part 72

5.5K 202 20
                                    

Bismillah

Ilmu Hitam Perawan

#part 72

#R.D.Lestari.

"Hah? apa? jangan ngada-ngada, Kang. Kita ini cuma teman dan tetangga. Saya tidak punya perasaan apapun pada Akang, dan Saya juga tidak punya hutang sama Akang. Yang kemarin sudah Saya kasih sama Yayuk Jamilah , istri Akang," cerocos Indah panjang lebar.

"Kamu memang tidak punya hutang, tapi Aku tetap pada pendirianku, Kau harus mau jadi istri keduaku," Rahmat mencengkeram tangan Indah lebih keras yang menyebabkan gadis itu mengaduh kesakitan.

"Aduh, sakit, Kang,"

"Akang ga bisa maksa Saya! ingat, Akang udah punya istri dan anak. Tolong ... jaga perasaan Yayuk Jamillah yang baik hati itu, Bang!"

Indah tak mampu menahan tangisnya. Dadanya seketika sesak menghadapi kenyataan jika kebaikan yang selama ini Rahmat berikan itu tak tulus seperti dugaannya.

Slap!

Kali ini Rahmat menarik tangan Indah, hingga gadis itu mendekat dan hanya berjarak kurang dari setengah meter darinya.

Indah menunduk takut saat wajah yang dulu terlihat kalem itu berubah jadi menakutkan itu mendekat ke arah wajahnya.

"Urusan mereka itu urusanku. Yang penting kini urusan Kau dan Aku," suara bariton itu terdengar jelas dengan hembusan napas hangat tepat di telinganya. Tubuh itu gemetar.

"Sa--Saya tidak mau mengkhianati kebaikan wanita itu, Kang," Indah sesenggukan, tapi sepertinya Rahmat tak mempedulikannya.

"Kalau Kau menolak... Aku pastikan ibumu tak akan selamat,"

Degh!

Rasa di hantam benda benda tumpul di dada, sesak dan sakit, ketika Rahmat membawa ibunya dalam perseteruan mereka.

"Jangan bawa-bawa ibuku. Ini tak ada hubungannya dengan Beliau. Ini urusan Kita!" Indah menggeram. Matanya menyorot tajam pada pria yang jauh lebih tua darinya.

"Ha-ha-ha, kalau tidak begini, Kau pasti susah di taklukkan, 'kan In?"

"Aku suka gadis keras sepertimu, Aku merasa tertantang," Ucapnya seraya menyentuh dagu Indah. Gadis itu menepis keras tangan berkulit hitam dan berurat itu. Membuat Rahmat jadi emosi karenanya.

"Cih, jangan harap Aku mau menikah dengan tua bangka sepertimu," hardik Indah.

Wajah Rahmat langsung menegang. Di bilang tua bangka membuatnya langsung naik pitam.

"Kau tau? ibumu itu pocong palsu yang mencuri di rumah-rumah warga, dan Kau mau tau? pocong asli saja kalah denganku! jadi ... Kau jangan macam-macam sama Aku, ya? turuti apa mauku!" suara Rahmat terdengar meninggi. Ia balik menatap tajam Indah. Matanya bergerak menyoroti dua mata Indah yang membola secara bergantian.

Gadis itu sama sekali tak percaya dengan ucapan Rahmat yang di nilai nya hanya mengada-ada.

Ibunya seorang pocong palsu? itu tak mungkin, tapi ....

Degh!

Ia tiba-tiba teringat pada lembaran uang yang disimpan ibunya. Sangat banyak untuk ukuran seorang Ibu yang berjualan singkong dari kebun yang hanya beberapa tumbuk saja.

"Kenapa diam? ucapanku sesuai, bukan?"

"Kau tau? ibumu sedang di buru warga dari kampung sebelah. Bukankah tangan ibumu itu juga salah satu bukti bahwa ibumulah pocong palsu itu? sabetan samurai di tangan itu ... apakah belum cukup bukti lagi?"

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang