Her Friend's Wedding (2)

237 26 5
                                    

Ayu mengernyitkan dahi. Selain memiliki kemampuan dalam memahami pikiran seseorang, tampaknya seluruh perwira di sini juga suka memberi semacam teka-teki. Apa karena mereka selalu menangani kasus yang melibatkan orang-orang dengan pikiran yang sulit ditebak sehingga seperti ini? Yang benar saja.

"Saya masih enggak paham." Ayu menyerah dengan pertanyaan Wendi.  

Wendi tertawa lagi. "Gini aja, deh. Semisal Surya enggak mau, mending lu sama Deva aja perginya."

"Oh, iya! Deva!" Ayu berjingkat. Dia langsung semringah lagi. "Kenapa saya enggak kepikiran dia, ya?"

Sial bagi Surya karena reaksi Ayu itu langsung memukul perasaannya. Bibirnya pun melengkung ke bawah, tanda tak senang. Ya, Deva beberapa hari yang lalu datang ke kantor 'Lapor Pak' dan ada semacam reuni kecil-kecilan antara Ayu dan pria tampan nan manis itu (2). Mengingat hal itu membuat Surya sedikit menjauh. Wendi yang menyaksikannya hanya mengulum senyum tipis.

Meski begitu, pria berambut tebal itu masih berani menimpali. "Ayu, lu kagak lupa, kan, kalau Deva udah ada pacar? Atau gue perlu kasih brotowali lagi biar lu tahu pahitnya kenyataan itu?"

"Saya enggak lupa soal itu. Yang saya heranin itu Pak Surya kenapa. Aneh pisan!" Ayu membalas dengan jengkel.

Kali ini Wendi tertawa keras. "Makanya lu temenin Ayu aja, Sur."

"Jangan maksain gue kenapa, sih?" Surya masih mempertahankan gengsinya.

"Udah, udah. Malah jadi ribut dewek." Ayu menggeleng dan segera menatap Surya dengan lembut. "Pak Surya, saya enggak maksain, bener. Lagian, saya bisa minta tolong bapak saya buat ikut nemenin saya."

Ayu masih memandang Surya untuk memberi pengertian pada pria itu. Ditatap intens begitu membuat si pria berompi hijau neon itu mengalihkan perhatian. Dia tidak mau membuat pipinya merona. "Well, it doesn't mean that I don't wanna go."

"Etdah, langsung keminggris bae ni orang." Ayu menghela napas. Dia menangkap kesan bahwa Surya sebenarnya ingin menemani, hanya saja masih belum yakin. Lantas, perempuan berkemeja merah jambu itu kembali bertanya perihal hal yang sama. "Ya, kembali lagi Pak Surya berkenan enggak nemenin saya?"

Surya mengangkat bahunya. "I dunno. We'll see."

"Ngomong itu yang jelas. Kalau iya, ya, jawab iya atau yes atau ho-oh, gitu. We'll see apaan, kagak danta! Dah, sana. Saya masih harus nyapu di sini!"

Ayu merasa jengkel karena sejak tadi merasa dipermainkan dengan jawaban Surya. Hanya saja, dia juga tidak berharap banyak. Dia bukanlah sosok penting di hidup pria itu hingga terus saja meminta bantuan padanya. Lagi pula, dia sendiri yang tidak ingin merepotkan Surya, kan?

***

Wendi dan Surya segera menjauh sebelum Ayu melempar sapunya ke arah mereka. Atau yang lebih mengerikan lagi, menurut Hesti, Ayu punya bijuu yang bisa membuat rambut panjang cokelat keemasannya itu jadi berkibar-kibar dan matanya ikut memerah. Ah, itu Hesti hanya keseringan menonton Naruto saja.

Pria berkepala plontos itu memandang temannya. Setelah apa yang tadi disaksikannya, gosip mengenai Surya yang menyukai Ayu kian nyata adanya. Lihat saja, temannya itu sudah menunduk sembari melihat ujung sepatunya seakan bingung sendiri.

Ini lucu sebenarnya. Surya dan Ayu adalah saksi di mana dirinya dan Kiky mengalami banyak drama. Tidak cukup hanya itu, bahkan keduanya juga saksi hidup dari hubungan Andhika dan Hesti yang pasang surut. Kali ini, posisinya sudah lain. Mereka berempatlah yang kini duduk sebagai penonton, menyaksikan bagaimana kedua orang ini tidak cukup jujur pada diri mereka sendiri.

"Udahlah, Sur. Ikut aja. Kasihan Ayu." Wendi memberi saran. "Lagian, lu tahu sendiri kagoknya gimana kalau kita cuman sendirian di acara-acara gede gitu. Meskipun enggak menutup kemungkinan Ayu bisa berbaur karena tamu-tamunya juga teman-temannya semasa SMA, tapi tetepan lain. Lu paham, kan?"

"Ya, kan, gue juga bilang tadi kalau gue protes itu bukan berarti gue enggak pengen nemenin," jelas Surya. "Gue cuman mikir, emang kalau gue di situ, gue bakalan ngapain? Gue bingung aja, takutnya malah kagok si Ayu gara-gara gue."

Senyum Wendi pun terbit. Dia menepuk bahu Surya dengan pelan. "Lu harus ikutan, sih. Atau Deva nanti yang nemenin Ayu."

"Lu jangan nyiram bensin ke api, ya, Wen. Lagian, Deva udah ada pacar. Mana berani ngajak Ayu ke kondangan?" Surya menatap Wendi dengan tajam. "Enggak, Deva enggak mungkin berani."

Entah sudah berapa kali Wendi tertawa hari ini. Tingkah sahabatnya ini memang aneh sekali. "Gue udah feeling dari tadi. Jawaban-jawaban ngambang lu ke Ayu juga makin bikin gue yakin."

Surya mengerutkan keningnya. "Apaan, sih? Emang lu mikir apaan?"

"Ya, apalagi kalau bukan itu? Hahaha! Duh, percuma lu tutupin juga. Enggak lama ketahuan semuanya."

Saat ini, Wendi cekikikan sembari melihat Surya, membuat pria itu makin menghindar. Tidak, jangan sampai Wendi tahu. Kalau perlu, semua orang sebaiknya tidak usah tahu.

"Ya udah, gue lanjutin cek dokumen lagi." Wendi berlalu. Dia tidak bertanya apa pun lagi. Satu hal yang dia tahu, Surya akan menemani adik angkatnya itu untuk ke pesta pernikahan.

***

2. Berdasarkan LP tanggal 3 Mei 2022

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang