40. Kunjungan tempat lama

10 3 0
                                    

Chelsea menghela nafas sejenak, ia pandangi rumah di depannya dengan pandangan tidak terbaca. Ia rasa sudah cukup lama terakhir kali ia menginjakkan kaki di situ, Chelsea bahkan lupa kapan terakhir kali ia datang ke rumah itu. Rasanya semuanya tak pernah berubah bahkan dengan letak ayunan dan taman kecil, semuanya masih sama. Mungkin hanya beberapa yang berbeda, seperti bunga yang semakin banyak. Chelsea tersenyum kecil, dokternya itu tidak pernah berubah. Selalu menyukai tanaman.

"Ayok masuk dek" panggil Farhan di ikuti dengan pandangan papa dan mamanya.

Chelsea mengangguk kecil, ia susul kedua orang tuanya bersama Farhan yang menunggunya untuk jalan bersama. Farhan tidak banyak bicara, pemuda itu tampak diam dengan wajah serius. Chelsea rangkul tangan masnya, mencoba menenangkan pemuda itu. Lagi pula ini kontrol Chelsea bukan dia, harusnya Chelsea yang lebih tegang di sini.

"Mas, hasilnya bakal baik-baik aja" ujar Chelsea dengan tersenyum cerah.

Farhan yang mendengar ia langsung tersenyum kecil, ia tepuk pelan kepala Chelsea dengan penuh kasih sayang. "Semoga iya, lagian lo udah lebih bahagia kan sekarang?" tanya Farhan menyakinkan firasat nya, Chelsea mengangguk kecil dengan senyum tipis. Sejujurnya ia sendiri pun tidak yakin apakah sekarang dia lebih bahagia, mungkin sedikit lebih bahagia dibanding yang dulu. Sekarang ia cukup banyak tertawa, entah lah. Mungkin karena sekarang cukup banyak orang yang sayang padanya tanpa ia sadari.

Pintu perlahan diketuk beberapa kali, tidak perlu lama menunggu akhirnya pemilik rumah pun keluar. Menampilkan orang yang sudah sangat familiar bagi Chelsea, dokter itu tersenyum memandangi orang tua Chelsea yang tampaknya sudah ia tunggu dari tadi.

"Masuk mama papa Chelsea" ucap dokter tersebut ramah.

Orang tua Chelsea yang disambut hanya pun tersenyum, ia ajak Chelsea dan Farhan yang tepat dibelakang mereka untuk masuk. Dokter Rahma langsung mengarah mereka ke meja tamu yang sudah tersedia teh dan beberapa cemilan.

"Ayok duduk dulu" ucap Dokter Rahma sambil mempersilahkan Chelsea dan keluarganya untuk duduk.

Tanpa berkata apa-apa mereka sekeluarga pun menurutinya, ia pandangi Chelsea sambil tersenyum ramah."Udah lama ya Chelsea gak ke sini, gimana kabarnya?" ucap dokter Rahma.

Chelsea yang mendapat pertanyaan tersebut agak kaget, ia berikan senyum seadanya."Baik dok. Dokter gimana?" tanya Chelsea balik mencoba basa-basi. Dokter Rahma tampak agak kaget dengan pertanyaan Chelsea, sempat terpikir oleh gadis itu apakah yang ia tanyakan salah. Tapi tak lama dokter Rahma tersenyum tipis,"Saya juga baik. Gak banyak yang berubah kan disini?" tanya dokter Rahma lagi. Chelsea mengangguk,"Semuanya, masih sama. Kecuali tanaman bunga dokter yang main banyak" ucap gadis itu dengan tersenyum.

Dokter Rahma tertawa kecil, ia anggukan kepala setuju."Belakangan saya jenuh, jadi memutuskan untuk menambah tanaman" ucap dokter Rahma.

"Kalau gitu, gimana Chelsea kita lanjut ngobrol di ruangan saya aja. Sementara orang tua sama kakak Chelsea nunggu disini" lanjut dokter Rahma sambil memandangi kedua orang tua Chelsea, mereka pun menganggukkan kepalanya dan mengurus Chelsea mengikuti dokter Rahma. Chelsea yang sudah terbiasa akan hal itu pun mengangguk, ia ikuti dokter Rahma dari belakang.

Mereka perlahan menuju sebuah ruangan yang berada tidak cukup jauh dari ruang tamu, ruangan tersebut sepertinya juga tidak berpindah masih di ruangan yang sama. Bahkan saat Chelsea memasuki ruangan tersebut dekorasi nya masih sama, tidak ada yang berubah sama sekali dengan penempatan masih seperti yang dulu. Dokter Rahma yang menyadari pandangan Chelsea tersenyum kecil."Kenapa? Gak ada yang berubah ya?" ucapnya yang berhasil membuat Chelsea agak terkejut kecil.

Gadis itu menganggukkan kepalanya jujur, kemudian duduk di kursi yang berada dekat dokter Rahma. "Semuanya masih sama, gak ada yang berubah"

"Itu karena saya malas untuk dekorasi ulang" ucap orang di dekat Chelsea dengan tawa kecil.

Dokter Rahma memandangi Chelsea lagi, "Ada yang mau kamu ceritakan soal apapun itu yang mengganjal hati?" tanya dokter Rahma memulai pekerjaannya.

Chelsea terdiam sejenak, "Dokter pasti udah dengar soal kejadian tadi malam. Jujur aku gak ingat sama sekali kejadiannya, yang aku tau aku bangun karena dengar suara mas Farhan. Itu aja" ucap Chelsea jujur.

Dokter Rahma mengangguk kecil, "Apa kamu sadar itu mimpi?" tanya nya lagi. Chelsea kembali terdiam, kemudian menggelengkan kepala."Gak dok, saat aku bangun karena dengar suara mas Farhan. Aku udah nangis, aku juga gak ingat kenapa nangis. Tapi yang aku ingat rasanya tu sedih, kayak ada yang hilang" ucap Chelsea lagi.

"Sekolah kamu baik-baik aja belakangan?" tanya dokter Rahma.

Chelsea mengangguk, "Baik. Semua teman sekelas baik, dan ngebuat aku bahagia. Tapi belakangan, aku suka sakit kepala. Waktu itu aku pernah sakit kepala, rasanya sakit serasa mau pecah saat ngedengar orang nyanyi suatu lagu, terus kayak ada cuplikan film muncul yang seakan itu nyata. Kayak ngalamin Dejavu, tapi aku gak tau itu halusinasi atau menang nyata" ucap Chelsea kembali mengingatkan kejadian pensi.

"Terus belakangan juga sering pingsan" lanjut gadis itu.

Dokter Rahma mengangguk kecil, "Mungkin kamu terlalu kecapean belakangan, apa tidur kamu teratur? Masih suka insomnia?" tanyanya.

Chelsea menggelengkan kepala,"Semenjak minum obat dari dokter udah gak pernah insomnia lagi dok, belakangan emang kurang istirahat karena kegiatan ekstrakurikuler" ucap Chelsea jujur.

"Obatnya masih diminum kan?" tanya dokter Rahma

Chelsea mengangguk ragu,"Kadang ada beberapa yang kelewatan" ucap gadis itu.

Dokter Rahma tersenyum kecil,"Oke, nanti tolong panggil mama, papa sama kakak kamu ya. Dokter mau bicara" ucap dokter Rahma. Bulan pun mengangguk dan keluar dari ruangan.

Setelah perginya Chelsea, kini gantian keluarga Chelsea yang masuk. Tampak mereka begitu khawatir dengan hasil Chelsea kali ini. "Jadi gimana dok? Apa kondisi Chelsea makin membaik?" ucap Gelan yang langsung memulai pembicaraan tersebut.

Dokter Rahma mendehem kecil,"Kalau diliat kondisinya makin membaik kok. Saya rasa semalam emang cuma mimpi dari ingatan yang lalu, dia juga gak melukai dirinya saat tidak sadar. Jadi bisa dikatakan semuanya masih aman, cuma Chelsea belakang cerita kalau dia sering pingsan sejak ada pemicu yang membuat ingatannya kembali. Akan lebih baik jangan membuat Chelsea terlalu memaksakan dirinya untuk ingat kejadian tersebut. Oh iya, obatnya kali ini jangan lupa di minum," jelas dokter Rahma.

Farhan memegang resep obat Chelsea, sambil memandangi tulisan yang tertulis di sana."Obat tidur nya gak lagi dok?" tanya Farhan penasaran.

Dokter Rahma menggelang,"Kata Chelsea belakangan dia udah bisa tidur semenjak minum obat dulu. Jadi menurut saya mungkin obat tidur tidak perlu lagi sekarang karena Chelsea udah bisa tidur, mungkin jika suatu hari tiba-tiba Chelsea tidak bisa tidur. Coba belikan dia obat tidur yang dosisnya rendah" ucap dokter Rahma yang mendapat anggukan kepala dari Farhan.

"Baiklah kalau gitu makasih banyak ya dok" ucap Risa sambil menyalami.

Dokter Rahma tersenyum,"Kalau terjadi apa-apa sama Chelsea telepon aja lagi Buk" ucap nya.

Mereka semua keluar ruangan, memandangi Chelsea yang sedang duduk di ruang tamu. Chelsea yang menyadari sebuah langkah kaki mendekat langsung mengangkat kepalanya.

"Hasilnya bagus kan dok" ucap Chelsea tiba-tiba sambil jalan mendekati dokter Rahma.

Dokter Rahma dan keluarga Chelsea tersenyum, "Hasilnya bagus kok. Kamu jangan lupa banyak istirahat, jangan terlalu kecapean" ucapnya.

"Kalau kamu merasa ada yang aneh sama diri kamu jangan lupa hubungin saya ya" lanjut dokter Rahma yang di balas anggukan oleh Chelsea.

"Kalau gitu kami pamit dulu ya dok" ucap Gelan. Setelah berpamitan dengan dokter Rahma mereka pun membalikkan tubuhnya. Berjalan meninggalkan tempat dokter Rahma.

Sementara Chelsea dengan perasaan senang tersenyum bahagia, ia senang jika kondisinya makin membaik. Membuat ia semakin bersemangat untuk menjadi lebih baik.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang