Catatan: Timeline cerita ini adalah beberapa hari setelah episode LP di tanggal 11 April 2022 (waktu Surya dan Ayu pertama kali membeli takjil bersama).
***
Surya sedikit mengerjap-ngerjap kedua matanya akibat kelelahan membaca beragam dokumen terkait pelanggaran lalu lintas yang terjadi selama beberapa minggu ini. Ini harus dilakukannya untuk kelengkapan materi tentang keselamatan berkendara. Ya, minggu ini adalah jadwalnya ke suatu SMK terdekat. Acara tersebut dilaksanakan setelah pesantren kilat.
Pria berambut tebal itu mengembuskan napas dengan amat berat. Biasanya, pesantren kilat diadakan di pagi hari hingga azan Zuhur. Kalau begini, bisa-bisa penyuluhannya mengenai keselamatan berkendara diadakan di siang hari terik. Dan itu outdoor pula, astaga!
Membayangkannya saja sudah membuat Surya merasa pusing. Belum habis rasa pusingnya akibat acara tersebut, sepasang seniornya yang kejam mendekat. Ada apa lagi ini? Surya merasa situasinya tidak enak.
"Suryani, berhubung lu enggak ikut sumbangan kemaren, lu yang beli takjil lagi buat kantor." Andhika langsung memberi tatapan laser mautnya saat menghampiri meja kerja Surya. Wendi segera berdiri di samping pria dengan kaus berkerah itu, tersenyum puas.
"Inget, ya, bukan berarti karena lu anak emas Komandan, lu bisa seenaknya di sini," tambah Wendi.
Surya memandang kesal pada dua rekannya itu. Tidakkah mereka sedikit saja memahami kesulitannya? Ah, hal itu tidak mungkin terjadi. Mereka sudah terlalu kesal karena Komandan Andre selalu menganggapnya sebagai anak emas. "Ck, iya."
"Dan bareng Ayu lagi," ucap Wendi.
"Kenapa, sih? Gue sendiri juga bisa!" protes Surya.
"Kita enggak ada yang percaya sama lu. Nanti yang ada lu beli buat diri lu sendiri. Biar Ayu ikut ngawasin," jelas Andhika.
Mau tidak mau, pria dengan rambut lebat itu mengangguk. Sebagai junior, dia tidak bisa membantah teman-temannya itu. "Ya udah, mana sini duitnya?"
"Udah kita kasih ke Ayu," balas Wendi.
"Oke."
Pria itu berlalu menuju pantry, di mana Ayu masih menyapu area tersebut. Perempuan dengan rambut dikepang itu—Surya tahu betul bahwa selain nasib manusia, gaya rambut Ayu juga selalu berubah—lalu melirik ke arah pintu pantry yang dibuka. "Ada apa, Pak Surya?"
"Yu, temenin gue beli takjil lagi, ya. Duit anak-anak udah di elu, kan?" tanya Surya memastikan.
"Udah, Pak. Nih, di sini." Ayu memanyunkan bibirnya pada saku celana jeans-nya yang menggembung tersebut, menjelaskan tempat di mana dia menaruh uang.
"Jangan lu simpen di situ, entar jatoh gue yang disalahin," ucap Surya.
"Yah, sementara aja ini. Nanti saya simpen di dompet." Ayu menjelaskan. "Saya selesaiin dulu nyapunya, ya? Baru kita berangkat."
"Dah, gue aja sini. Lu siap-siap, gih. Dandan dulu, kek, atau apa gitu biar agak segeran."
"Ngapain? Kayak saya lagi nge-date sama Bapak aja."
"Sekalian."
Kedua mata Ayu melotot. "Hah?!"
"Maksud gue, sekalian kalau nanti ketemu cowok ganteng biar enggak malu elunya." Surya buru-buru meralat ucapannya. "Emang apa yang lu pikirin? Gue nge-date sama lu, gitu? Dih, pede!"
Ayu mengernyitkan dahi. Belakangan pria di depannya ini bertingkah kelewat aneh. Kadang bisa baik sekali, kadang amat menyebalkan.
"Buruan, orang udah ditungguin juga. Sini sapu lu." Surya mengambil cepat sapu yang tadi dipegang Ayu tanpa sedikit pun melihat perempuan itu. Dia hanya tidak mau Ayu menyadari bahwa pipinya merona sekarang.
"Pak Surya aneh pisan," ucap Ayu akhirnya sebelum pergi ke loker untuk mengambil jaket dan mulai bersiap.

KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...