"Semuanya udah?" tanya Surya memecah keheningan di antara mereka. Kali ini mereka sudah ada di area parkir.
Ayu segera mengecek kembali catatannya dan mengangguk. "Udah, Pak. Kalau dilihat dari daftar ini udah semuanya."
"Ya udah. Yuk, kita balik ke kantor lagi." Surya kemudian memakai helm, dan memberikan satu helm lagi pada Ayu. Namun perempuan itu tampak terdiam.
"Ada yang kurang, bentar." Ayu baru menyadari sesuatu. "Bapak mending tunggu di sini aja, saya mau balik ke pasar lagi."
"Lu gimana, sih? Katanya udah."
"Masih ada yang belum dapet makanannya."
Melihat perempuan itu benar-benar serius dengan ucapannya, Surya menghela napas. "Ya udah. Jangan kelamaan perginya."
"Iya, saya janji."
Selanjutnya, perempuan itu berlari menuju pasar. Surya agak kaget karena Ayu menyeberang begitu saja tanpa sempat melihat kendaraan yang datang. Untung tidak ada masalah, batinnya lega. Tiba-tiba, dia menyadari ucapannya tadi soal 'Jangan kelamaan perginya', berikut kekhawatirannya akan perempuan itu yang begitu ceroboh saat menyeberang jalan. Apakah ini berlebihan?
Surya menggeleng. Setelah tahu kabar Amanda yang menikah dengan orang lain, baru kali ini dia merasa kembali hidup. Lucunya, meski keduanya pernah sama-sama memakai seragam berwarna merah jambu itu, tetapi mereka memiliki peran yang lain di dunianya: Amanda sebagai orang yang sudah melukai harapannya, sedangkan Ayu yang mengembalikan semua mimpinya. Yang masih menjadi kerisauannya, apakah benar Ayu hanya pelariannya dari rasa sakit yang diperbuat Amanda?
Dia mengingat kembali bagaimana hubungan Kiky dan Andhika yang sempat menggemparkan seisi kantor. Tidak berhenti sampai di sana, bahkan Wendi ikut terlibat. Wendi, seniornya itu, berusaha sekuat tenaga untuk memahami Kiky yang masih kesal akibat Andhika. Pria berkepala plontos itu harus menerima semua amarah Kiky atas Andhika, bahkan rela menjadi orang yang disalahkan setiap saat. Istilahnya, Wendi adalah sekoci bagi Kiky untuk dapat menyelamatkan diri dari kapal utama yang hendak karam. Tentunya, posisi itu amat menyebalkan.
Ayu tidak berhak berada dalam posisi itu, dia amat setuju. Namun bisa saja seiring waktu, tanpa sadar dia mulai membandingkan Ayu dengan Amanda, bukan?
Belum sempat Surya menyelesaikan segala kecemasannya, Ayu sudah kembali dengan beberapa risoles. "Nah, udah dapet! Buat Pak Surya nanti," ucapnya riang.
Surya terkejut karena Ayu tahu makanan kesukaannya. Dia menerima seplastik risoles itu dengan kebingungan. Setelah apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya, perempuan ini justru muncul untuk menenangkannya. Memberinya penjelasan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Gue, kan, enggak ikutan nyumbang, Yu. Lu belinya make uang siapa?" tanya Surya lembut.
Ayu meringis. "Udahlah, saya mau berbagi aja. Lagian kasihan Pak Surya kalau enggak dapet makanan. Masa nanti Bapak cuman bisa ngiler aja ngeliatin Pak Wendy sama Pak Andhika makan gorengan?"
"Ada-ada aja." Surya terkekeh sembari menggeleng. Dia masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi hari ini. Kemudian, dia kembali memberikan helm pada Ayu. "Makasih banyak, ya, Yu?"
"Sama-sama." Ayu lalu memakai helm itu dan kesulitan memasangkan kaitannya dengan benar. "Ngapa, dah, ini? Tadi gampang-gampang bae diceklekin."
"Sini." Jemari Surya langsung memasangkan kaitan helm Ayu. Lagi-lagi, mereka melakukannya sembari menahan degup jantung masing-masing. Sial, bisa berbahaya kalau seperti ini terus.
Tidak lama, tanpa sepengetahuan Ayu, tangan Surya menepuk helmnya sampai dia kaget. "Bapak, ngapa make acara nabok helm saya segala?! Ini kalau saya jadi goblok, gimana?"
"Kan udah juga, hahahaha!"
"Pak Surya!"
Surya terkekeh sepanjang perjalanan, sementara Ayu memukul pelan punggungnya beberapa kali akibat ulah jahilnya. Dia tahu bahwa nanti orang-orang kantor akan kembali menggoda mereka, dan dia tidak memedulikan itu. Yang dia tahu, sedikit demi sedikit kekhawatiran tentang hatinya mulai memudar.

KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...