Nissan Magnite berwarna hitam itu berhenti melaju di depan gang rumah Ayu, sedang perempuan itu masih berdandan sedemikian rupa untuk pergi ke acara buka bersama. Oh, ini bukan tanpa alasan, Ayu sudah beberapa hari tidak bertemu teman-temannya yang kadang usil itu, dan dia ingin menampilkan kesan bahwa dia sudah baik-baik saja. Walaupun kejadian itu memang meninggalkan trauma, tetapi dia ingin kembali seperti semula. Toh, dia tahu teman-temannya dapat melindunginya.
"Teteh, udah ditunggu sama Pak Surya!" Itu Ayah Rozak berseru dari pintu depan. Segera perempuan itu mengambil tas tangannya dan berjalan perlahan menuju halaman. Sebenarnya, Ayu masih kesulitan untuk berjalan secepat biasanya dan itu yang membuatnya takut. Selama dia berjalan, sudah pasti ayahnya berbicara dan bertanya macam-macam pada Surya hingga membuat pria itu kesulitan. Membayangkannya saja membuatnya jadi tak enak hati.
Rumor kedekatannya dengan Surya sudah diketahui seluruh keluarga. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan Wendi, yang sering ke rumah untuk sekadar berkunjung dan minum teh. Tidak jarang Ayu memergokinya kembali bergosip yang tidak-tidak tentang dirinya (ini lucu, karena Wendi sering bergunjing tentang Ayu tepat di depannya). Sebagai kakak angkat juga sahabat baik Ayu, jelas cerita Wendi mudah dipercaya begitu saja oleh Ayah Rozak.
Ayu berusaha menepis pikiran buruknya, meskipun kini sang ayah sudah bercakap-cakap dengan pria itu. Ah, apa pun itu akan Ayu tanyakan sendiri pada Surya saat di perjalanan menuju tempat berbuka puasa. Yang jadi soal justru di luar dugaannya. Mata perempuan itu terbelalak tatkala menemui Surya dengan kemeja lengan pendek berwarna hijau mint polos dengan bawahan celana jeans hitam. Bukannya apa, Ayu sendiri memakai blus hijau mint lengan pendek yang juga polos dengan rok abu-abu muda di atas lutut. Mengapa jadi seperti outfit orang yang sedang berpacaran begini?
"Eh, kok bisa warna bajunya sama? Kalian janjian?" Ayah Rozak berbicara. Pria paruh baya itu lalu terkekeh pelan, seakan senang dengan kebetulan di depan matanya. Sementara dua korban dari kebetulan yang terjadi itu tidak berani mengeluarkan suara apa pun. Ayu sibuk memegang tengkuknya, dan Surya menyunggingkan senyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah, atuh, Teh. Langsung berangkat aja. Kasihan Pak Surya nungguin lama lagi nanti." Tahu sudah menimbulkan suasana hening, Ayah Rozak akhirnya memberi izin pada Ayu untuk pergi. Ayu sendiri langsung mencium punggung tangan sang ayah. "Hati-hati, ya, Teh."
Keduanya lalu berjalan menuju mobil yang terparkir di depan gang. Sesekali Surya ingin mengulurkan tangannya karena tubuh Ayu kadang seperti ingin jatuh. Rupanya memang kakinya belum begitu membaik.
Surya lantas berhenti berjalan dan menatap Ayu dengan kesal. "Ck, kalau gini mending gue bungkusin makanan aja buat lu. Jalan aja masih susah gini, malah maksain ikutan bukber."
"Kan saya sudah janji sama Bu Hesti dan Bu Kiky!" balas Ayu, tidak kalah sengit.
"Ya, lihat sikon, kek. Kalau emang masih sakit, ngapain bikin janji-janji gitu? Jangan jadi people pleaser, lah."
"Tapi Bapak udah jauh-jauh jemput saya begini. Jadinya sia-sia kalau saya enggak ikut." Ayu mengatakannya sembari menunduk.
Surya terkejut. Dia mau ke rumah Ayu juga murni untuk menemui perempuan ini. Bukan karena alasan buka bersama. Ditambah, mereka tidak pernah bertemu lagi di kantor sejak empat hari lalu dan komunikasi selalu melalui chat. Namun setelah tahu Ayu memaksa karena tidak enak hati dengannya, apa lacur? Yang bisa dilakukannya hanya menghela napas.
"Ya udah, kita jalannya pelan-pelan aja," balas Surya lembut. "Kalau ada ngerasa sakit di bagian kaki lu yang kemarin keseleo, bilang ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanficSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...