Coffee, Kaya Toast, and Chatter

169 19 2
                                    

Catatan: Timeline cerita ini adalah episode LP di tanggal 31 Agustus 2022, dan sekuel dari 'And You Tuck a Yellow Rose Behind My Ear'. Enjoy!

***

On the streets of Singapore

I walk and walk wondering

What I have missed and

what it has missed

(Wandering Singapore Streets Poem by John Tiong Chunghoo)

***

Patung Merlion tegak berdiri, masih setia mengucurkan air dari mulutnya. Ayu mengingatnya dengan baik di benaknya. Memang sejak beberapa saat lalu kakinya berhasil menapak dengan selamat di negeri singa itu, tepatnya di Bandara Internasional Changi. Sebenarnya, dari tadi Andhika terkekeh geli karena julukan itu, katanya mengingatkannya pada Malang, kota kelahirannya.

"Singo Edan. Arema di hati." Begitu katanya.

Sebenarnya, ini bukan liburan. Ayu ditugaskan Komandan Andre untuk menemani Surya dan Andhika mengawal Siti Rahmawati alias Siti KDI yang akan tampil di Singapura. Tepatnya, biduanita tersebut akan tampil di Clarke Quay untuk menghibur penggemar setianya di sana. Mereka bertiga dipesankan oleh kantor Lapor Pak sebuah hotel di Bencoolen Street yang hanya memakan waktu dua menit memakai MRT untuk tiba di Clarke Quay. Wilayah itu tidak sepadat Clarke Quay, sehingga mereka bisa beristirahat dengan leluasa.

Kantor hanya menyediakan dua kamar, dan karenanya Andhika dan Surya tidur di kamar yang sama. Ayu sendiri ditempatkan di kamar lainnya, kamar yang sebenarnya dipesankan atas nama Surya. Perempuan itu ingat bagaimana jahilnya Andhika sebelum mereka bertiga berangkat, "Lu mau tidur di kamarnya Surya atau kamar gua?"

Karena itu, tadinya Ayu tidak mau memilih salah satu opsi tersebut sampai Siti menawarinya untuk tidur sekamar. Jelas itu artinya Ayu akan tidur di salah satu hotel terkemuka di Clarke Quay. Hanya saja, Andhika menjelaskan maksudnya, jika perempuan tersebut memilih salah satu kamar tersebut, maka Andhika dan Surya akan tidur sekamar. Bukan kemudian Ayu akan tidur sekamar dengan salah satu di antara mereka (meskipun sebenarnya Andhika ada rencana untuk membuat Ayu dan Surya terjebak dalam situasi tersebut, tetapi dia tahu itu terlalu kentara).

Tidak lama Surya menimpali dengan, "Ya, enggak apa-apa, ya, kuncinya kita pegang satu-satu. Takutnya lu susah dibangunin." Jujur, itu membuat Ayu kepikiran. Bagaimana jika tiba-tiba Surya membuka kamar ketika dia sedang dalam kondisi yang ... well, yang pasti Ayu jadi tidak nyaman. Sempat dia menyesal mengiyakan perintah Komandan Andre untuk menemani kedua polisi ini, harusnya Wendi saja yang ikut. Nyatanya, pria berkepala plontos itu habis terjatuh dari tangga sehingga tidak memungkinkan untuk pergi ke Singapura.

"Ini cardlock kamar gue. Jangan sampai hilang," ucap Surya tiba-tiba saat mereka sudah tiba di kamar hotel.

Ayu mengernyitkan dahi. "Bapak enggak simpen aja?"

"Lu beneran mau gue bangunin apa gimana? Enggak, lah." Surya yang kini gantian bingung. Bagaimana bisa Ayu berpikir ucapannya saat itu sungguhan? Sementara itu, Andhika terkekeh karena situasi mereka berdua.

"Kamar gue enggak jauh dari sini, kok, Yu. Kalau ada apa-apa, gedor aja pintunya, ya? Biar Surya langsung sigap membantu," kata Andhika ramah. Surya sendiri sudah memelototi Andhika. Kekasih Hesti itu memang usil sekali!

Ayu mengangguk lalu memasuki kamar tersebut. Sang office girl itu lantas meletakkan tas yang berisi beberapa keperluannya di atas meja. Dia memandangi kamar itu dengan senang. Ruangan itu didominasi warna putih, seperti kamar hotel pada umumnya yang pernah ia kunjungi. Tidak begitu besar, tetapi nyaman sebagai tempat bermalam. Dari jendela, Ayu bisa melihat mobil yang berlalu-lalang sepanjang Bencoolen Street di sore menjelang malam itu. Ramai dan padat seperti Jakarta, tetapi tidak begitu macet.

Padahal baru beberapa jam di Singapura, tetapi tetap saja Ayu rindu kantor Lapor Pak. Bagaimana keadaan orang-orang di sana saat ini? Wendi yang terpaksa di kantor karena kondisinya, juga Gilang yang pasti merasa kesepian. Kiky dan Hesti sendiri pasti sedang menyiapkan beberapa keperluan untuk ke Turki. Ya, mereka berdua akan mengawal Siti saat manggung di Turki kelak. Sementara Komandan Andre mendapat bagian mengawal Siti untuk kembali ke Indonesia. Sepertinya, ini adalah waktu tersibuk pasukin sejauh ini, di mana semua orang diberikan tanggung jawab yang berat.

Lalu pikiran Ayu melayang ke beberapa minggu lalu, saat Sibad magang di sana. Ucapannya saat itu masih membekas di ingatannya: "Mending Bu Ayu tanya sendiri ke Pak Surya" dan jelas Ayu jadi dongkol. Tidak mungkin dia sekonyong-konyong bertanya pada Surya, "Apa Sibad ada ngomong sesuatu ke Bapak waktu itu?" karena pria itu akan kebingungan dan menjawab dengan, "Emangnya kenapa?"

Habis dirinya kalau reaksi Surya demikian, dan rasanya itu adalah reaksi yang paling memungkinkan diterima Ayu karena pertanyaan aneh tersebut. Sial, mengapa Sibad membuatnya dalam situasi yang sulit begini?

"Apa Singapura akan jadi jawabannya?" Ayu bertanya seakan kamar hotel itu akan menjawabnya. Akan tetapi, pertanyaannya hilang seperti angin, bersamaan dengan malam yang makin pekat.

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang