Hubungan keduanya tidak menjadi baik, bahkan setelah mereka menghadiri pesta tersebut. Sepanjang perjalanan, Ayu terdiam dan hal itu membuat Surya bertanya-tanya dalam hatinya. Apa ada tindakannya yang keliru? Kalau iya, mengapa perempuan itu tidak berterus terang? Surya merasa ada yang aneh, tetapi dia tidak berani untuk mengatakannya. Mungkin Ayu kelelahan karena bertemu teman-temannya, itu dugaannya.
Sialnya, kecanggungan itu berlangsung hingga keesokan harinya. Sepanjang hari itu, Ayu menghindari Surya. Pun ketika ditanya teman-temannya, perempuan itu menggeleng seakan keadaannya baik-baik saja. Sungguh, Ayu masih bingung dengan sikap pria itu sewaktu di pesta, bagaimana pria itu begitu gamblang menjelaskan bahwa mereka sebatas teman kerja. Namun, dia sendiri juga merutuk dalam hati. Surya tidak salah sama sekali. Mereka memang tidak memiliki hubungan spesial, dan yang dikatakan Surya sudah sesuai dengan yang dimintanya saat itu. Jadi, apa yang membuatnya merasa gelisah seperti ini?
Kini, Ayu hanya berusaha fokus terhadap pekerjaannya. Dia tadi membuatkan teh panas untuk seseorang yang melapor ke kantor, masuk ke ruang interogasi ketika Surya, Andhika, Wendi, berikut Komandan Andre sedang sibuk bertanya mengenai kronologi kasus. Lalu, matanya bertubrukan dengan manik milik Surya yang tengah membukakan pintu untuknya. Saat itu terjadi, dia berusaha mengalihkan pandangan. Demikian pula Surya yang memilih diam, benar-benar tidak menyapa perempuan itu seperti biasanya. Surya sendiri tidak berani bertanya tentang apa pun, dia ingin menunggu Ayu untuk jujur.
Andhika, Wendi, dan Komandan Andre saling bertatapan seakan berkomunikasi dalam hening. Mereka sepakat bahwa ada yang tidak beres dengan kedua orang tersebut, tetapi tidak sampai hati untuk benar-benar menanyakannya. Mereka tahu bahwa keduanya bisa menyelesaikannya sendiri.
Sayangnya, hingga jam kerja usai, Ayu masih tidak mau berbicara dengan Surya. Bahkan tidak berpamitan dengan pria itu. Dia langsung memesan ojek online dan menunggu di halaman kantor tanpa memikirkan apa pun. Dia sudah lelah dengan pikirannya yang berlarian ke sana-kemari, lelah dengan perasaannya yang tiba-tiba sakit setelah Surya mengatakan bahwa mereka hanya teman kerja.
Bagaimana dengan hari esok? Entahlah. Barangkali, pesta itu adalah kebersamaan mereka yang terakhir. Mungkin besok dia akan bersikap dingin seperti ini lagi. Entah mengapa, membayangkannya membuat wajah Ayu langsung murung.
Tin tin!
Suara klakson mobil menyadarkan Ayu. Dia memicingkan mata dalam gelapnya malam, melihat siapa pemilik mobil yang menghentikan mobilnya itu.
"Yu!"
Astaga, itu Surya yang kini menurunkan kaca mobilnya! Ayu jadi gelagapan karenanya.
"Pak Surya mau pulang?"
"Iya, lah. Mau ngapain lagi emangnya?" Surya sepertinya kembali ke mode menyebalkannya. "Lu baliknya pake apa?"
"Oh, ini saya udah pesen ojol, Pak."
"Ya udah, gue temenin sampe ojolnya dateng."
"Eng." Ayu tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena Surya keluar dari mobilnya dan ikut duduk di halaman kantor, tepatnya ia duduk persis di sebelahnya.
"Lu marah sama gue, ya, Yu?"
Benar saja, Surya sengaja menemuinya terang-terangan seperti ini karena sikapnya. Ayu bingung harus menjawabnya seperti apa. Tidak mungkin jika dia terus terang bahwa ucapan Surya kemarin membuatnya sakit hati, kan?
"Enggak, kok."
"Terus, kenapa lu diemin gue sejak kita balik dari pesta temen lu?"
Ya Tuhan, Ayu merasa terpojokkan sekarang. "Eng, saya kurang enak badan aja. Kemarin pestanya terlalu berisik."
Surya kini memandang wajah Ayu. Dia menemukan ada kebohongan di sana, kebohongan yang sengaja ditutupi perempuan ini. Hanya saja, Surya tidak ingin membukanya. Ayu pasti punya alasan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Maaf, ya. Gue pasti punya salah ke elu sampai lu begini. Tapi, gue mau bilang kalau gue enggak kayak orang lain yang tahu kode-kode cewek. Gue bego soal itu," jelas Surya. "Jadi, lain kali, lu bilang aja apa yang ngeganjel hati lu. Biar gue lebih bisa memahami elu."
Giliran Ayu kini yang menatap Surya. Ya, dia salah karena membuat pria itu kebingungan akan sikapnya. Dia salah karena bersikap plin-plan dengan hatinya.
"Saya usahakan." Hanya itu jawaban Ayu.
Tidak lama, pesanan Ayu tidak diterima. Rupanya, ojol yang ada di sana sedang sibuk. Ayu menghela napas, ini sudah keempat kalinya. Malam makin gelap dan sebaiknya dia pulang secepatnya. Dan mungkin, dia harus berusaha jujur pada pria ini.
"Pak, kayaknya semua ojol lagi banyak order. Saya boleh ikut balik bareng Bapak?"
Surya tersenyum. Perempuan ini mulai terbuka dengan apa yang diinginkannya. "Ayo, gue anterin lu balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...