Catatan: Timeline cerita ini adalah episode LP di tanggal 2 Agustus 2022
***
Sudah menjadi jadwal Surya hari ini untuk berpatroli malam. Terlebih Komandan Andre sudah memberinya tugas untuk membubarkan kerumunan remaja di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, seputar Stasiun MRT Dukuh Atas, yang membuat kemacetan di malam hari. Pria itu menunaikan tugasnya, dia menaiki mobil polisi dan melaju di jalan raya. Jujur, matanya sudah terasa berat. Ditambah beberapa hari terakhir Ayu tidak ke kantor. Entah apa yang sedang dilakukan perempuan itu, yang jelas Surya jadi tidak mendapatkan kopi kesukaannya: kopi buatan Ayu.
Beruntung bagi Surya, karena di jalan-jalan besar lainnya di Jakarta tidak ada hal-hal mencurigakan terjadi. Hingga sampai akhirnya di wilayah Dukuh Atas, dia menjumpai anak-anak muda yang masih terlelap dengan meringkuk kedinginan dalam balutan sweater hoodie dan jaket denim mereka. Rupanya, pakaian mereka tidak dapat menahan angin malam. Ya, mereka ini yang menjadi target oleh Komandan Andre. Anak-anak yang sama yang juga membuat kemacetan di kawasan tersebut karena suka berlalu lalang di zebra cross berlenggak-lenggok seperti peragawan di catwalk.
Dia tahu itu anak-anak yang sedang ramai dibincangkan di media sosial: anak-anak Citayam Fashion Week. Surya memperhatikan sembari menggeleng. "Bocah-bocah ini apa kagak dicariin ama emaknya, ya?" tanya Surya seolah ada yang akan menjawabnya. Dia berpikir bahwa sepanjang malam tentu mereka tidur dalam kondisi seperti itu.
Remaja-remaja ini memiliki gaya pakaian unik, yang kalau dilihat oleh Surya sekilas mirip street wear dengan unsur pakaian kasual khas rapper hip-hop New York dan ada elemen khas anak-anak punk pula. Surya tahu juga jika anak-anak ini sedang disorot semua mata masyarakat Indonesia. Banyak yang mengundang mereka ke TV untuk wawancara, tetapi lebih banyak yang mencari popularitas dengan memanfaatkan kehadiran mereka. Peselancar yang lancar, batin Surya yang justru tidak menyukai orang-orang "latah tren" ini.
Di pagi itu, Surya membangunkan mereka satu per satu dan disuruh ke mobil untuk dimintai keterangan. Lebih tepatnya, Surya ingin menanyakan alasan mereka masih di sana sampai mengganggu pengguna jalan yang lain. Beberapa yang masih terjaga disuruh Surya untuk pulang, bahkan pria itu memberikan uang supaya mereka dapat membeli tiket kereta. Itu karena Surya tahu beberapa dari mereka bukan orang Jakarta asli. Banyak yang datang dari Bekasi, Depok, maupun Bogor.
"Pak, kita mau dipenjara ini?" tanya salah satu anak dengan poni yang menutupi salah satu matanya. Melihatnya membuat Surya teringat Guru Kakashi. "Jangan, dong, Pak. Kita enggak salah apa-apa. Kita juga enggak nyopet, kok."
"Bukan masalah itu, kalian ini sudah mengganggu ketertiban umum. Tuh, banyak sampah berserakan. Lalu kalian juga bikin kemacetan," jelas Surya. "Tenang aja, kalian cuman ditanya-tanya doang. Enggak dipenjara."
"Enggak, Pak. Jangan bawa kami ke kantor polisi," pinta seorang anak perempuan dengan rambut pirang kuncir ekor kuda. Dia yang paling tua di antara mereka. "Eng, kita ada yang jamin, kok. Ada orang dari kantor polisi juga di sini."
Surya kaget. Apakah itu Wendi? Bisa saja, mengingat Wendi dulu seorang preman. Dia mungkin membiarkan anak-anak ini berkreasi di jalanan dan menjamin keselamatan mereka. Namun, dia tahu Wendi tidak akan berbuat sembrono seperti itu. Komandan Andre akan marah padanya jika itu terjadi.
Atau Andhika? Mungkinkah pria itu? Seingatnya, Komandan Andre juga memberikan tugas menyamar pada pria berkacamata itu. Namun, kemarin Andhika masih meneliti dokumen kasus tersebut, belum benar-benar mengambil tindakan.
"Siapa namanya?"
"Enggak tahu. Tapi yang satu badannya gemuk, cowok. Satunya lagi cewek. Nah, yang cewek ini yang kemaren bilang kalau mereka dari kantor polisi buat ngawasin kita."
Surya makin kebingungan. Dia lalu teringat dua hari ini Gilang diminta Ayu menemaninya pergi ke suatu tempat. Sial, kalau benar Ayu ke sini sembari membawa tahanan seperti Gilang, bukankah itu berbahaya? Dan lagi, jangan-jangan Ayu juga tidur di jalanan seperti anak-anak ini! Astaga, apa yang dipikirkan perempuan itu?
"Kalian tahu mereka di mana?" tanya Surya lagi, dan dia dituntun oleh anak-anak tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
There's Something About You
FanfictionSejatinya, tidak ada yang menarik di Kantor Lapor Pak. Hanya saja, Surya, si pemilik rompi hijau neon, memandang lain pada Ayu, seseorang dengan kemeja merah jambu yang sehari-hari tidak lepas dari sapu dan pengki. Pandangan itu lantas membuat suatu...