Ayu sendiri berjongkok untuk mencari stroberi di sela-sela daun tanaman tersebut, setelah sebelumnya benar-benar mengancingkan shacket yang dikenakannya. Tidak sengaja, dia menemukan stroberi yang berukuran lebih besar dari biasanya. Sepertinya, ini adalah dua stroberi yang entah bagaimana caranya tumbuh berdempetan dan menyatu. Ayu mengambil pisau gunung dari saku shacket miliknya, itu pisau pemberian sepupunya yang hobi mendaki, dan segera dia menimang buah itu selayaknya benda berharga.
Dia lalu berjalan mendekati Surya. Ya, meskipun pria itu tadi mengomelinya dengan sembarangan, tetapi dia bisa mengerti kalau itu mungkin karena efek lelah dari perjalanan kemarin. "Pak, lihat ini!" serunya riang.
"Ck, apa lagi?"
"Ini!" Ayu lalu memegang tangkai buah tersebut. "Ini twin strawberry!"
"Stroberi kembar, maksud lu?" Surya lalu tertawa. "Kok bisa dapet ini?"
Ayu tersenyum. Suasana di antara mereka jadi lebih cair sekarang. "Enggak tahu, saya nemu aja tadi. Saya belah dulu, ya? Biar gampang kita makannya."
"Kita?" Surya membeo. Tepat saat mulutnya masih ternganga, Ayu berhasil menyuapkan sepotong stroberi itu kepadanya. Jelas saja pria itu terbelalak kaget.
"Eh? Bapak keselek, ya?" tanya Ayu. Dia juga habis mengunyah stroberi itu.
"Enggak." Surya menjawab setelah benar-benar mengunyah dan menelan buah yang disuapkan Ayu barusan.
"Eng, buahnya asem?"
"Enggak."
"Serius Bapak enggak apa-apa?"
"Iya."
Jawaban itu membuat Ayu makin khawatir. Pasti ada yang tidak beres dengan pria di depannya ini. Segera dia berlari ke pusat penjualan olahan stroberi yang tidak jauh dari area kebun, berharap mendapat air minum di sana. Sementara itu, Surya berjalan dengan langkah tidak tentu menuju Hesti dan Andhika yang sibuk bersuap-suapan stroberi. Entah mengapa, hal itu membuatnya terkejut untuk kedua kalinya.
"Lah, Sur, Ayu ke mana?" tanya Andhika setelah menelan stroberi pemberian Hesti.
"Enggak tahu."
Jujur saja, Andhika bergidik ngeri mendapati tatapan Surya yang sangat kosong itu. Seperti habis bertemu hantu. "Lu kenapa?"
"Enggak tahu."
Andhika dan Hesti berpandangan. Baiklah, ini sudah tidak baik-baik saja. Surya pasti habis mendapat sesuatu yang buruk, dan jelas itu berkaitan dengan Ayu.
"Eh, gue tadi ada lihat lu disuapin stroberi sama Ayu. Romantis banget kalian!" ucap Hesti sembari berusaha membuat Surya kembali seperti biasanya.
"Oh, tadi?" Surya masih linglung. "Itu dia nyuapin gue stroberi gede."
"Hm? Dari tadi stroberi yang gue ambil ukurannya normal-normal aja." Andhika berkata sembari memegang dagu. "Oh, maksud lu stroberi yang kembar terus nyatu jadi gede itu, ya?"
"Iya, itu maksudnya. Dia belah itu, terus separo dikasih ke gue."
"SERIUSAN AYU KASIH KE ELU?" Hesti jadi histeris. Dia sekarang mengerti penyebab Surya seperti orang kerasukan begini. Sementara Andhika masih mengernyitkan alis.
"Emang kenapa, sih, Yang? Kan biasa aja," ujar Andhika.
Hesti menggeleng. "Kamu enggak tahu, ya, kalau seseorang belah stroberi kembar itu lalu dia ngebagiin ke orang lain yang berlawanan jenis, mereka akan saling jatuh cinta? Well, mitosnya gitu."
Andhika langsung terkejut setelah diberi tahu hal tersebut. "Berarti secara enggak langsung, dia confess?"
"Gue ... enggak tahu, Dhik." Surya masih kebingungan. "Apa dia akhirnya confess ke gue? Apa artinya perasaan gue ...."
"Eng, gue rasa Ayu enggak tahu itu," ucap Hesti. "Tapi tetepan aja gue kaget tahu lu disuapin stroberi kembar sama Ayu."
Andhika langsung menenangkan Surya. "Bro, tarik napas pelan-pelan. Ini kabar yang menyenangkan, jelas. Tapi kita harus tenang dulu."
Dari kejauhan, mereka bertiga dapat melihat Ayu yang mulai mendekat dengan menggenggam sebotol air mineral. Perkiraan Andhika, perempuan itu pergi untuk mencari air setelah mendapati tingkah aneh Surya. Itu memang benar, dan wajar saja karena semua orang juga akan mengira Surya habis tersedak sesuatu yang menyakitkan kerongkongannya. Meski begitu, ini bukan sesuatu yang menyakitkan, melainkan hal baik yang terjadi secara mendadak.
"Pak Surya, minum dulu," ucap Ayu ramah. Pria itu meraih botol air mineral tersebut dan meminumnya perlahan.
Surya lalu mengembalikan botol itu kepada Ayu. Pandangannya lalu menuju shacket yang sudah terkancing dengan baik. Dia mengangguk pelan, dengan perasaan yang sampai detik ini belum berhasil ditenangkannya. "Yu, kalau di tempat dingin, jangan pakai crop tee, ya? Nanti lu sakit."
Ayu terkejut. Setelah semua yang dilakukannya, Surya masih saja membahas crop tee yang dipakainya di balik shacket ini. Meski begitu, kali ini pria tersebut mengatakannya dengan ... begitu lembut. Apa yang terjadi?
Perempuan itu ingin bertanya, tetapi Surya sudah berlalu dan kembali menuju ke arah hotel. Ayu lalu melihat Hesti dan Andhika yang sama-sama mengangkat bahu, seakan mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan Surya.
***
Catatan penulis: Shacket itu bentuk gabungan dari shirt dan jacket yang bahannya kerasa lebih ringan dari jaket, tapi tetap hangat sewaktu dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanficSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...