Mereka sampai di belakang kantor. Tampak tandon besar berwarna jingga berdiri di hadapan keduanya dan benda itu tidak ditaruh begitu tinggi. Surya mengembuskan napas, Gilang lagi-lagi membohonginya. Dikiranya tadi, tandon itu diletakkan di atas atap. Pria itu bahkan masih bisa menggapainya meski agak berjinjit sedikit. Walau sudah dikuras, masih tersisa air di dalam sana, tetapi tidak begitu banyak sehingga tidak membuat berat.
"Udah bawa sikat, kan, lu?" tanya Surya setelah menurunkan tandon itu ke tanah.
"Udah."
"Beneran sikat yang gede, kan? Jangan malah sikat gigi yang lu bawa."
"Saya juga paham kali, Pak."
"Okay. My bad." Surya terkekeh lagi. Melihat Ayu menghela napas kesal membuatnya terhibur.
Perempuan berambut cokelat keemasan itu memberikan sikat padanya, dan dengan cepat dia menggosok dasar tandon yang penuh lumut. "Beneran kotor, Yu. Ini kali sejak dibeli sampai sekarang belum pernah dibersihin."
Ayu mengerutkan kening dengan tidak suka saat Surya mengeluarkan sikatnya yang kini menghitam akibat lumut. Bukan pemandangan yang bagus untuk dilihat.
Tidak lama, Surya menghentikan gerakannya. "Gue enggak bisa jangkau yang bagian dalem itu. Kayaknya harus ada yang masuk di sini. Gue enggak muat, sih."
"Hah?!" Ayu mengira-ngira sedalam apa tandon yang tengah dibersihkan itu. "Saya juga kegedean kalau masuk situ, Pak. Kalau Bu Kiky mungkin bisa."
"Kiky belum dateng. Udah, yang ada di sini, kan, elu," balas Surya.
"Gi-gimana cara saya masuk?"
"Berhubung ini tinggi, dan kalau gue rebahin juga elu bakalan kesusahan, gue gendong aja. Jadi lu nyikatnya sambil jongkok di dalem tandon gitu, biar lebih bersih."
"Gendong?" Entah mengapa, Ayu seperti seekor beo yang hanya bisa mengulang kata Surya.
"Udah, percaya sama gue. Ayo."
Dengan ragu, Ayu mendekat pada Surya dan membiarkan kedua lengan pria itu mengangkat tubuhnya seperti bridal style. Tidak lama, kakinya sudah menginjak dasar tandon. Ternyata, tinggi tandon itu tepat sedadanya.
"Nah, kan, muat. Udah, cepetan disikat," ucap Surya.
Ayu segera berjongkok, tetapi sebelum benar-benar menggosok tepian dalam tandon yang masih kotor, dia berkata, "Bapak enggak ninggalin saya, kan?"
"Enggak. Gue di sini terus sama lu."
Kalimat itu bermakna ganda sebenarnya. Pertama, dia memang tidak akan meninggalkan Ayu di dalam tandon seorang diri. Itu akan jadi kejahilan yang paling menyebalkan dan perempuan itu pasti makin membencinya. Kedua, biarpun Ayu masih belum memiliki perasaan padanya, dia akan tetap di sisi perempuan itu dan menunggu datangnya waktu yang tepat. Bodoh, memang. Namun, dia benar-benar menginginkan hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...