"Bentar-bentar, ya ampun gue enggak kuat bacanya. Hesti, lu lanjutin, ya?" ucap Kiky sambil memegang pipinya yang pegal karena tertawa berlebihan.
"Aduh, udah napa, Bu Kiky? Bahas zodiak yang lain aja, ya?" Ayu merengek.
"Eh, enggak. Ini masih seru, tahu!" Kiky menolak usulan Ayu, membuat perempuan berambut cokelat kehitaman itu manyun.
Hesti lalu mengambil alih ponsel Kiky dan mulai membaca lagi, "Sagitarius itu tukang ghosting. Hm? Menurut artikel ini, di-ghosting sama Sagitarius lebih menyakitkan daripada sama Gemini. Karena kadang kita merasa hubungan sedang berjalan baik-baik saja, lalu pada suatu hari Sagitarius bisa tiba-tiba menghilang. Waduh, Bu Ayu! Gimana?"
Menghilang, batin Ayu dalam hati. Tangannya lalu mencomot astor mini di toples lalu memakannya perlahan. Dia tidak peduli dengan kedua temannya yang menatap dengan intens. Agar keduanya puas, ia langsung menggeleng pelan. "Enggak paham saya."
Keduanya tidak langsung percaya. Mereka tahu Ayu sedang memikirkan sesuatu.
***
Hingga acara minum teh dan bersantai itu selesai, Kiky dan Hesti masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Ayu. Mendadak perempuan itu menghindari mereka, lebih memilih mengelap meja-meja di kantor hingga sore tiba. Ayu lalu berhenti tepat di depan meja Surya, seorang pria yang entah mengapa pergi tanpa berbicara sepatah kata pun.
"Lagian Bu Ayu sebagai orang terdekat Surya emang enggak tahu Surya lagi ke mana?" Pertanyaan dari si paling usil, Andhika, itu mendadak kembali mengganggunya. Pertanyaan yang sudah dijawabnya tiga hari lalu itu, tentu dengan nada yang tidak serius, seakan menuntutnya untuk kembali berpikir mendalam.
Ya, Ayu tahu bahwa kepergian Surya yang mendadak itu—ditambah pria itu meninggalkan banyak tugas—akan menyeretnya. Namun, dia benar-benar tidak tahu keberadaan si pemilik rambut tebal nan kelam itu sebelum Pak Dadan kemarin menjelaskan di grup WhatsApp kantor jika Surya sedang berada di Amerika Serikat. Itu ditambah Komandan Andre juga mengonfirmasi informasi tersebut yang benar adanya.
Ayu tidak ingin berpikir banyak tadinya, dia hanya bersikap santai. Berbeda dengan Andhika dan Wendi yang banyak menggerutu karena beban mereka bertambah oleh tugas Surya yang harus mereka selesaikan. Namun, dia baru sadar jika pertanyaan Andhika saat itu seperti pertanda bahwa Surya tidak berniat menjalin kedekatan lebih dari yang sekarang. Buktinya, meskipun sering bertukar pesan, dia tidak tahu keberadaan pria itu. Tahunya malah dari orang lain.
"Sagitarius itu tukang ghosting." Ayu berkata pelan, seperti untuk pengingat dirinya sendiri. Kalimat yang dibaca Hesti dari suatu artikel di internet itu menguatkan dugaannya tentang sosok Surya. Entah mengapa, ada setitik nyeri yang timbul di dadanya.
"Apa karena gue Gemini kali, ya?" Ayu berbisik pelan lagi, seakan sedang berbicara pada orang lain. Padahal di ruang itu hanya ada dirinya seorang sejak tadi. Kemoceng yang dipegangnya lalu diarahkan ke permukaan meja Surya, dengan otaknya yang berputar pada reputasi zodiak Gemini yang belakangan terlihat sangat buruk, seperti yang sudah dibahas Kiky tadi.
Ya, Ayu akui itu benar, apalagi dia beberapa kali membuat masalah di kantor. Minimal menyulitkan teman-teman yang lain dengan sering tertimpa masalah: entah ditipu undian, entah dijambret, entah dibegal. Itu ditambah dia tidak memiliki pendirian yang kuat, jadilah sering disasar orang jahat.
Jelas saja orang seperti Surya akan kewalahan menghadapi Ayu. Dan perempuan itu sepakat. Mungkin tidak perlu berpikir sejauh jenjang serius, untuk sekadar berpacaran saja sepertinya akan sulit. Namun, memangnya dia amat membebani? Memangnya dia tidak boleh berharap lebih dari hubungan yang sekarang dengan pria itu?
"Eh, ge-er banget gue!" seru Ayu tiba-tiba, tersadar kalau sejak awal Surya tidak memberikan respons apa pun. Astaga, apa terlalu lama sendiri bisa sampai membuatnya sulit berpikir jernih?
Tidak lama, Andhika yang hendak meletakkan dokumen yang sudah siap ke meja Surya pun bertemu dengan perempuan mungil tersebut. Pria berkacamata itu mengamati ekspresi Ayu yang terlihat seperti kebingungan dan kecewa, entah karena apa. "Masih sibuk bersih-bersih?"
"Hehe, iya, Pak Dhika. Kan kerjaan saya begini aja." Ayu tersenyum kecil, berusaha untuk bersikap biasa. "Di meja Pak Dhika kira-kira masih ada yang perlu saya beresin lagi?"
"Oh, enggak usah. Udah bersih, kok. Clear." Andhika memberi jari jempolnya. "Satu-satunya yang belum clear justru elu sendiri."
"Hah? Saya?" Ayu terkejut dan langsung menghindari kontak mata dengan Andhika. Perempuan ini tahu bahwa si intelijen terbaik ini sedang memeriksanya. "Haha, saya memangnya kenapa?"
"Gue enggak bisa dibohongi, lho." Andhika membalas dengan tersenyum simpul, membuat Ayu beberapa kali menggosok hidungnya dan merapikan pakaiannya.
"Enggak, Pak Dhika. Saya, mah, baik-baik aja. Sumpah, deh." Ayu masih bertahan dengan tidak menjelaskan apa-apa. Dia sangat berharap Andhika kembali mengurusi dokumen-dokumen yang belum diselesaikannya di ruang arsip.
Akhirnya, Andhika hanya bisa mengangguk. Dia tahu memaksa Ayu membuka semuanya hanya akan membuat perempuan itu makin tak nyaman. Pria itu lantas membuka ponselnya. "Surya kirim chat ke gue malem tadi kalau lagi jalan-jalan di Disneyland California. Mungkin mau beli merch si tikus Minnie."
"Hah? Siti Kusmini? Guru siapa itu?" tanya Ayu.
"Bukan, haha! Bukan Siti Kusmini. Si tikus Minnie, pacarnya Mickey." Andhika menjelaskan sambil tertawa kecil. "Kira-kira, minggu depan dia udah balik ke kantor. Tenang aja."
"Oh."
Andhika tersenyum jahil. "Kok gitu aja reaksi lu?"
Ayu langsung kesal. "Terus saya harus gimana? Udah, saya jangan diganggu. Bapak mending balik kerja lagi."
"Dih, kesel sendiri." Andhika lagi-lagi tertawa dan berlalu pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...