Buka Bersama (2)

220 24 9
                                    

"Gue tahu maksudnya Surya biar kita enggak bahas ini lagi. Tapi gue yakin dia beneran enggak ikut." Itu Wendi yang membuka percakapan. Saat ini, mereka berempat berada di ruang arsip. Tentu saja untuk membahas pria tadi.

"Apa kita ajak Bu Ayu aja?" tanya Kiky. "Sumpah, gue baru kali ini lihat Pak Surya sesedih itu."

"Tapi Ayu masih begitu keadaannya. Apa enggak apa-apa?" tanya Andhika lagi. "Meskipun secara fisik enggak separah kemaren, cuman kan ini traumanya belum hilang."

"Gue coba hubungin bestie gue itu, deh. Tenang, Guys." Hesti dengan sigap menelepon ponsel Ayu, dan teman-temannya menunggu dalam diam.

"Halo, Bu Ayu! Gimana kabarnya?"

"Ehehehe, Bu Hesti! Saya kabar baik, Bu. Ini luka udah pada kering, kok. Yang keseleo-keseleo juga udah sembuh."

"Wah, saya ikut seneng, lho, dengernya. Kita semua kangen band sama Bu Ayu."

"Hahaha bisa aja, Bu Hesti. Saya juga kangen sama kantor. Pengen rasanya balik kerja lagi, tapi saya masih takut."

Hesti lalu memandang ketiga orang di depannya. Ponsel itu memang diatur lantang sehingga suara Ayu terdengar ke semua yang ada di sana. Sebenarnya, dengan jawaban Ayu barusan sudah membuat mereka tahu kondisi terkini perempuan tersebut. Hanya saja, melihat bagaimana Surya juga demi pertemanan mereka yang begitu baik, mereka ingin mengusahakan supaya perempuan itu bisa ikut.

"Tanyain, Yang. Dia kangen Surya, enggak. Cepetan." Keusilan Andhika kumat lagi.

"Saya denger, lho, Pak Dhika." Suara Ayu langsung membuat semua yang di sana tertawa geli.

"Nah, itu. Gimana? Kangen sama Surya enggak lu?" tanya Wendi. Mereka kembali tertawa.

"Enggak mau jawab, ah. Nanti kalian makin usil ke saya." Ayu menjawab dengan menahan tawanya. Yah, sepertinya itu sudah jelas.

"Bu Ayu, kantor nanti sore ngadain acara bukber. Sebenarnya kita rada gimana karena Bu Ayu kondisinya masih seperti ini. Kayak enggak enak aja Bu Ayu lagi kesakitan, sementara kitanya malah makan-makan enak. Jadi kita mau ngajak Bu Ayu buat bukber nanti sore. Gimana?"

Hening. Mereka berempat langsung kembali tidak yakin. Jelas tidak semudah itu bagi Ayu untuk kembali keluar. Apalagi, acara buka bersama selalu sampai malam hari, dan kejadian begal waktu itu juga terjadi di malam hari.

"Bu Ayu, kita sebenarnya enggak mak..."

"Kalian bisa pastikan saya enggak bakalan kenapa-kenapa, kan? Saya ... saya bosen juga beberapa hari ini di rumah. Saya kangen sama kalian, mau rame-rame begini lagi."

Mendengar itu membuat mereka semua ikut sedih. Ya, meskipun belum lama bekerja bersama, hubungan mereka semua layaknya keluarga. Jujur, kantor cabang itu sudah dianggap Ayu sebagai rumah kedua baginya.

"Gampang. Gue make mobil, kok, Yu. Nanti gue sama Hesti jemput lu, ya? Nganterin lu juga sampai di rumah dengan selamat," tawar Andhika.

"Makasih banyak, Pak Dhika, Bu Hesti, dan semuanya."

"Berarti Bu Ayu bener-bener ikut, kan?" Kiky kembali memastikan. "Fix, kan, ini?"

"Iya, Bu Kiky. Nanti saya bener-bener ikut kalian."

Semua langsung bersorak kegirangan, tidak terkecuali Ayu yang berada di seberang telepon. Tanpa disadari, ada Surya yang sudah berdiri di pintu ruang arsip. Setelah semuanya berbalik ke arah pintu, keempatnya bungkam. Ayu jadi kebingungan. "Kenapa dadakan diem?"

"Hesti, boleh gue pinjem hapenya?"

Suara berat Surya yang sama sekali tidak diduga itu sontak membuat yang ada di sana bergidik. Apakah Surya akan marah pada mereka?

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang