Bismillah
Pocong Itu Bapakku
#part 79
#R.D.Lestari.
Jamillah masih menyembunyikan diri, tapi matanya tetap awas mengintai pergerakan dari ruangan di mana Danang di rawat tadi.
Tak lama, Ia melihat Danang di bawa perawat memakai brankar keluar dari kamar.
Jamillah mengikuti dari jauh kemana bocah itu dibawa. Ia tersenyum simpul dan menyembunyikan diri, menunggu perawat keluar dari ruang perawatan.
Setelah di rasa aman, dan sepi, Jamillah mengendap-endap masuk ke dalam kamar Danang.
Ternyata, di ruangan bukan hanya Danang seorang. Ada satu pasien anak kecil dan ibunya yang satu kamar dengannya.
Kepergok, Jamillah berusaha tenang dan mengulas senyum ramah.
"Siang, Bu," sapa Jamillah pada Ibu pasien. Wanita muda berkisar dua puluh lima tahunan itu mengangguk ramah.
"Anaknya demam juga, Bu?" Jamillah berbasa-basi.
"Oh, enggak, Bu. Salah makan, BAB terus dari kemarin, ini alhamdulillah sudah baikan," jawabnya.
"Oh, sama dong, Bu. Anak Saya juga, nih. Kayaknya gara-gara makan jajan sembarangan," Jamillah melirik ke arah Danang yang tertidur pulas.
"Nah, mungkin anak Saya juga ini. Jajanan di sekolah harus di waspadai kayaknya ya, Bu, banyak yang ga steril,"
"Iya, bener, Bu. Oh, iya. Saya mau nemeni anak Saya dulu, ya, Bu," ujar Jamillah sopan yang langsung diangguki si Ibu tadi.
Srettt!
Jamillah menutup tirai hijau yang jadi pembatas antara satu pasien dan pasien lainnya.
Danang yang mendengar bunyi gorden itu terjingkat kaget dan terbangun.
Ia mengucek matanya yang masih sangat mengantuk. Samar, Ia melihat sosok yang berdiri dengan bersidekap tak jauh darinya.
Ia menatap Danang tajam dengan wajah garangnya. Danang yang menyadari siapa sosok di hadapannya itu hanya mampu menatap takut tanpa mampu bergerak menjauh. Tubuhnya masih sangat lemas dan sakit.
"Bagaimana keadaanmu, Danang? masakan Yayuk Jamillah enak, 'kan?" ujarnya dengan suara pelan tapi terdengar menakutkan.
Danang mengangguk pelan. Tatapannya nanar. Tubuhnya mengkerut, nyalinya ciut.
Wanita yang tak lain adalah Jamillah itu mendekat, membungkukkan tubuhnya dan menumpukan dua tangan di ujung ranjang tempat Danang tidur, hingga wajahnya begitu dekat dengan Danang. Hanya berjarak beberapa senti saja.
"Ingat! jangan bilang apa pun pada Kakak dan ibumu tentang Aku yang memberikanmu makanan tadi pagi! atau ibumu akan Aku habisi!" ancamnya yang membuat Danang semakin merapatkan tubuhnya.
"Salah sendiri, kenapa Kau rakus. Bukankah Aku bilang itu untuk kakakmu, Indah?"
Napas Danang rasa tercekat. Ia meneguk saliva susah payah, takut-takut menatap mata Jamillah yang menyorot tajam.
Baru saja ingin kembali mengeluarkan nada ancaman, rungunya di kejutkan dengan suara brankar yang mendekat.
Jamillah langsung mengangkat tubuh dan menunjuk ke arah Danang. "Dengar kataku tadi! Kau ingat! kalau Kau tak mau nyawa keluargamu jadi taruhannya!"
Setelah berucap, Jamillah berbalik dan pergi begitu saja. Wanita yang Ia temui tadi Ia acuhkan dan melesat pergi begitu saja.
Ia tak ingin Indah atau orang lain memergoki kedatangannya. Jamillah bergegas keluar dari Klinik Bidan Dewi dengan jantung yang berdegup kencang.