Catatan: Timeline cerita ini adalah setelah episode LP di tanggal 12 September 2022
***
"Katanya Pak Surya tadi yang emang enggak ada waktu." Gilang memberi tahu penyebab masalah laporan Bayu Skak dan Keisya Levronka, adiknya, diabaikan. Kasus tersebut cukup mengkhawatirkan sebenarnya, karena rumah keduanya dibobol orang tak dikenal dan mereka juga mendapat teror ancaman. Sayangnya, kebanyakan polisi di kantor sedang bertugas, dan hanya Hesti dan Surya yang mendata terlebih dahulu dan memutuskan untuk menampung kasus tersebut karena kekurangan orang. Karena tidak kunjung diselesaikan, Bayu memutuskan untuk membuat pernyataan pada khalayak internet bila kinerja kantor Lapor Pak sangat buruk.
Jelas semua polisi jadi panik, terlebih ada sidak dari Irjen Supono yang ingin mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan di kantor Lapor Pak. Video Bayu yang tersebar di dunia maya itu akan membuat mereka mendapat penilaian kurang baik.
Ayu setuju. "He-em, tadi males-malesan aja saya lihat."
"Apa, sih? Orang lagi sibuk ngerjain yang lain." Surya jelas tidak terima. Dia sudah menanganinya dengan sebaik mungkin, hanya saja itu bukan bidang lalu lintas. Kasus pembobolan rumah harusnya ditangani Wendi selaku penyidik, tetapi pria itu malah mengurus kasus yang lain.
"Tapi tadi kerjaannya malah dioper-oper ke orang. Hayo, ngaku. Jangan bohong, deh, jangan bohong!" Ayu malah memanasi suasana yang sudah keruh itu.
Kiky ikut menambahi, "Iya, coba kalau saya ada di sini, sudah saya urus itu pasti."
Merasa semua orang menyalahkannya tanpa mendengar penjelasannya, Surya langsung merengek seperti anak kecil, "Gue mulu disalahin, huweee!"
Kiky dan Gilang yang kaget langsung menghampiri polisi berompi hijau neon itu. Mereka ikut berjongkok untuk menenangkan Surya. "Maapin, deh. Ayo, baikan."
Ayu tidak ikut menenangkan. Yang terjadi dia malah menepuk dengan kesal pundak pria itu. "Becanda! Udah gede juga, jangan gede adat. Jangan ngambekan. Ayo duduk lagi."
"Tuh, kan, diomelin," ucap Kiky. Sementara Surya sudah kembali duduk dengan wajah yang menunduk sedih.
Sebenarnya, Ayu tidak berniat mengomeli pria itu. Dia tahu bahwa Surya mengerjakan tugas di luar bidangnya. Tidak hanya sekali, Surya sering dipaksa kedua seniornya, Wendi dan Andhika, untuk membantu mereka menyelesaikan kasus. Sebagai junior, mau tidak mau pria itu menurut.
Ayu kadang merasa kasihan dengan Surya. Nasibnya di kantor juga tidak jauh beda: selalu disuruh melakukan hal di luar pekerjaan utamanya. Hanya saja, untuk tetap bertahan di dunia kerja ini, kita dituntut untuk menyerahkan kepala agar diinjak orang lain. Kejam memang, tetapi itulah yang terjadi.
Perempuan berambut cepol itu kembali membersihkan ruang arsip setelah sebelumnya digunakan Komandan Andre dan Irjen Supono untuk membahas sesuatu mengenai Wendi. Saat mengelap meja, dia merasa seperti disihir. Meja itu terasa halus di kulitnya, terasa nyaman untuk ditiduri. Ayu menggeleng, ini bukan saatnya untuk tidur.
Ayu lantas mengembalikan letak kursi-kursi di ruang arsip. Selanjutnya, dia tidak ingat lagi apa yang terjadi, karena sekarang dia hanya melihat sebuah taman di tengah kompleks perumahan, lengkap dengan gawang bola, perosotan semen, ayunan besi, dan jungkat-jungkit. Dan entah mengapa langit mulai mengeluarkan warna lembayung senjanya.
Astaga, mengapa bisa seperti ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...