And You Tuck a Yellow Rose Behind My Ear

180 20 3
                                    

Catatan: Timeline cerita ini adalah episode LP di tanggal 4 Agustus 2022

***

Entah apa yang harus dikatakan Ayu atas hari ini setelah perempuan berambut panjang dan berwajah manis bernama Siti Badriah datang ke kantor. Tidak untuk melapor, tidak untuk mengunjungi narapidana (kebetulan, narapidana di kantor hanya satu-Gilang), melainkan magang menjadi office girl. Tawa Ayu tadinya menggelegar untuk Wendi karena mengira bahwa anak magang itu akan melamar menjadi petugas polisi, seperti halnya Surya dulu. Petugas polisi makin banyak jadinya, dan bukannya tidak mungkin petugas yang tidak kompeten langsung digantikan oleh petugas baru ini. Rupanya tidak. Karier Ayu-lah yang kini terancam.

Ayu jadi makin dongkol setelah Hesti memberikan kemeja merah muda dengan aksen hitam kepada Sibad (panggilan Siti Badriah). Itu kemeja kebanggaannya, selama ini sulit bagi orang lain untuk mendapatkan kemeja seperti itu dan bisa bekerja dengan baik di kantor ini. Dan kini, Sibad dengan mudah mendapatkannya. Itu tidak masuk akal menurutnya. Terlebih, Ayu juga ditugasi Komandan Andre untuk menemani Sibad berkeliling kantor dan menjelaskan apa saja tugas office girl di kantor ini.

Penderitaan Ayu tidak berhenti di sana. Dia harus meladeni Sibad yang terlalu banyak bertanya. Bahkan hingga mereka tiba di pintu UKS.

"Bu Ayu, ini ruangan apa?" tanya Sibad polos.

"Ruang UKS."

"Oh. Eng, kita enggak bisa masuk, ya? Apa emang enggak boleh dibersihin?" tanya Sibad lagi. "Soalnya tutupan gini. Agak serem."

"Bukan enggak boleh dibersihin, tapi orang lain enggak bisa sembarangan masuk. Kuncinya di Bu Hesti."

"Hooo.... Lho, kenapa kuncinya di Bu Hesti? Bukan di Komandan atau di Bu Ayu?"

Ayu menghela napas. "Karena ini ruangan khusus Bu Hesti sama Pak Dhika, jadi yang pegang kunci Bu Hesti."

"Oh. Oh, iya, Pak Dhika sama Bu Hesti itu pacaran, ya?"

"Iya."

"Pak Wendy sama Bu Kiky juga pacaran?"

"Iya."

"Bu Ayu ada pacar juga, kah? Kalau ada, orang sini juga?"

Dahi Ayu mengernyit. "Apaan, sih? Pertanyaan kamu enggak berhubungan sama pekerjaan ini."

"Kan mau tahu aja. Enggak boleh, ya?" tanya Sibad. Sebenarnya, dia ingin sekali akrab dengan Ayu, tetapi perempuan itu tampak tidak mau bersahabat dengannya.

"Enggak penting, Sibad. Ayo ke tempat lain," jawab Ayu tajam.

"Eng, Bu Ayu, saya tadi ada dibilangin sama Bu Hesti kalau Bu Ayu lagi deket sama Pak Surya. Itu betul?"

Ingin sekali Ayu menenggelamkan diri di kolam Bundaran HI sekarang juga. Hesti mulut ember, persis kekasihnya, pikir Ayu jengkel.

Sibad terkekeh pelan. "Kok enggak dijawab? Berarti bener, ya? Ciee!"

"Mending kita keliling lagi," balas Ayu.

"Oh, iya. Saya kelupaan, Bu Ayu. Itu maksudnya ruangan khusus Bu Hesti sama Pak Dhika itu apaan emang?"

Mata Ayu langsung memandang tajam pada Sibad, membuat perempuan itu tersenyum kikuk karena merasa bersalah karena sudah terlalu banyak bertanya. "Sebaiknya, kita enggak usah bahas itu."

Perempuan berambut cokelat kehitaman yang digerai itu (tidak biasanya Ayu tidak menjepit atau mengucir rambutnya hari itu) berjalan mendahului Sibad. Namun, si anak magang itu masih berdiri di depan pintu UKS yang terkunci tersebut. Dia mengernyitkan dahi bingung.

"Lho, kok masih di situ? Ayo kita ke ruangan lain," ucap Ayu yang langsung berbalik saat tahu Sibad belum beranjak dari depan UKS.

Sibad menggeleng pelan. "Tapi aneh, tahu, Bu Ayu. Maksud saya, kenapa kantor polisi punya UKS? Harusnya, mah, UKS di sekolah."

"Ya, kan, kalau ada yang mau tidur sebentar atau luka-luka bisa ditolong di sini," jelas Ayu. "Ayo, ah, jangan banyak buang waktu! Kita masih banyak yang harus dikerjain!"

"Tapi percuma, orang kuncinya sama Bu Hesti, kan? Kalau lagi butuh UKS, minta kunci ke Bu Hesti dulu buat bukain pintu."

Astaga anak ini, Ayu mendesah lelah. Untungnya Sibad mengerti kalau perempuan di depannya ini sudah kecapaian. Dia menurut dan mengekori Ayu ke ruang lain. Memang di hatinya dia merasa Ayu sedikit enggan untuk terus meladeninya, tetapi Sibad juga paham penyebabnya.

Ayu sudah lama berada di pekerjaan ini, dan kehadirannya sekarang menjadi ancaman yang tidak main-main. Namun, Sibad tidak ingin melakukan hal itu. Dia lebih mau menjadi rekan kerja yang sewaktu-waktu membantu Ayu saat perempuan itu kesulitan, alih-alih merebut sepenuhnya pekerjaan ini. Sayangnya, Ayu dan yang lain tidak menganggapnya seperti itu.

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang