Tolongin Ibu," Indah mengiba. Yayuk Jamilah mengangguk cepat.
"Tunggu,ya. Yayuk banguni suami dulu. Nanti kita pakai mobil Yayuk ke Klinik Bidan Dewi," ujarnya. Ia langsung berlarian ke dalam rumah. Mencari suaminya yang masih tertidur lelap.
Indah menurut. Ia menunggu di luar rumah. Sementara hari mulai terang. Ia pun mendengar suara tangis Mulyani dari arah rumah.
Bimbang. Indah memilih meninggalkan kediaman Yayuk Jamilah dan berlarian ke arah rumah.
Bukan cuma tubuhnya yang lelah. Beban pikiran membuatnya seperti orang gila. Kesana-kesini memilih antara Ibu dan Adik kecilnya.
Dalam keadaan kalut, Indah meraih Mulyani dari kasur dan menggendongnya kembali ke arah luar. Ia takut Yayuk Jamilah tak jadi menolongnya.
Sementara itu, di dalam kamarnya, Yayuk Jamilah berusaha keras membangunkan suaminya yang tertidur lelap.
"Papa ... bangun, Pa. Cepetan!" teriak Jamilah seraya menggoyang tubuh suaminya.
"Apaan sih, Ma. Papa masih ngantuk ini," ketus suaminya dan kembali menarik selimut hingga menutupi muka.
"Pa ... tolongin Mbak Kartini dulu. Kata anaknya tubuhnya penuh darah dan tak sadarkan diri," Jamilah masih berusaha membangunkan suaminya.
Suami Jamilah langsung bangkit dan matanya membola.
"Mbak Kartini kecelakaan? atau bagaimana?" rasa ingin tau begitu saja menyergapnya.
"Ga tau, Pa. Indah ga bilang apa-apa," jelasnya.
"Yuk ... Yayuk Jamilah...," suara Indah dari arah luar membuat dua orang itu saling berpandangan.
"Ya, In. Sebentar," sahut Jamilah.
"Ayo, Pak. Nanti bisa fatal kalau Kita ga cepat-cepat nolongin Dia," ujar Jamilah dengan raut wajah gusar.
Suaminya mengangguk cepat dan langsung bergeser ke pinggir tempat tidur.
Ia langsung memakai baju dan tanpa mencuci muka Ia meraih kunci mobil. Yayuk Jamilah mengikuti dari belakang.
Mereka berjalan tergopoh-gopoh ke luar, di mana Indah sudah menunggu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Matanya sembab dan sisa air mata masih membekas di sana.