And I See You in My Dream

236 23 6
                                    

Catatan: Timeline cerita ini adalah sehari setelah episode LP di tanggal 1 Mei 2022. 

***

Tersangka yang selama ini menjadi buronan polisi akhirnya ditangkap. Sesosok dara jelita bernama Prilly ditahan karena kasus pemalsuan uang untuk THR. ini menjadi suatu prestasi bagi Wendi yang begitu profesional dalam menangani perkara. Padahal, Prilly adalah mantan terindahnya. Ya, memang tidak mudah bagi seseorang yang pernah memiliki kenangan manis bersama untuk benar-benar setega itu. Namun, aparat hendaknya menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Walaupun itu anak seseorang yang berkuasa, hukum tetap harus menggigit siapa pun yang terbukti melakukan tindak kejahatan.

Dengan ditangkapnya Prilly, itu artinya tugas lembur petugas kepolisian mulai berkurang. Sebenarnya, Ayu masih ingin menghabiskan waktu liburan di Surabaya, hanya saja sepertinya Komandan Andre masih belum mengizinkan. Hal itu membuat Ayu merasa bingung.

Perempuan berambut kepang itu, lagi-lagi dia mengubah gaya rambutnya, berniat menghampiri Kiky. Namun, dia tahu bahwa Kiky sedang merasa senang setelah tahu Wendi masih menyayanginya. Oh, perlu diketahui bahwa selama proses penangkapan Prilly, dua sejoli ini mengalami badai yang tidak main-main. Seakan kebersamaan mereka diuji karena Prilly hadir dengan membawa kenangannya di masa lalu bersama Wendi. Terang saja Kiky sempat patah hati.

Wendi mengikuti cara main Prilly. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, pria berkepala plontos itu terjerat pesona Prilly. Dia bahkan membiarkan perempuan itu berkeliaran di kantor, sengaja agar bukti yang dikumpulkannya makin kuat. Syukurlah, semua rencana yang dilakukannya ini berbuah manis dan hubungan Wendi-Kiky kembali membaik.

Ayu menghela napas. Pertanyaan soal mudik hanya akan membuat suasana hati Kiky memburuk. Bertanya kepada Hesti yang lagi-lagi menjajal pakaian baru dengan Andhika juga hanya akan mengganggu kedekatan keduanya. Sial, mengapa semua orang di sekitarnya seakan berpasang-pasangan?

Ayu mengentakkan sapunya dengan kesal. Lagi-lagi Dunia menghubungkannya dengan si anak emas Komandan Andre alias si hijau stabilo alias si anak kaya alias si pegawai jalur orang dalam alias si rambut lepek alias orang paling menyebalkan yang pernah ada. Menyebutkan semuanya saja rasanya seperti membaca pembukaan undang-undang dasar di terik matahari: melelahkan.

Mau tidak mau, dia mendekati meja kerja pria itu. Tahu sedang dihampiri Ayu, dia masih saja sok sibuk dengan dokumen di tangannya. Ayu langsung membatin bahwa si penjilat ini sengaja berpura-pura sibuk supaya saat Komandan Andre memperhatikan, dia tampak serajin itu.

"Pak Surya." Ayu memanggil pria itu. Dalam hati, dia berdoa semoga Surya tidak sedang dalam mode menyebalkan.

"Hm?"

"Saya mau tanya, nih. Soal mudik. Boleh, Pak?"

"Hm."

"Pak, kalau hm bolak-balik nanti mirip cowok yang ada di iklan aplikasi belanja online yang oren itu. Siapa itu nama cowoknya? Arya Stark?"

"Bahahahaha!" Meledak tawa Surya saat paham apa yang dimaksud Ayu. "Bukan Arya Stark. Arya Wiguna."

"Demi Tuhaaaan! Ahahaha! Becanda bae Pak Surya, mah."

Setelah keduanya lelah tertawa, Surya kembali fokus pada tujuan Ayu mendatanginya. "Kenapa sama mudik, Yu? Kita masih belum bisa pulang. Kan Komandan juga udah bilang kemaren."

"Tapi, kan, itu karena kita masih urus kasus pemalsuan uang, Pak. Sekarang kasusnya udah selesai, jadi harusnya kita bisa mudik, dong?"

Surya segera memegang dagunya. "Gimana, ya? Masuk akal sebenarnya omongan lu. Tapi gue pikir, Komandan tetep enggak nyuruh kita mudik tahun ini. Toh ini kita masih urus kasus lain, kan?"

"Gitu, ya? Hm, oke, deh." Ayu menunduk sebentar, memandangi lantai kantor yang terlihat dingin. Dia lalu menegakkan kembali kepalanya. "Soal yang tiket kemaren itu, saya terima kasih banget ke Bapak karena sempat mau kasih ke saya. Meskipun akhirnya enggak jadi mudiknya."

"Sama-sama. Dan jangan ngerasa sedih karena enggak bisa mudik. Selagi masih di sini, masih sama-sama, bisa-bisa aja kita lewati ini. Persis kata Komandan, semuanya itu ada hikmahnya. Oke?"

Ayu memegang gagang sapunya dengan kuat. Entah apa hikmahnya, dia sendiri juga belum tahu. Namun sekali lagi, ini sudah lebaran kedua dia tidak mengunjungi saudara-saudaranya di Surabaya, dan dia masih punya harapan bahwa tahun ini dia bisa pergi ke sana. Ya, mungkin memang belum rezekinya saja. Mendapati kenyataan seperti ini, Ayu menarik napas dengan berat. 

"Ayu?" Seakan tahu bahwa ini hal yang tidak menyenangkan, Surya berusaha untuk mengajaknya berbicara.

Ayu menggeleng, memberi tanda bahwa dia baik-baik saja. "Saya, mah, enggak sedih. Nih, saya senyum di depan Bapak. Nih!" ucapnya sambil melengkungkan bibirnya ke atas selebar mungkin.

"Iya-iya, gue percaya." Surya terkekeh pelan. Itu dilakukannya karena tahu Ayu sedang berusaha menerima fakta bahwa tahun ini dia tidak bisa mudik. 

"Sekali lagi terima kasih banyak, ya, Pak Surya," ucap perempuan itu yang kemudian berlalu, dengan Surya yang mengamati punggungnya dari jauh.

There's Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang