So, He's Green with Envy (2)

162 21 6
                                    

Pikiran Surya kalut marut, dan itu berpengaruh dengan langkahnya yang terasa berat. Belum terlalu jauh, karena langkahnya langsung ditahan oleh Kiky. Perempuan dengan kaftan putih itu sekilas menatapnya heran karena tidak biasanya Surya terlihat kebingungan. Namun, dia memilih untuk tidak menyinggungnya terlebih dahulu.

"Gue aja yang interogasi. Kalian udah capek, sesekali gantian." Begitu alasannya.

"Lu enggak usah buat-buat alasan, ya, Ky. Dan tolong, lu harus profesional." Surya langsung membalas dengan pedas. Dia tahu kalau Kiky akan membahas sesuatu selain masalah rumah yang kemalingan tersebut.

Mendengar itu, Kiky langsung terkejut. Kalau yang berbicara ini Wendi, tentu dia maklum karena biar bagaimanapun Wendy ingin Kiky dapat menjaga perasaannya. Namun, ini Surya. Tidak mungkin kalau kecemburuan Wendy membuat Surya ikut kesal, bukan?

Kiky kembali memperhatikan pakaian Surya, dan barulah dia paham. Namun, kalau kecurigaannya ini benar, ini akan jadi satu hal yang menggelikan. Dia pun mencoba bersikap santai.

"Gue bisa profesional, kok. Dan ini demi keberhasilan kasus ini, ya, Pak Surya." Kiky membalas. "Lagian, kalau lu di situ, gue enggak yakin lu bakalan nahan tangan lu buat mukulin mantan gue."

Dahi Surya pun berkerut. "Lah, ngapain? Dia dari tadi enggak kurang ajar juga ke petugas. Eh, lu enggak boleh suuzon gitu ke temen sendiri."

"Hm? Dengan fakta kalau kalian bertiga pakai baju serba ijo?" Kiky pun tersenyum, dan itu berhasil membuat Surya tidak berkutik. Sial, apa Kiky tahu keresahannya yang remeh itu?

"Apaan, sih? Emang kenapa kalau gue, Ayu, sama Reza pakai pakaian ijo? Buah yang belum mateng rata-rata warnanya ijo, dan elu enggak permasalahin itu, kan?" ucap Surya yang kembali menguasai dirinya. Tidak, jangan sampai Kiky benar-benar tahu.

Seperti mendapat angin, Kiky langsung membalas, "Tapi Bu Ayu dari tadi girang karena dia dan Reza sama-sama pakai pakaian ijo. Dia enggak ada bilang soal lu. Padahal yang duluan ada di kantor juga elu."

"Terus lu mau bilang kalau gue bakal cemburu cuman karena si Ayu lebih notice si Reza? PUIH!" Surya berdecih kesal.

Kiky langsung terbahak-bahak. Sudah terbuka semua yang dipikirkan Surya sejak tadi, dan rupanya dugaannya memang benar. Surya sendiri masih memanyunkan bibirnya dengan jengkel. Dia agak menyesal mengapa meladeni permintaan Komandan Andre untuk bertugas. Tahu kalau akan seperti ini, lebih baik pura-pura tidak tahu dan kembali menghabiskan opor ayam di rumah, begitu pikirnya.

"Napa lu marahnya ke gue? Sana ngomong ke Bu Ayu. Paling juga elu diomelin balik." Kiky terkekeh geli, dia suka sekali mengusili Surya. "For your information aja, nih. Bu Ayu juga mau masuk ruang interogasi, katanya mau bantu si Hesti."

"Ngapain, sih? Dia bukan petugas, mau bantuin apaan?" Surya masih jengkel. "Aneh banget."

"Cieee ... kepanasan!" Kiky berseru senang. Dia lalu pergi ke ruang interogasi dengan kertas-kertas kosong yang diambilnya dari Surya.

Entah mengapa, langkah Surya langsung tegas mengarah ke Andhika dan Wendi yang kini berada di lobi. Ada rasa panas di dadanya, dan dia perlu mencari tahu harus berlaku seperti apa agar reda. Dilihatnya Wendi yang sudah gusar karena tahu Kiky menemui mantan kekasihnya. Andhika sendiri sudah sibuk mengirimi pesan kepada Hesti untuk tetap profesional, sesuatu yang sia-sia karena ponsel Hesti sedang dinonaktifkan.

"Eh, ini beneran kalian enggak pengen ke ruang interogasi?" tanyanya.

"Susah banget buat ngomong baik-baik ke Kiky," ucap Wendi pasrah.

Andhika juga langsung mengembuskan napas dengan berat. "Hesti enggak jawab gue lagi. Gue enggak tahu dia ngapain aja di sana."

"Ck, ayolah! Kita kudu ke situ. Itu cewek-cewek enggak mungkin bisa fokus ke kasus. Apalagi Kiky, jelas-jelas dia bakalan nostalgia sama Reza."

"Eh, tapi kenapa lu ikutan heboh, deh, Sur?" tanya Andhika heran. "Kalo gue sama Wendi khawatir, kan, wajar. Soalnya ada Hesti dan Kiky."

"Ya..." Surya langsung kehabisan kata-kata. Namun segera dia bisa menjawabnya, "Ya, kan, kita biasanya yang di situ, Dhik. Lagian, mereka pasti enggak bener nanganin kasusnya. Ayolah, ini cepat kita selesaiin biar bisa pulang ke rumah. Gitu maksud gue."

Andhika hanya memberi reaksi seolah-olah paham. Sejatinya, dia tahu kalau Surya sama sepertinya dan Wendi: merasa cemburu karena kehadiran Reza. Namun, pria ini selalu menyangkalnya.

"Ya udah, gue lihatin dari ruang kaca aja dulu, ya? Nanti gue kasih kabar lagi," ucap Wendi sembari bergegas menuju ruang kaca yang tepat bersebelahan dengan ruang interogasi.

Sepeninggal Wendi, Andhika memegang koko hijau pupus Surya. Hal itu membuatnya terkejut.

"Kenapa, sih?" Surya merasa terganggu. Sementara Andhika tersenyum kecil. Ini saatnya untuk mencari tahu.

"Hm, kenapa elu enggak kayak warna koko lu ini, deh, Sur?"

"Maksudnya?"

"Yah, kan, koko lu ini warnanya terang. Tapi lu malah enggak bisa terus terang."

Surya langsung memberi tatapan tajam pada Andhika. "Ini, nih, yang gue enggak demen."

"Gue udah temenan lama sama lu kali, Sur. Gue hapal banget lu gimana sama Ayu. Makanya lu heboh banget tadi, kan?" balas Andhika yang terkekeh.

"Diem lu." Surya berniat mengakhiri tawa Andhika, tetapi intelijen kebanggaan kantor itu makin kencang tawanya.

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang