Meet You at 6.30am (2)

150 16 5
                                    

Surya menyusuri kawasan Dukuh Atas bersama anak-anak. Sesekali pria itu melirik jam tangannya, sudah setengah tujuh pagi. Dia harus menemukan siapa orang yang mengaku dari perwakilan kantor ini sesegera mungkin. Tidak lama, mereka menemukan Ayu yang tidur di dekat stasiun dengan anak-anak lainnya. Gilang yang tidak tidur (Surya tahu dari kantong matanya yang menghitam) segera mendekatinya. Langsung saja pria bertubuh besar itu dicubit Surya.

"Aduh! Apaan, sih, Pak Surya?" rintihnya.

"Elu tahanan, bisa-bisanya keluar bebas gini! Terus, ngapain lu ada di sini?" tanya Surya kesal. "Kalau ketahuan Komandan bisa mampus lu!"

"Eng, itu Bu Ayu minta saya bantuin dia buat konten di sini. Sama temenin ke sutradara-sutradara di sini. Katanya, dia mau jadi artis kayak Kurma," jelas Gilang yang membuat Surya menghela napas panjang. Sungguh tidak cukup tenaganya untuk meladeni keinginan-keinginan aneh Ayu.

Pria itu melihat Ayu dengan dandanan seperti anak punk itu. Ditambah, dia memakai rambut palsu di balik slayer batik berwarna merah itu. Rambut palsu tersebut berwarna cokelat kayu, membuat penampilannya mencolok. Riasan di wajahnya juga masih belum dihapus. Perempuan itu tidur dengan meringkuk seperti udang, membuat tubuhnya yang kecil jadi makin terlihat kecil. Anehnya, dia tidur dengan sangat nyenyak dalam keadaan seperti itu.

"Bangunin bocahnya," suruh Surya pada Gilang untuk membangunkan Ayu.

Pria itu tersenyum kecil sembari menggeleng. "Ngapain kudu saya? Bapak aja."

"Awas lu, ya!" Surya lalu menggoyangkan pundak Ayu. "Yu, bangun. Udah pagi ini."

Ayu malah makin merapatkan jaket denimnya. Dia bergumam dengan kesal, matanya masih terpejam. "Ck, apaan, sih, Lang? Gue masih ngantuk."

"Ini gue. Surya."

Dua kalimat itu langsung membuat Ayu membukakan mata. Dia lalu memandang sekitarnya, teman-temannya yang semalam ikut membantunya membuat konten Tiktok ada di sana dengan wajah takut. Dan yang paling jelas, wajah Surya yang seperti memendam amarah.

"Eh, Pak Surya ternyata. Hehehe..." Ayu tertawa kecil, itu karena dia juga takut mendapat semprotan pedas dari pria berompi hijau stabilo itu.

"Hehehe aja lu, kayak kagak tahu dosa. Ikut gue ke kantor," ucap Surya ketus.

Dengan terbangunnya Ayu, mereka lalu berjalan menuju mobil patroli Surya. Gilang dan yang lain duduk di belakang, sementara Ayu dipaksa Surya duduk di sebelahnya. Perempuan itu menurut saja, biar bagaimanapun ini memang salahnya. Hanya saja, mengapa amarah Surya terasa berlebihan?

***

Benar saja, Ayu diceramahi banyak orang. Mulai dari Andhika, Komandan Andre, hingga yang paling pedas itu Wendi. Orang yang sudah dianggapnya sebagai kakak ini mengomelinya habis-habisan. Ya, Ayu terlalu ceroboh tidur di jalan sembari membawa tahanan. Hanya saja, Ayu masih beralasan ingin membuat konten saja dan ingin menjumpai sutradara-sutradara yang mengunjungi Jalan Sudirman.

Citayam Fashion Week sangat tersohor sekarang, dan semua orang terkenal berkumpul di sana untuk meliput kegiatan tersebut. Ayu tentu tidak mau ketinggalan, dan omelan dari orang-orang di sekitarnya membuatnya kesal. Yang perempuan itu tidak mengerti, mereka seperti itu karena amat mengkhawatirkannya. Sudah dua hari tidak datang ke kantor dan tiba-tiba ditemui sedang tidur di jalan, siapa yang tidak cemas?

Ayu lalu terduduk lemas di pantry. Tidak lama, Surya membuka pintu pantry seraya membawa sebuah kantong plastik. "Gue beliin lu bubur buat sarapan."

"Enggak usah, saya udah kenyang," balas Ayu dingin.

"Kenyang makan apaan lu? Angin ama debu jalan?" tanya Surya bingung.

"Kenyang sama omelan kalian." Ayu benar-benar marah sekarang. "Saya, kan, cuman mau buat konten aja. Juga mau ketemu sama sutradara-sutradara film biar saya jadi artis. Enggak kayak sekarang yang mentok jadi office girl aja! Masa kalian enggak suka lihat saya berusaha untuk jadi orang sukses?"

Surya menarik napas. Mungkin dia tadi juga salah karena tiba-tiba memarahi Ayu saat perempuan itu belum sepenuhnya sadar dari bangun tidur. Dia lalu mengambil mangkuk bersih dan memindahkan bubur yang dibelinya itu di sana.

"Kita marah bukan karena sirik elu mau jadi artis. Kita khawatir sama lu. Dua hari kagak ada kabar apa-apa, tiba-tiba tidur di jalan. Kalau lu kenapa-kenapa gimana?" ucap Surya.

"Kan ada Gilang!"

"Gilang itu tahanan, Yu. Lu enggak bisa kemudian andelin Gilang. Iya kalau dia baik mau jagain elu sampai balik ke sini, kalo tiba-tiba kabur? Lu mau dipenjara karena meloloskan napi?"

Ayu langsung menunduk. Dia akhirnya tahu mengapa semua orang memarahinya. "Maaf, Pak Surya."

"Udah, jangan sedih. Makan dulu, nih." Surya memberikan bubur yang sudah ditaruhnya di mangkuk, lengkap dengan sendoknya. "Gue juga minta maaf ke elu karena terlalu kasar tadi. Pasti lu kaget pagi-pagi ngeliat muka gue."

"Bapak juga ikut sarapan sini." Ayu sudah membaik perasaannya.

"Iya, gue temenin lu, kok. Enggak usah lu suruh." Entah apakah akan dianggap lain atau tidak, Surya tetap mengucapkannya. Dan Ayu rasa, ucapan itu membuat suasana panas tadi jadi lebih sejuk.




There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang